Perempuan berambut pirang yang berjoget di puncak Candi Borobudur, akhirnya menyampaikan permintaan maaf. Pengelola Taman Wisata Borobudur (TWB) menyebut bakal meningkatkan pengawasan terhadap pakaian pengunjung.
"Kan pemilik akun sudah ketemu. Kita hubungi kemarin, yang bersangkutan sudah merespons, sudah dibuatkan video permohonan maaf," kata Stakeholder Management & Legal Division Head PT Taman Wisata Borobudur, Ridwan Fauzi saat dihubungi detikJateng, Jumat (5/12/2025).
"Maksudnya penyelesaian seperti itu. (Sebatas itu penyelesaiannya?) Iya, maksudnya sudah sampai dengan video di-take down dan ada video permohonan maaf," sambung Ridwan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, pihak manajemen sudah berkoordinasi dengan pihak Museum dan Cagar Budaya. Selanjutnya pengawasan akan ditingkatkan.
"Dari manajemen juga sudah berkoordinasi dengan Museum dan Cagar Budaya. Karena kan ini kolektif, kita petugas-petugas yang di lapangan terus meningkatkan (pengawasan)," jelas Ridwan.
"Maksudnya dalam artian peningkatannya adalah nanti ketika pengunjung-pengunjung yang pakaiannya masih belum sesuai ketentuan, maka diimbau untuk dapat menyesuaikan. Jadi, nanti ada tambahan imbauan, petugas pun sudah diberikan arahan. Baik itu, pamong cerita (pemandu), petugas-petugas yang melakukan screening sudah kita berikan arahan seperti itu untuk meningkatkan perhatiannya," tegasnya.
Kejadian tersebut, katanya, bisa menjadi pembelajaran bagi semuanya. Dia berharap pengunjung juga ikut menjaga nilai-nilai spiritual di Candi Borobudur.
"Untuk menjaga nilai-nilai dari Candi Borobudur, itu nilai spiritualitasnya, kemudian kesakralannya. Jadi, nanti harapannya tidak terulang," pungkasnya.
Sementara itu pengunjung yang berjoget itu sudah meminta maaf lewat unggahan video di akun TikTok pribadinya. Dalam keterangan yang ditampilkan dalam video itu, dia mengaku belajar dari kesalahannya.
"Saya dengan tulus meminta maaf karena bersikap tidak pantas di Borobudur. Saya sudah belajar dari kesalahan ini dan akan lebih berhati-hati ke depannya. Terima kasih kepada semua yang sudah mengingatkan saya," katanya di akun @chantalajah.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, beredar video seorang pengunjung wanita berjoget di puncak Candi Borobudur, Kabupaten Magelang menuai kritik. Pihak pengelola akan menegur pembuat video yang viral itu dan meminta take down.
Video tersebut salah satunya diunggah oleh akun instagram @borobudur_news. Terlihat dalam video seorang wanita berambut pirang dan berbaju warna merah muda ketat menari di atas Borobudur. Netizen pun mempertanyakan aksi tersebut karena dianggap tidak menghormati lokasi sakral itu.
"Tiktoker Joget di Atas Candi Borobudur Tuai Pro-Kontra. Seorang Tiktoker dengan akun chantalajah terekam asyik berjoget ala seleb di salah satu area Candi Borobudur. Aksinya ubu memicu perdebatan warganet, mengingat banyak yang menganggap Candi Borobudur sebagai tempat yang sakral dan harus dijaga etika kunjungannya. Video tersebut diketahui diunggah akun tersebut sekitar akhir November 2025 ini. Sebagian menilai aksinya tidak pantas dilakukan di kawasan suci, sementara sebagian lain menganggap itu hanya bentuk ekspresi konten hiburan. Menurut kalian, bolehkah membuat konten joget di lokasi sakral seperti Candi Borobudur?" tulis akun instagram @borobudur_news seperti dilihat detikJateng, Rabu (3/12/2025).
Ketua Majelis Nyingma Indonesia (MUNI) Lama Rama Santoso Liem mengatakan, menilai dari sudut pandang Buddhism, budaya dan moral humanis.
"Dari sudut pandang Buddhis, kami percaya dengan hukum karma, hukum tabur tuai. Apa yang ditanam, maka dirinya sendiri yang akan menuai perbuatan masing-masing," kata Lama Rama saat dihubungi detikJateng, Rabu (3/12/2025).
"Kita tidak perlu menilai atau menghakimi perbuatan seseorang. Karena pada akhirnya dia sendiri yang akan menerima akibat dari perbuatannya," sambung Lama.
Sedangkan dari sudut pandang budaya, kata Lama, rasanya tidak pantas perbuatan yang tidak senonoh di depan umum. Apalagi ditempat suci agama apapun.
"Lebih-lebih di tempat suci suatu agama, terlepas apapun agamanya. Kita sebagai orang timur harusnya menghargai kebudayaan timur, bukannya mengumbar-umbar kebudayaan yang bukan budaya timur," imbuh Lama.
Menurut Lama, dari sudut pandang moral humanisme, dia menganggap hal itu tidak etis bila berbuat sesuatu yang keluar dari garis-garis kehidupan manusia.
(aap/afn)











































