Kisah Mahasiswa Aceh Bertahan di Purwokerto Saat Keluarganya Kena Bencana

Kisah Mahasiswa Aceh Bertahan di Purwokerto Saat Keluarganya Kena Bencana

Anang Firmansyah - detikJateng
Jumat, 12 Des 2025 17:38 WIB
Kisah Mahasiswa Aceh Bertahan di Purwokerto Saat Keluarganya Kena Bencana
Fariha Salsabila, Mahasiswi UMP asal Aceh yang sudah dua minggu terputus komunikasi dengan keluarganya di Kabupaten Bener Meriah, Jumat (12/12/2025). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Banyumas -

Dua mahasiswa asal Aceh yang tengah menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) menceritakan pengalaman mereka saat keluarganya di kampung halaman terdampak bencana. Mereka sulit berkomunikasi dengan keluarganya. Mereka juga harus bertahan hidup tanpa kiriman uang.

Diketahui, bencana besar yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera membuat komunikasi terputus, akses jalan lumpuh, dan logistik menipis.

Fariha Salsabila, mahasiswi Prodi Anestesi asal Kabupaten Bener Meriah, mengaku hanya bisa mengandalkan tabungan untuk bertahan hidup di Purwokerto, Banyumas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya hidup dari tabungan, karena minjam ke teman itu sungkan. Siapa tahu mereka juga butuh," kata Fariha, Jumat (12/12/2025).

ADVERTISEMENT

Ia terakhir pulang pada September lalu. Kini, kabar dari keluarganya datang sangat terbatas.

"Setelah kejadian itu, kontak cuma dua menit. Alhamdulillah keluarga selamat semua, tapi habis itu jaringan hilang lagi," ujarnya.

Menurut Fariha, jaringan di desanya hanya bisa mengandalkan Starlink, sementara akses transportasi menuju kampungnya terputus total.

"Terakhir kontak dua minggu lalu. Bantuan belum masuk karena akses putus semua. Keluarga bilang logistik habis, mereka makan dari hasil bumi. Saya ingin pulang, tapi nggak tahu caranya karena semuanya terputus," ucapnya

Pameran lukisan yang digelar dalam rangka penggalangan dana untuk korban bencana alam Pulau Sumatera di loby Rektorat UMP, Jumat (12/12/2025).Foto: Anang Firmansyah/detikJateng

Kisah serupa dialami Tamlika Priambanu, mahasiswa asal Aceh Utara yang juga sedang menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.

"Tempat saya terdampak banjir. Jaringan rusak, air bersih PDAM rusak, BBM juga langka," kata Tamlika.

Komunikasi dengan keluarga dilakukan lewat WhatsApp, itu pun tidak selalu berhasil.

"Saya ingin pulang, tapi akses jalan ke sana terputus semua," tuturnya.

Untuk bertahan hidup di perantauan, Tamlika langsung mengatur keuangan lebih ketat.

"Saya langsung beli sembako buat bertahan hidup. Karena nggak tahu mau dikirimi uang bulanan lagi kapan. Saya kos sama lima orang Aceh, jadi ya hemat-hemat. Kebutuhan utama paling untuk bensin," katanya.

Melihat kondisi mahasiswa asal Sumatera yang terdampak bencana, UMP memberikan sejumlah bantuan.

"Selama tidak mendapat kiriman, silakan datang ke Samara. Sehari tiga kali gratis. Kalian harus tetap sehat dan kuat, tidak boleh tidak makan," tegas Rektor UMP, Prof Jebul Suroso.

UMP juga membebaskan SPP tetap selama satu tahun bagi mahasiswa dari wilayah bencana.

"Untuk mengurangi beban korban bencana, SPP tetap kita bebaskan satu tahun atau dua semester. Lalu kita gratiskan makan sehari tiga kali di Samara Cafe," ujar Jebul.

Tak hanya itu, pihak kampus berencana membuka kesempatan kuliah bagi siswa SMA dari daerah terdampak.

"Kita akan undang dan jemput anak-anak SMA di sana untuk kuliah di UMP. Kita asramakan dengan beasiswa khusus korban bencana alam," terangnya.

Menurut dia, saat ini terdapat delapan mahasiswa Aceh di UMP. Sebagai bentuk solidaritas, UMP juga menggelar pameran dan lelang lukisan karya alumni penyandang disabilitas, Eprisa Nova Rahmawati. Pameran ini digelar di lobby rektorat selama dua hari ini.

"Hasil lelang karya ini 100 persen kita sumbangkan ke korban bencana alam," kata Jebul.

UMP Bebaskan SPP Setahun

Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) membebaskan pembayaran SPP selama dua semester bagi mahasiswa korban bencana alam Pulau Sumatera. Diketahui terdapat delapan mahasiswa asal Aceh dan Sumatera Utara yang saat ini menjalani studi di kampus setempat.

Rektor UMP, Prof Jebul Suroso menjelaskan bantuan ini dilakukan sebagai bentuk dukungan pihak kampus yang turut merasakan dampak bencana alam yang merenggut nyawa nyaris seribu korban jiwa.

"Untuk mengurangi beban korban bencana, SPP tetap kita bebaskan satu tahun atau dua semester terhadap mahasiswa asal Aceh dan Sumatera Utara," kata Jebul kepada wartawan, Jumat (12/12/2025).

"Selama tidak mendapat kiriman, silakan datang ke Samara. Sehari tiga kali gratis. Kalian harus tetap sehat dan kuat, tidak boleh tidak makan," sambungnya.




(apu/dil)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads