Tingginya harga minyak goreng di pasaran berimbas pada pelaku UMKM di Banjarnegara, Jawa Tengah. Produsen keripik di Desa Gumiwang, Kecamatan Purwanegara, terpaksa libur produksi akibat tingginya harga minyak goreng.
"Sudah satu minggu ini tidak produksi. Karena harga minyak terus naik. Selain mahal juga susah didapat. Kadang mau produksi tapi minyaknya belum ada, jadi libur tidak goreng," ujar salah seorang produsen keripik di Desa Gumiwang, Sukini, saat ditemui wartawan di tempat produksinya, Jumat (21/1/2022).
Ia menyebut, saat ini harga minyak satu karton isi 18 liter mencapai Rp 353 ribu. Padahal sebelumnya harga minyak goreng hanya Rp 185 ribu per karton atau 18 liter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dampaknya luar biasa, yang tadinya satu karton isi 18 liter harganya hanya Rp 185 ribu. Tapi setiap hari naik dan sampai pengiriman terakhir itu harganya mencapai Rp 353 ribu per 18 liter," sebutnya.
Naiknya harga minyak goreng yang terjadi terus-menerus membuat dirinya sulit menentukan harga produk di pasaran. Ia pun sempat terpaksa menaikkan harga produknya tersebut.
"Kenaikan harga dua lipat jadi tetap naik harga produknya. Pembeli ada tapi kami kewalahan karena harga minyak yang terus berubah ubah. Itu sangat menyusahkan kami untuk menentukan harga karena tidak stabil," ujar dia.
Hasil produksinya ia pasarkan di sejumlah pasar tradisional di Banjarnegara hingga Purbalingga.
Sementara itu, berdasarkan pantauan detikJateng, harga minyak goreng di pasar tradisional Banjarnegara masih Rp 19 ribu per liter. Pedagang mengaku belum bisa menurunkan harga minyak goreng karena subsidi harga minyak belum menyentuh minyak goreng yang dijual di pasar tradisional.
"Harga minyak goreng di pasar tradisional masih Rp 19 ribu per liter. Kita masih pakai harga lama. Stok juga masih banyak. Karena subsidi minyak kan baru di pasar modern, di pasar tradisional belum," kata Agung, salah satu pedagang minyak goreng di pasar tradisional Banjarnegara.
(rih/sip)