Naiknya harga BBM subsidi menyebabkan biaya perbekalan kapal nelayan di Kota Tegal, Jawa Tengah, membengkak. Walhasil, banyak nelayan yang tidak melaut dan mengaku mulai terlilit utang. Nelayan pun menagih janji pemerintah soal bantuan.
Dampak naiknya harga BBM bisa dilihat dari kondisi pelabuhan. Saat ini ratusan kapal nelayan hingga Selasa (13/9/2022) masih bersandar di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari Kota Tegal. Kapal-kapal itu belum melaut karena terhambat masalah BBM yang harganya membengkak.
Tambari (56), salah satu pemilik kapal asal Muarareja Kota Tegal menjelaskan naiknya harga BBM subsidi untuk kapal di bawah 30 gross ton dan BBM non subsidi untuk kapal-kapal berukuran besar membuat para juragan tak mampu memberangkatkan kapalnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Tambari, kendalanya adalah ongkos perbekalan yang naik sebagai dampak naiknya yarga BBM. "Saya pelaku usaha perikanan yang tak mampu memberangkatkan kapal karena harga solar tinggi. Kami harap harga diturunkan," pintanya.
Tambari menjelaskan, beberapa pemilik kapal lainnya di wilayah Pantura Kota Tegal juga tak mampu memberangkatkan kapalnya. Dia berharap pemerintah segera mengembalikan harga solar bersubsidi ke harga semula, daripada dialihkan untuk memberikan kompensasi BLT BBM.
"Menurut sebagian teman pemilik kapal, tidak setuju langkah pemerintah memberikan bantuan langsung tunai pada rakyat. Karena saya juga bagian dari rakyat sektor perikanan. Mendingan harga solar diturunkan," tandasnya.
Meski ada kapal yang berangkat melaut, Tambari berujar, keuntungan dari hasil tangkapan ikan tak sebanding dengan biaya pembelian bahan bakar solar dan perbekalan. Tambari menyebut, saat ini banyak pemilik kapal di Pantura Tegal termasuk dirinya mulai terlilit utang dari bank.
Tambari menerangkan, para pemilik kapal sebelumnya telah meminjam dana untuk biaya peralihan dari kapal cantrang ke kapal jaring berkantung. Proses peralihan dan perbaikan kapal itu telah menelan biaya miliaran rupiah. Dia juga menanyakan bantuan dari pemerintah yang hingga kini belum terealisasi.
"Kapal-kapal kami tidak mampu berangkat. Terus terang, tadi ada teman-teman ngomong tidak mampu setor ke bank. Lalu janji pemerintah mana, yang akan membantu kami? Kami beli jaring saja Rp 1,5 miliar dapat utang dari bank, dulu pemerintah janji mau bantu kami tapi cuma omong kosong," pungkasnya.
(dil/sip)