Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Gunungkidul, pendapatan per kapita di Gunungkidul pada 2022 sebesar Rp 19,45 juta per tahun atau Rp 1,6 juta per bulan. Sementara itu, produk domestik bruto (PDB) Indonesia triwulan IV tahun 2022 sebesar Rp 71,03 juta.
Kepala BPS Gunungkidul Rintang Awan Eltribakti Umbas mengatakan, berdasarkan perbaikan angka perhitungan yang dihitung terakhir oleh BPS pada 2021, laju pertumbuhan ekonomi di Gunungkidul 5,29%. Adapun pada 2022 meningkat menjadi 5,37%.
Di balik peningkatan laju pertumbuhan ekonomi tersebut, Rintang menyebut tingkat konsumsi masyarakat Gunungkidul masih rendah. Terlebih, pendapatan per kapita perbulan masyarakat Gunungkidul masih jauh dari upah minimum kabupaten/kota (UMK).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kita melihat real atau menghilangkan efek inflasi dalam perhitungan PDRB per kapita itu sebesar Rp 19,45 juta per kapita per tahun. Kalau dibagi 12 artinya per bulan jadi Rp 1,6 juta per kapita per bulan. Jadi itu pendekatan pendapatan per kapita," kata Rintang kepada wartawan di Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, Jumat (17/3/2023).
Dengan pendapatan per kapita per bulan masyarakat sekitar Rp 1,6 juta, Bupati Gunungkidul Sunaryanta mengatakan konsumsi masyarakat Gunungkidul dalam sebulan hanya ratusan ribu rupiah.
"Masyarakat Gunungkidul baru mengeluarkan Rp 350 ribu per kapita per bulan. Jadi masih jauh, Rp 1,6 juta digunakan Rp 350 ribu. Sisanya itu yang dimiliki masyarakat Gunungkidul," ujar Sunaryanta di lokasi yang sama.
Menurutnya, hal itu karena kebiasaan masyarakat yang sudah mengakar sejak dahulu. Di mana masyarakat Gunungkidul sangat menjunjung tinggi bersosialisasi.
"Penyimpanan tidak pernah dihitung (sebagai konsumsi) karena (sisa konsumsi Rp 350 ribu) digunakan modal sosial, seperti kondangan, orang sakit, rasulan, dan lain-lain. Kalau masyarakat dipaksa bisa menghabiskan Rp 1,6 juta untuk konsumsi nah itu baru bisa," jelasnya.
Sektor Pertanian Mendominasi
Menurut Sunaryanta, laju pertumbuhan ekonomi di Gunungkidul pada 2022 mencapai 5,37% itu terbilang sudah melampaui target.
"Sebenarnya proyeksi pertumbuhan ekonomi saat ini 3,30 dan saat ini tumbuh 5,37. Artinya sudah melampaui target (Pemkab Gunungkidul)," katanya.
Menurut BPS, kata Sunaryanta, pertanian merupakan sektor yang paling besar menyumbang pertumbuhan ekonomi di Gunungkidul.
"Yang jelas pendapatan atau struktur PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) kita yang paling kuat masih didominasi dari sektor pertanian, di angka 29 koma sekian. Itu menyumbang pertumbuhan ekonomi 2 koma sekian," ujarnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
"Belum sektor lain seperti jasa lain, menyangkut pariwisata, ini cukup tinggi juga menyumbangnya," imbuh dia.
Maka itu Sunaryanta mengaku akan membuat kebijakan yang mendorong sektor pertanian.
"Penguatan sektor pertanian adalah yang paling utama untuk menjaga ketahanan kita. Karena ketahanan pangan kita saat ini cukup lama yakni 6-8 bulan ke depan, itu kekuatan ketahanan pangan di Gunungkidul," ucapnya.
Secara rinci, Kepala BPS Gunungkidul Rintang mengungkapkan laju pertumbuhan ekonomi di Gunungkidul pada 2022 lebih tinggi dari Provinsi DIY.
"Gunungkidul itu pertumbuhannya 5,37 persen, sedangkan DIY 5,15% persen, kemudian di nasional 5,31 persen. Artinya Gunungkidul pertumbuhan lebih tinggi dari DIY dan nasional," ucapnya.
"Nah, pertumbuhan itu 0,98 persen disumbang oleh sektor pertanian, lalu 0,75 persen disumbang oleh jasa lainnya, terutama kawasan wisata, pariwisata," lanjut Rintang. Menurutnya, laju pertumbuhan ekonomi tersebut bakal memberi dampak positif dalam upaya pengentasan kemiskinan.