Bagi sebagian orang, mungkin akan berpikir ulang untuk menggeluti bisnis tokek. Namun siapa sangka, bisnis hewan melata ini bisa membawa cuan hingga puluhan juta rupiah.
Seperti yang digeluti Eko Supriyanto (40) warga Desa Mantrianom, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara. Tahun ini, genap sudah 10 tahun ia bergelut dengan bisnis tokek. Tidak heran jika ada ribuan ekor tokek di halaman rumahnya.
Namun tidak perlu khawatir, ribuan ekor tokek ini sudah mati. Tokek ini dikeringkan untuk dijadikan dendeng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya dulu tahun 2012 saya mulai bergelut bisnis tokek. Dulu awalnya saya jual-beli basah. Satu tahun kemudian baru merambah ke dendeng tokek atau tokek yang dikeringkan," ujarnya saat ditemui di rumahnya, Minggu (25/9/2022).
![]() |
Ribuan ekor tokek ini datangkan dari penangkaran tokek di Kabupaten Kebumen dalam keadaan sudah mati. Ia bersama enam karyawannya kemudian mengeringkan tokek agar bisa tahan lama.
"Isinya dikeluarkan dan dijadikan dendeng. Kemudian dijapit dan dipanggang di oven sampai sekitar 15 jam agar tokek-tokek ini awet," terangnya.
Tidak main-main, ribuan tokek ini untuk memenuhi pasar ekspor. Eko mengirimkan dendeng tokek ke Tiongkok. Biasanya pengiriman dilakukan setiap dua pekan.
"Kami di sini setiap hari produksi. Ada 750 pasang tokek kering setiap hari. Tetapi untuk pengirimannya per dua minggu kami ekspor ke Tiongkok," kata dia.
![]() |
Eko mengaku, sejauh ini bisnis dendeng tokek masih kurang diminati. Padahal usaha tersebut menghasilkan uang hingga puluhan juta dengan risiko yang terbilang kecil.
"Risikonya terbilang kecil, karena ini kan memang tokeknya mati. Jadi tidak ada beban hewannya harus hidup. Kalau budi daya lain kan memang menjaga jangan sampai ada yang mati. Rata-rata setiap bulan bisa Rp 10 juta lebih," sebutnya.
(rih/dil)