Dolar Amerika Serikat (AS) masih perkasa di level Rp 14.900. Melemahnya nilai tukar rupiah ini diprediksi oleh para ekonom akan berdampak pada naiknya harga sejumlah barang.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, menguatnya nilai tukar AS dapat berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat Indonesia secara langsung. Dampaknya, inflasi mungkin akan terjadi dan menekan daya beli masyarakat.
Bhima juga menyampaikan, penguatan dolar AS akan berpotensi mengerek kenaikan biaya produksi pada industri manufaktur, apalagi yang masih banyak menggunakan barang impor. Akibatnya, harga produk di tengah masyarakat akan meningkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pelemahan ini berdampak ke beberapa hal, pertama ada kenaikan biaya produksi industri manufaktur. Kenaikan biaya produksi ini, utamanya di manufaktur bergantung ke bahan baku impor akan diteruskan kepada konsumen akhir maka akan menciptakan tekanan inflasi lebih tinggi di dalam negeri," papar Bhima kepada detikcom seperti dikutip dari detikFinance, Selasa (21/6/2022).
Berikut deretan harga yang diprediksi bakal naik
Harga Pangan dan Energi
Bhima menyampaikan, salah satu barang yang diperkirakan mengalami kenaikan seperti energi dan pangan. Apalagi Indonesia masih banyak melakukan impor pada kebutuhan energi dan pangan.
"Tentunya kenaikan harga kebutuhan pokok akan terjadi akibat nilai tukar melemah dan membuat masyarakat keluarkan lebih banyak uang untuk beli kebutuhan sehari-hari," terang Bhima.
Kondisi ini, menurut Bhima, yang paling terpukul adalah kelompok masyarakat miskin di dalam 40% kelompok pengeluaran paling bawah.
"Paling terpukul ini 40% kelompok pengeluaran paling bawah. Karena semakin rendah pengeluaran maka semakin rentan terhadap fluktuasi nilai tukar yang berimbas ke harga barang di pasar," ungkap Bhima.
Laptop Sampai Handphone
Selain energi dan pangan, barang yang diprediksi harganya akan mengalami kenaikan yakni laptop dan gawai. Hal ini sebagaimana disampaikan Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal.
Faisal menyampaikan, semua barang itu naik karena masih banyak diimpor. Dengan menguatnya kurs Dolar AS, biaya impor barang-barang akan semakin besar.
"Betul, itu termasuk (laptop dan handphone) karena dia barang impor," ungkap Faisal kepada detikcom.
Obat-obatan hingga Pakaian
Harga barang-barang impor lainnya yang diprediksi naik yakni macam obat-obatan dan pakaian. Hal itu terjadi karena barang-barang tersebut banyak diimpor dan membutuhkan mata uang dolar untuk transaksinya.
"Dampaknya memang akan semakin mengkatrol harga barang-barang yang kita impor. Baik barang jadi seperti bahan pangan, obat-obatan, pakaian, kendaraan, elektronika, dan lainnya. Maupun bahan baku bagi industri dalam negeri," ungkap Faisal.
"Jadi pelemahan Rupiah ikut berkontribusi terhadap inflasi disamping kenaikan harga komoditas sendiri di pasar global," pungkasnya.
(apl/sip)