Mujianto (40) warga Dusun Miliran, Desa Taji, Kecamatan Juwiring, Klaten, panen cuan dari hobi membudidayakan sawo raksasa (Mamey Sapote). Omzet budidaya tanaman asal Amerika Tengah itu per bulan mencapai jutaan rupiah.
"Omzet ya rata-rata sekitar Rp 5 juta sampai Rp 10 juta per bulan dari benih saja. Pernah ada yang beli Rp 140 juta, dari Pemalang kemarin Rp 30 juta dan Jawa Timur Rp 50 juta," ungkap Mujianto kepada detikJateng di kebunnya, Sabtu (11/2/2023) siang.
Mujianto menyatakan dirinya tertarik membudidayakan sawo raksasa tersebut sejak pandemi COVID-19 tahun 2020 lalu. Saat itu dirinya bingung mau bekerja apa.
"Dulu saya bingung sebulan tidak ada aktivitas. Saya bersih kebun lalu saya grounding (tanam ke tanah) dan kini mulai memetik hasilnya," tutur Mujianto.
Mujianto menceritakan sebenarnya dirinya tertarik kepada pohon sawo raksasa tersebut sekitar tahun 2018. Dirinya tertarik karena ukuran buahnya bisa 20 kali buah sawo biasa.
"Saya tertarik karena buahnya raksasa bisa 20 kali ukuran sawo biasa. Selain besar juga rasanya buah enak dan harganya stabil, tekstur lembut, harum dan manis," terang Mujianto.
![]() |
Dari awal membeli satu pohon dan dikembangkan intensif saat COVID, kata Mujianto, dirinya kini masih memiliki sekitar 500 pohon dari berbagai ukuran. Sedangkan 200 pohon lainnya sudah terjual sebagai benih sudah dengan sistem pembiakan sambung susu.
"Untuk bibit yang sudah sambung susu saya jual Rp 800 juta-Rp 2 juta, untuk bibit sedang Rp 3 juta-Rp 5 juta, sudah indukan dengan bakal buah sampai Rp 10 juta dan bijinya saja Rp 100.000. Pemasaran sampai ke Sumatera, Kalimantan, Bali dan lainnya," lanjut Mujianto.
Untuk buah, sambung Mujianto, dirinya belum melayani permintaan pasar karena jumlah pohon yang diground masih terbatas. Padahal permintaan luar negeri dan super market sudah berdatangan.
"Permintaan buah baru antar pengemar, harga per buah Rp 200.000-Rp 250.000 dengan bobot maksimal sampai 4 kilogram. Permintaan super market dan ekspor banyak dari India, Bangladesh, Malaysia, saya belum layani karena belum mampu, pohon yang diground baru sekitar 10 batang," ujar Mujianto.
Satu buah, ungkap Mujianto, untuk bunga sampai masak memerlukan waktu 10 bulan tetapi tidak mengenal musim sehingga terus berbuah. Pohon Mamey Sapote itu juga mudah ditanam.
"Mudah ditanam, tahan hama, termasuk lalat buah. Pohon ini juga adaptif di iklim Indonesia sehingga tidak masalah," sebut Mujianto yang hanya lulusan SMA dan pernah jualan roti bakar ini.
Warga Solo Baru, Suyanto, mengatakan dirinya belajar tanam sawo raksasa itu dari Mujianto tahun 2018. Awalnya membeli benih Rp 2 juta per batang.
"Dulu saya beli Rp 2 juta dan sekarang punya 7 pohon. Sudah berubah tapi begitu muncul sudah dipesan, untuk dipasarkan masih belum," kata Suyanto.
(aku/aku)