Bulog mencari opsi lain agar perajin tahu dan tempe di Indonesia tidak bergantung pada kedelai impor dari Amerika Serikat (AS). Selama ini perajin tahu dan tempe khususnya di Solo Raya sangat bergantung pada kedelai impor dari AS.
Namun, semakin mahalnya harga kedelai impor membuat perajin terus melakukan penyesuaian. Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengatakan untuk mengatasi ketergantungan ini pihaknya melirik lima negara lain untuk pasokan impor kedelai.
"Kalau sekarang kedelainya impor dari AS. Tapi saat ini kita sedang menjajaki beberapa negara dengan kedelai sama yang bagusnya," kata Budi Waseso kepada wartawan di Bulog Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Senin (10/4/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Buwas sapaannya, menyebut jumlah impor kedelai ini bakal disesuaikan dengan kebutuhan dalam negeri. Diharapkan ketika kedelai impor tak lagi langka, harganya bisa dikendalikan.
Buwas menyebut lima negara sudah siap mengimpor kedelai ke Indonesia. Meski begitu Budi Waseso enggan mengungkap kelima negara tersebut.
"Kalau bicara negara biasanya nanti sudah ada yang intervensi di sana seperti untuk tidak memberikan ke kita atau harus melalui yang ditunjuk. Nah kalau seperti itu kan tidak sehat, makanya saya diem-diem saja. Nanti kalau sidah ada baru kita datangkan, tapi yang jelas ada," ucapnya.
Mantan Kepala BNN itu memastikan produksi kedelai di 5 negara yang sudah siap impor itu juga sudah dicek di laboratorium. Sehingga pihaknya siap menyodorkan kontrak kerjasama.
"Kita akan kontrak negara itu supaya ada kompetitor pada ketersediaan kedelai supaya tidak dimonopoli. Produksinya sudah kita cek lab yang kualitasnya untuk tempe tahu semua bisa. Kan kita pengin membantu teman-teman perajin supaya stabil dan menjamin ketersediaan harga," ujarnya.
Kuota impor kedelai itu sebenarnya tidak lebih dari 3 juta ton per tahun yang diperuntukkan bagi kebutuhan perajin tahu dan tempe. Ia mengatakan untuk harga kedelai beberapa waktu lalu memang sempat naik, namun dalam kurun waktu sebulan terakhir sudah mulai turun.
Dia menyebut harga kedelai impor sempat mencapai Rp 12-13 ribu per kilogramnya. Namun pada satu bulan terakhir ini, harganya turun menjadi Rp10 ribu per kilogram.
"Memang harapannya turun ya, kan memang tugas Bulog untuk stabilisasi harga," katanya.
Di sisi lain, karena produksi kedelai lokal selama ini terbatas, Buwas mengatakan akan ada percepatan produksi kedelai dalam negeri.
(ams/dil)











































