Salah satu wedding organizer (WO) asal Klaten diduga melakukan penipuan terhadap sejumlah kliennya. Para korban telah melapor ke Polres Klaten. Salah satu klien mengaku sudah membayar Rp 40 juta, tapi ternyata kateringnya belum dipesan hingga menjelang acara.
"Kalau ditotalin semua ada Rp 1,4 miliar. Kerugiannya campur ada yang lunas ada yang baru DP," kata salah seorang klien, Shelyne kepada detikJateng, Rabu (10/12/2025).
Menurut Shelyne, para korban yang terdata ada sekitar 40 orang. Akibatnya, para korban terpaksa ganti WO atau mengubah skema acara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Soalnya kebanyakan akhirnya tetap nikah, tapi bayar WO lain dan juga ubah skema nikahan, jadi cuman akad aja kayak saya," ujar Shelyne.
Korban lain, Mahanani, mengatakan dirinya mengalami hal serupa yang dikatakan Shelyne.
"Ya waktu bikin pelaporan pun bareng. Untuk acara saya sendiri tinggal 1 bulan, saya sudah bayar lunas kurang lebih hampir Rp 40 juta, tetapi untuk pembayaran ke vendor hanya dibayarkan ke DP MUA aja," ucap Mahanani kepada detikJateng.
Mahanani mengambil pilihan all package tanpa venue. Ternyata sampai H-1 bulan acara, kateringnya belum dipesan.
"Saya ambil all package tanpa venue saja dan di H-1 bulan untuk katering pun belum dibooking dan tidak ada kontak ke pihak katering," kata Mahanani.
"Di tanggal 27 Juni saya sudah membuat laporan ke Polres dan memang setelah acara itu ada pemanggilan dari Polres tetapi setelah itu tidak ada konfirmasi lagi," imbuhnya.
Dimintai konfirmasi detikJateng secara terpisah, penasihat hukum terlapor, Budi Wijaya Hamdi SH MH membenarkan jika kliennya yaitu WO Kembang Jaya dilaporkan oleh beberapa orang. Dia bilang kliennya tetap berupaya menyelesaikan secara restoratif justice.
"Klien saya ada posisi ingin menyelesaikan itu secara restoratif justice, secara kekeluargaan. Jadi klien saya sedang berupaya untuk pengembalian dana, dana sedang diupayakan," kata Budi saat diminta konfirmasi detikJateng, Rabu (10/12/2025) malam.
"Saya sering dapat WA dari klien-kliennya Kembang Jaya, saya jawabnya sama. Pendanaan sedang diupayakan, jadi mohon bersabar, memang ada yang tidak sabar melapor ke polisi. Bagi yang (tidak) melaporkan ke polisi jika dananya ada bisa langsung saya selesaikan, tapi bagi yang melapor saya harus tanya ke penyidik dulu," sambungnya.
Diberitakan sebelumnya, puluhan orang diduga menjadi korban penipuan oleh salah satu wedding organizer (WO) asal Klaten. Para korban akhirnya melapor ke Polres Klaten. Polisi pun turun tangan menyelidiki kasus tersebut.
"Saya sudah lapor. Tanggal 26 Juni 2025 saya lapor ke Polres Klaten," kata salah seorang korban, Shelyne kepada detikJateng, Rabu (10/12/2025).
Shelyne mengatakan kasus itu bermula pada pertengahan tahun 2024. Saat itu Shelyne hendak merencanakan pernikahan. Dia tertarik pada WO berinisial K asal Klaten.
"Jadi kronologinya itu saya pakai jasa WO di Klaten itu. Saya tertarik karena dari vendor-vendornya bagus, terus harganya lebih miring dari yang lain. Kalau dilihat dari portofolionya sih bagus karena dipakai pejabat-pejabat," ujar Shelyne.
Setelah merasa yakin, Shelyne kemudian membayar uang muka atau DP pada 26 Agustus 2024 sebesar Rp 8 juta. Uang itu dikirimkan ke rekening si pemilik WO.
"Saya bayar DP booking Rp 8 juta di awal, tapi kalau sudah nentuin tanggal (acara), diminta nambah lagi. Pas itu WO minta Rp 20 juta, tapi saya keberatan karena baru DP awal dan jaraknya masih setahun sehingga tambah (DP) Rp 10 juta, sehingga total uang masuk Rp 18 juta," lanjut Shelyne.
Sampai H-3 bulan, Shelyne bilang ada kasus viral salah satu vendor dekor bikin postingan kalau WO asal Klaten itu tidak amanah.
"Ternyata WO itu, jadi H-1 si vendor dekor belum dibayarkan lunas sehingga bikin postingan kalau mau bongkar dekor. Dari situ saya dan korban lain jadi cemas dan khawatir dan menghubungi vendor masing-masing," jelas Shelyne.
Ternyata, ungkap Shelyne, vendor-vendor yang ada di list belum ada yang di DP oleh terlapor. Menurut Shelyne, ada sejumlah korban lain yang bernasib sama dengan dirinya.
"Di situ kami semua para korban cemas dan akhirnya mencoba menghubungi pihak WO. Alibinya manajer keuangan yang tidak merekap pemasukan dengan baik," kata Shelyne.
Pada 22 Juni 2025, para korban mencari terlapor. Terlapor bilang bakal tanggung jawab.
"Katanya tanggal 25 Juni bakal ada pertanggungjawaban, tapi tidak ada. Lalu kami cari lagi tapi rumahnya kosong, akhirnya ketemu.Tapi saat diminta buat bikin surat perjanjian juga berkelit terus alias nggak mau, akhirnya karena situasi chaos dia (inisial B) dibawa ke Polres Klaten," papar Shelyne.
"Maka dari itu, korban kompak buat bikin surat laporan, bahkan ada yang dari luar kota juga bikin surat laporan ke Polres Klaten," imbuh Shelyne.
Shelyne menambahkan pernikahannya tetap berlangsung tapi ditangani oleh WO lain. Dia bilang korban WO asal Klaten ini ada sekitar 40 orang, termasuk dirinya.
"Untuk korban total sekitar 40 pasangan. Kerugiannya campur, ada yang sudah lunas ada yang baru DP, " jelas Shelyne.
Sementara itu Kasat Reskrim Polres Klaten AKP Taufik Frida Mustofa memebenarkan ada laporan tersebut.
"Sudah kami proses, sedang dalam penyelidikan," jawab Taufik saat diminta konfirmasi detikJateng, Rabu (10/12/2025).











































