Organisasi Angkutan Darat (Organda) DIY memastikan akan ada kenaikan tarif angkutan darat saat arus mudik maupun balik. Kenaikan terjadi di semua kelas, mulai dari ekonomi, bisnis, hingga VIP.
"Oh pasti (ada kenaikan), demandnya kan juga bertambah, supplynya terbatas, itu sudah hukum ekonomi itu," ujar Ketua Organda DIY, Hantoro saat dihubungi wartawan, Kamis (30/3/2023).
Hantoro menjelaskan, kenaikan tarif dari kelas non-ekonomi tergantung pada fasilitas yang diberikan. Sedangkan, kenaikan pada kelas ekonomi akan diatur oleh Kementerian Perhubungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya ada yang kenaikannya sampai 30-40% itu yang kelas VIP atau yang Bisnis, kalau yang ekonomi kan kita harus diatur dari Kementerian. Ya paling kebaikan sampai 15-20%," ujarnya.
Hantoro menyampaikan, kenaikan tarif ini akan terjadi mulai H-7 hingga H+7 Lebaran. Selain itu, Hantoro menambahkan akan ada kenaikan jumlah pemudik ke DIY dibandingkan tahun lalu. Ia memprediksi jumlah pemudik ke DIY yang menggunakan angkutan darat sebesar 20 hingga 25% dari total pemudik.
"Jumlahnya dari total yang akan mudik ya paling tidak kan 20-25% kan yang menggunakan angkutan umum darat gitu," terang Hantoro.
"Kalau harapan kami ya, silahkan menggunakan angkutan massal biar jalan juga tidak terlalu macet nanti," lanjutnya.
Lebih lanjut Hantoro menerangkan, pihaknya menyiapkan setidaknya 400 armada untuk mudik tahun ini. Menurutnya, pihaknya juga sudah melakukan pengecekan baik dari awak hingga armadanya.
"400-an itu untuk jenis yang bis besar ya, kalau yang medium nanti ada tambahan, ada tambahan sekitar 12 unit, itu juga untuk tambah-tambahan saja," ungkapnya.
Ada Pergeseran Budaya Pemudik.
Setiap tahunnya, Hantoro mengatakan, ada penurunan pemudik pengguna angkutan darat. Hal tersebut disebabkan semakin banyaknya pemudik yang mempunyai dan memilih mudik menggunakan kendaraan pribadi.
"Kompetitor kami itu bukan dari angkutan laut, kereta ataupun pesawat, yang menjadi kompetitor kami itu angkutan pribadi," terangnya.
Di balik banyaknya masyarakat yang memilih mudik menggunakan kendaraan pribadi, menurut Hantoro, ada semacam pergeseran budaya. Ia merinci ada dua budaya yakni budaya praktis dan prestis.
"Praktis (yaitu) kalau misal menggunakan kendaraan pribadi jam-jam berapa aja dia mau berangkat bisa, prestis yaitu saat mudik menggunakan kendaraan pribadi itu suatu kebanggaan keberhasilan mereka bekerja di rantau," jelasnya.
"Yang penting kami juga tidak akan mengurangi pelayanan ataupun mengurangi kualitas kendaraan kami, bisa kita lihat kendaraan angkutan umum juga sudah bagus-bagus semua, baru-baru semua. Ya sebetulnya kan angkutan darat ini kan murah sekali ya to," tutupnya.
(apl/apl)