Curhat Sopir Angkot Pekalongan soal BBM Naik: Sering Tombok, Uang Sewa Dicicil

Curhat Sopir Angkot Pekalongan soal BBM Naik: Sering Tombok, Uang Sewa Dicicil

Robby Bernardi - detikJateng
Senin, 12 Sep 2022 14:59 WIB
Sopir angkot di Kabupaten Pekalongan, Senin (12/9/2022).
Sopir angkot di Kabupaten Pekalongan, Senin (12/9/2022). Foto: Robby Bernardi/detikJateng
Kabupaten Pekalongan -

Kenaikan harga BBM masih menyisakan problem bagi supir angkot. Sebab, kenaikan BBM belum dibarengi kenaikan tarif angkutan. Pendapatan mereka pun tak sesuai harapan. Bahkan, kerap kali para sopir itu terpaksa menunda bayar sewa angkot ke majikannya, Rp 50 ribu per hari.

Salah satunya ialah Dodi (46) sopir angkot jurusan Kajen-Wiradesa. Sebelum harga BBM naik, Dodi mengaku kondisi para sopir angkot sudah terpuruk.

"Kehidupan kita di angkot, tergantung pada pelajar, pegawai/karyawan dan pedagang. Selebihnya kalau ada sewa. Itu pun jarang," kata Dodi kepada detikJateng, Senin (12/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dodi mengatakan, sulit bagi dirinya untuk bisa pulang membawa uang lebih dari Rp 50 ribu per hari.

"Untuk dapur rumah ya minim banget Rp 40 ribu, untuk bayar sewa angkutan Rp 50 ribu, bensin satu rit (sekali jalan) saja sekarang Rp 30 ribu. Bensin belum pulang-pergi. Berapa itu hitung," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Memang, angkot masih diperbolehkan membeli BBM jenis Pertalite. Namun, naiknya harga Pertalite membuat ongkos bensin menjadi membengkak.

"Selisih harga dua ribu lebih dari harga lama. Dua ribu itu sangat berarti bagi kami. Harga-harga lain juga mulai naik, istri beli sayur mahal sekarang," ucapnya. Belum lagi tarif sewa angkutannya Rp 50 ribu per hari.

"Untungnya saya punya majikan baik. Sewa Rp 50 ribu bisa dicicil, atau ditunda," katanya.

Penumpang dari anak sekolah yang selama ini jadi andalan supir angkot kini jumlahnya menurun sejak adanya sistem zonasi.

"Anak sekolah bayarnya separuh, tapi kalau ramai kan lumayan. Tapi, sekarang jarang ada anak-yang bersekolah jauh. Hanya sedikit, karena zonasi itu," kata Dodi.

Sama halnya dirasakan Anton (57). Dia mengatakan, rata-rata supir angkot 'tebok' atau tombok untuk bayar sewa yang kurang.

"Ya tebok (tombok). Kalau hanya dapat Rp 40 ribu, kita seharusnya bayar sewa angkot Rp 50 ribu, kita baru bisa bayarkan Rp 20 ribu, sisanya buat istri. Kita hutang Rp 30 ribu ke majikan," keluhnya.

"Ya untungnya majikan baik. Kadang kita nggak setor sama sekali juga tidak kena marah, kondisi semakin sulit," ucapnya.

Para pengemudi angkot pun meminta Pemkab Pekalongan segera menyesuaikan tarif angkutan. Menanggapi hal itu, Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kabupaten Pekalongan, Slamet, akan berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan.

Hitung-hitungan rencana kenaikan tarif angkot ada di halaman selanjutnya...

"Insya Allah satu atau dua hari ke depan kita akan bertemu dan mudah mudahan semuanya lancar,'' ujar Slamet.

"Kasihan sama nasib angkot ini, tiap tahun pasti jumlahnya menurun. Sekarang berapa saya lupa jumlahnya. Yang jelas turun 20-30 persen," imbuh dia.

Karena kenaikan harga BBM cukup tinggi, Slamet berujar, paling tidak tarif angkot akan naik sekitar 20-30 persen. "Penumpang tahu kalau BBM sudah naik. Jadi ada juga penumpang yang menambahi karena kasihan, karena kita belum menaikkan tarif," katanya.

Saat dihubungi, Kabid Lalulintas dan Angkutan Jalan pada Dinas Perhubungan Kabupaten Pekalongan Suhirdi menjanjikan tarif baru angkot akan ada dalam waktu dua hari.

"Untuk kenaikan tarif nanti ada pembahasan pada rapat forum LLAJ melibatkan Organda, Bappeda, Kepolisian, Satpol PP dan DPU serta elemen lainnya paling lambat Selasa (13/9)," katanya. Hasil kesepakatannya akan diajukan menjadi Peraturan Bupati (Perbup).

Pihaknya juga melakukan survei di Kecamatan Doro, Kesesi, Kajen dan lainnya. Hasil survei itu akan dirapatkan di Forum LLAJ bersama Koperasi dan Organda.

Seperti diketahui, pemerintah menaikkan harga Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Harga solar subsidi naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter. Sedangkan harga Pertamax naik dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.

Sementara itu, Kapolres Pekalongan AKBP Arief Fajar Satria bersama jajarannya dan mahasiswa menggelar bakti sosial dengan membagikan sembako kepada pengemudi angkot dan penarik becak.

"Hari ini kami menyediakan 1.000 paket sembako. Di kawasan Tugu Nol kami bagikan 500 paket. Sisanya nanti kita bagikan ke tempat lain. Aksi ini kita lakukan juga hari sebelumnya, sebagai bentuk kepedulian kita, walaupun tidak bisa membantu banyak,'' katanya.

Halaman 2 dari 2
(dil/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads