Seorang ibu di Brebes menuntut keadilan atas kematian anaknya yang diduga di-bully atau dianiaya teman sekolahnya. Keluarga pun sudah mengadukan kasus ini ke polisi.
Adalah Siti Royanan (42) warga Desa Rengaspendawa, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, berharap kasus kematian anaknya Azka Rizki Fadholi (13) siswa kelas 7 MTS Miftahul Ulum segera diproses hukum. Sebelum meninggal pada 12 Agustus 2025, Azka sempat curhat mengalami perundungan dari empat temannya.
Kasus ini terungkap pada 8 Agustus lalu. Kala itu sang ibu curiga anaknya pulang sekolah dalam kondisi murung.
"Tidak biasanya, pulang sekolah anak saya murung. Sampai di rumah langsung masuk kamar tidak mau keluar," kata Siti Royanah mengawali cerita saat ditemui wartawan di rumahnya, Senin (16/12/2025).
Sejak saat itu, Azka tidak tampak bersemangat hingga emoh makan. Alasannya sedang tidak enak badan.
"Saat waktu salat Jumat tiba, seperti biasanya Pakdenya menghampiri untuk mengajak berangkat bersama. Tapi Azka tidak mau, alasannya kepala sakit," ucapnya.
Pada Sabtu 9 Agustus 2025 anaknya akhirnya berangkat sekolah. Namun Siti curiga kaos kaki anaknya kotor seperti bekas terperosok ke lumpur.
"Curiga saya lihat kaos kaki kotor seperti habis terperosok lumpur. Saya suruh ganti kaos kakinya yang kotor namun almarhum tidak mau ganti," ungkapnya.
Malam harinya Siti kembali menanyakan kondisi kesehatan anaknya itu. Saat itu Azka mengeluhkan sakit pada sejumlah badannya.
Kemudian saat Senin 11 Agustus 2025 dini hari, korban keluar kamar dipapah kakaknya untuk ke toilet.
"Saat itu saya sedang memasak mi instan di dapur, Azka yang dipapah kakaknya hampir jatuh kemudian saya rangkul dan antar ke toilet," jelas Siti.
Setelah dari toilet, korban duduk di ruang tamu. Siti kembali bertanya hingga Azka akhirnya mengaku telah dianiaya teman temannya.
"Saya tanyain sambil nangis kamu kenapa. Kemudian Azka mengatakan, 'saya mau ngomong tapi ibu jangan marah, saya dipukulin sama teman di sekolahan. Saya diancam jangan ngomong sama siapa-siapa'," ujar Siti mengenang percakapannya dengan Azka.
Pagi harinya kondisi korban makin parah. Azka sempat kejang dan membawanya ke puskesmas tapi kemudian disarankan ke RS Harapan Sehat Jatibarang.
"Karena sempat kejang, kemudian saya bawa ke puskesmas. Baru sampai di depan puskesmas, kemudian puskesmas menolak, meminta agar langsung di bawa ke rumah sakit saja," lanjutnya.
Sehari mendapatkan perawatan medis di RS Harapan Sehat Jatibarang, remaja itu meninggal dunia. Azka disebut meninggal karena penyakit DBD.
"Korban sempat dirawat di RS selama 1 hari akhinya meninggal dunia. Awalnya dikabarkan karena DBD, tapi ada petugas yang membacakan hasil rekam medis, ada memar dan fraktur. Ini sama dengan pengakuan anak saya," ungkap Siti.
(ams/dil)