Pedukuhan Kiringan, Kalurahan Canden, Kapanewon Jetis, Bantul dikenal sebagai sentra jamu di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sentra jamu ini diprakarsai bakul jamu gendong Djoparto pada masa kemerdekaan Indonesia.
"Sejarah pedukuhan Kiringan menjadi sentra jamu ini dari warisan nenek moyang. Jadi tahun 1947 mbah Djoparto, dia penjual jamu pertama di Kiringan," kata Ketua Penjual Jamu di Kiringan yang tergabung dalam kelompok Seruni Putih, Murjiyati saat ditemui di Kiringan, Bantul, Rabu (12/10/2022).
Seiring berjalannya waktu, Djoparto membagikan ilmunya dalam membuat jamu kepada anak turunnya. Djoparto juga tak pelit berbagi ilmu pembuatan jamu ke tetangganya di Kiringan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terus Mbah Djoparto menularkan ilmunya untuk tetangga dan anak cucunya. Dari awalnya 15 orang saat ini berjumlah 132 orang yang berjualan jamu dari Kiringan," ujarnya.
Saat itu, ratusan perajin jamu tersebut tergabung dalam kelompok Seruni Putih. Murjiyati menyebut kelompoknya sudah berbadan hukum.
"Kalau penjual jamu keliling di sini ada yang jualannya di Imogiri, Parangtritis, Jalan Samas sampai kawasan embung Kamijoro. Ada yang pakai sepeda, naik motor dan yang masih jalan kaki dengan menggendong bakul isi jamu juga ada meski sedikit sekali," ujarnya.
Usaha turun temurun ini pun memacu kreatifitas anak muda di Kiringan. Hingga akhirnya muncul beragam inovasi jamu dari Kiringan.
"Di tempat kami yang khas tetap kunir asem dan beras kencur. Tapi sekarang kami lakukan inovasi, selai, dan lain-lain untuk meningkatkan ekonomi keluarga," ucapnya.
"Untuk pemasaran sekarang online bisa, lewat supermarket, ikut pameran dan hotel juga ada yang mengambil produk dari kami," lanjut Murjiyati.
![]() |
Alhasil, pada tahun 2014 Pemkab Bantul menetapkan Pedukuhan Kiringan menjadi Desa Wisata Jamu Kiringan. Hal tersebut membuat banyak pengunjung yang datang bahkan dari mancanegara.
"Saat ini banyak tamu dari mancanegara, mahasiswa juga datang ke sini untuk belajar membuat jamu. Kalau kami ya senang-senang saja, yang jelas untuk generasi penerus kami penting tidak malu, karena dengan jualan jamu bisa menyekolahkan anak sampai jadi mahasiswa, lulus dan ada yang jadi dokter sampai insinyur juga ada," katanya.
Kendala Bahan Baku di Desa Jamu Kiringan
Terlepas dari semua itu, Murjiyati mengaku terdapat kendala di Kiringan. Adapun kendala tersebut adalah bahan baku jamu yang masih mendatangkan dari luar Kiringan.
"Bahan masih beli di Imogiri, kalau dawung kapulaga dari Pasar Beringharjo. Soalnya kita belum punya lahan untuk menanam bahan baku jamu," ujarnya.
"Jadi kita masih mengambil dari kawasan Imogiri, dari sini hanya jeruk nipis, daun pepaya sama empon-empon sedikit. Kalau banyak harus beli di pasar Imogiri. Tapi ada juga yang menyetor ke sini seperti dari Kulon Progo sampai Temanggung ada," imbuh Murjiyati.
Selanjutnya di halaman berikut...
Murjiyati mengatakan lahan di Kiringan mayoritas merupakan lahan sawah dengan kontur tanah becek. Oleh karena itu kurang cocok ditanami tanaman obat.
"Karena lahan sawah hanya ditanami padi, kalau ditanami tanaman jamu belum bisa karena tanahnya kan becek," ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan pihaknya akan mengembangkan sentra jamu Kiringan dari hulu sampai hilir. Namun, saat ini pembangunan di hulu masih dalam proses.
"Hulunya ini perlu kita bangun, hilirnya sudah ada, hilirnya berupa sentra-sentra industri rumahan yang ada di kiringan. Jadi memang hulunya belum, karena kita perlu kapulaga, cengkeh, kunyit, jahe, kencur hingga temulawak, dan sebagian besar masih didatangkan dari luar," ucapnya.
Halim menyebut pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah kalurahan Canden terkait pemanfaatan tanah kas desa. Pihak kalurahan disebut telah menyanggupi untuk menanam rempah-rempah bahan baku jamu.
"Kita sudah koordinasi dengan Lurah Canden apakah ada lahan yang bisa digunakan untuk budidaya bio farmaka atau tanaman empon-empon dan ternyata ada," katanya.
![]() |
"Dan nanti akan kita kembangkan, tadi bilang ada 4-7 hektar. Sehingga hulunya kita bangun dan hilirnya ini sudah terbangun dan terus kita kembangkan," lanjut Halim.
Kepala Dispar Kabupaten Bantul Kwintarto Heru Prabowo menambahkan, nantinya lahan untuk tanaman jamu menjadi multiplayer effect karena dapat menjadi objek wisata (obwis) baru di Bantul. Obwis tersebut, kata Kwintarto, adalah agrowisata yang kedepannya dapat memberikan banyak dampak positif untuk warga Kiringan.
"Tadi Pak Lurah berkomitmen, setidaknya ada 4-7 hektar tanah yang disiapkan. Nah, terus saya sudah sarankan ketika ada lahan yang ditanami tanaman jamu didesain sebagai agrowisata. Sehingga menjadi salah satu destinasi wisata baru, sekaligus mendukung bahan jamu di Kiringan," katanya.