Sebuah embung mungil berada di lereng Gunung Sindoro, tepatnya di Desa Bansari, Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung. Meski berukuran mungil, embung itu mampu mengairi lahan pertanian seluas ratusan hektare.
Embung Bansari, demikian masyarakat menyebutnya, berada di ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut (MDPL). Fasilitas itu diresmikan Presiden Joko Widodo pada akhir tahun lalu.
Pemandangan yang cukup menarik membuat embung ini kerap digunakan untuk berwisata oleh masyarakat sekitar. Saat cuaca cerah, pengunjung bisa menyaksikan keindahan Gunung Sindoro, Gunung Sumbing serta beberapa gunung lain dari tempat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, embung ini tetap memiliki fungsi utama yaitu menampung persediaan air untuk lahan pertanian. Banyak petani di Bansari yang terbantu dengan fasilitas infrastruktur yang disediakan pemerintah ini.
"Sebelum ada embung bawa air dari bawah (kampung) jaraknya sekitar 3 km. Bawanya air pakai jeriken dengan mobil atau sepeda motor untuk keperluan nyemprot," kata Slamet Riyanto (57), warga Desa Bansari, Minggu (20/11/2022).
![]() |
Setelah ada embung, kata Slamet, kebutuhan air untuk menyemprot tanaman bisa mengambil dari embung. Semenjak ada embung ada penghematan biaya setiap musim tanam terutama kebutuhan air nyemprot dan ngocori.
"Dulu kalau sekali bawa air dari bawah 500 liter. Terus dibuatkan tampungan disini (dengan plastik). Ya sekarang nggak bawa dari bawah (air) biasa menghemat Rp 2 juta," tuturnya seraya menyebut lahan seluas 2.500 meter persegi akan ditanami bawang putih.
Penggunaan air dari embung tersebut, kata dia, dilakukan secara bergiliran. Hal ini dilakukan agar persediaan air bisa mencukupi kebutuhan semua petani.
"Kalau pakai bareng-bareng (air) nggak bisa, secara gantian. Selama ini berjalan dengan rukun (pemakaian airnya)," katanya.
Hal senada disampaikan petani lain, Asmawi (62). Ia menuturkan, sebelum adanya embung untuk keperluan menyemprot maupun ngocori air membawa dari rumah. Selain itu petani dulunya juga harus membuat penampungan guna menadah air hujan.
"Setelah ada embung ada bedanya," tuturnya.
Selain itu, keberadaan embung itu mampu menarik wisatawan untuk datang ke desanya. Banyak wisatawan yang langsung membeli sayuran milik petani.
"Kadang ada yang minta, ya saya persilakan ambil. Saya ikhlas, tapi ada yang tetap ninggali (uang)," tuturnya.
Selengkapnya baca halaman berikutnya
Sementara itu, Kepala Desa Bansari Herlan mengatakan, Embung Bansari pertama untuk mengaliri air kebutuhan petani saat menjelang musim yang membutuhkan air skala kecil untuk penyemprotan saja. Dimana petani bisa mengambil air dari saluran pipa yang dialirkan dari embung.
"Terus yang kedua ini arahnya untuk tujuan wisata. Dengan adanya wisata ini, yang jelas ada pengunjung, kemudian secara langsung desa semakin dikenal. Semakin banyak dikunjungi oleh orang baik dari lokal, dalam satu wilayah kabupaten maupun dari luar, desa banyak dikenal, dikunjungi banyak orang," kata Herlan yang menyebutkan luas tampungan air embung kurang lebih 8.588 meter kubik.
Sebelum ada embung, kata Herlan, dulu kebutuhan air untuk penyemprotan dengan mengambil air dari bawah. Penyemprotan itu dilakukan baik hortikultura, cabai, tomat maupun lainnya.
"Dulu bawa air ada yang pakai mobil, motor terus di ladang ada penampungan seperti drum, cekungan terus dilapisi plastik. Sekarang ada embung masih ada yang ngambil air dari bawah yang belum terjangkau air (embung), persentasenya sudah berkurang," kata dia.
Untuk luas bangunan embung sendiri kurang lebih 2.453 meter persegi, dengan kedalaman air 4 meter. Adapun luasan lahan yang berada di kawasan embung ini mencapai sekitar 200 hektar.
"(yang teraliri dari embung). Ya sekitar 150, 160 hektar, meski volume kecil hanya untuk penyemprotan saja," kata Herlan.
![]() |
Sebagaimana dikutip dari laman jatengprov.go.id, saat ini di Jawa Tengah ada sebanyak 1.135 embung yang telah dibangun. Adapun pembangunan embung yang didanai APBN dan dikerjakan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) ada 141 unit, adapun embung yang didanai Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah ada 512 unit.
Kemudian untuk yang didanai APBD Jawa Tengah dilakukan secara gotong royong oleh Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang (Pusdataru) ada 74 unit, Dinas Pertanian dan Perkebunan 4 unit serta pemerintah kabupaten/kota ada 11 unit.
Selain itu, Jateng juga mendapat dana alokasi khusus (DAK) dari pemerintah pusat untuk membangun 390 embung dan hibah CSR sebanyak 3 unit.
"Untuk Embung Bansari pembangunannya tahun 2019. Embung tersebut berfungsi sebagai penampung air yang juga mempunyai fungsi re-charge air tanah sebagai upaya konservasi sumber daya air," kata Kepala Dinas Pusdataru Jateng Eko Yunianto.
"Pembangunan embung diharapkan dalam jangka pendek mampu segera dimanfaatkan untuk bermacam-macam keperluan antara lain air baku, meninggikan maka air tanah pada daerah sekitar genangan embung dan fungsi wisata," katanya melanjutkan.
Pihaknya menambahkan, khusus Dinas Pusdataru telah membangun 74 unit embung di 19 kabupaten/kota. Kemudian, keberadaan embung tersebut ditambah dengan 17 longstorage yang dibangun melalui APBD.
"Dari itu total volumenya 2.478.309,80 meter kubik. Dimana dimanfaatkan untuk irigasi seluas 2.015 hektar dan air baku untuk 27.912 KK," pungkasnya.
Simak Video "Video: Heboh Domba Berlafaz Allah di Temanggung"
[Gambas:Video 20detik]
(ahr/ahr)