Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meluncurkan berbagai kebijakan untuk membalikkan penurunan angka kelahiran nasional. Di antaranya dengan mendorong warganya memiliki lebih banyak anak.
Dilansir detikHealth yang mengutip dari CNN, angka kelahiran nasional di Amerika Serikat terus menunjukkan tren penurunan sejak 2007. Menurut Centers for Disease Control and Prevention AS (CDC), jumlah kelahiran turun rata-rata 2 persen per tahun dari 2015 hingga 2020, meskipun angkanya kembali berfluktuasi setelah periode itu.
Wakil Presiden AS JD Vance juga menegaskan dukungan terhadap agenda tersebut dengan menyatakan, "Saya ingin lebih banyak bayi di Amerika Serikat." Ia juga mengkritik keputusan perempuan dan laki-laki yang memilih untuk tidak memulai keluarga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada pertengahan Oktober, Gedung Putih memperkenalkan rencana untuk memperluas akses layanan in vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung. Trump memuji inisiatif ini dan bahkan menyebut dirinya sebagai "presiden fertilisasi."
Gedung Putih juga mengumumkan adanya potongan harga untuk sejumlah obat yang digunakan dalam perawatan IVF melalui TrumpRx.gov, situs pemerintah yang belum diluncurkan dan diklaim akan membantu masyarakat mendapatkan obat dengan harga lebih terjangkau.
Kepala program Medicare dan Medicaid, Mehmet Oz, menyebut program potongan harga untuk sejumlah obat itu bisa menghasilkan 'bayi-bayi Trump' berkat obat infertilitas yang lebih murah.
Pemerintahan Trump mengumumkan akan mendorong perusahaan untuk mengadopsi model baru dalam menyediakan manfaat fertilitas sebagai opsi terpisah yang bisa diikuti karyawan.
Tapi langkah ini masih jauh dari janji awal Trump untuk membuat perawatan infertilitas gratis, dan kemungkinan belum cukup untuk mengatasi kekhawatiran finansial jangka panjang yang sering memengaruhi keputusan seseorang untuk memiliki anak.
Pemerintahan Trump juga mendorong satu kebijakan lain yang memberikan dukungan finansial jangka panjang bagi anak-anak di masa depan. Melalui The One Big Beautiful Bill Act, pemerintah menetapkan adanya 'Trump Account', rekening tabungan dengan keuntungan pajak yang akan diisi dana awal 1.000 dollar AS atau setara Rp 16,6 juta dari pemerintah federal untuk setiap anak Amerika yang memenuhi syarat.
Dana awal ini kerap disebut sebagai 'bonus bayi'. Setoran perdana dijadwalkan mulai dilakukan pada 2026, dengan pemerintah otomatis membuka rekening untuk bayi yang lahir setelah 31 Desember 2024 hingga sebelum 1 Januari 2029.
Orang tua dapat menyetor hingga 5.000 dollar AS atau setara Rp 83 juta per tahun ke dalam rekening tersebut, sementara perusahaan tempat orang tua bekerja dapat menyumbang hingga 2.500 dollar AS atau setara Rp 41,6 juta setiap tahun.
Rekening ini dirancang sebagai instrumen tabungan jangka panjang. Meski detail mekanismenya masih difinalisasi, dana dalam rekening tidak dapat ditarik sebelum anak berusia 18 tahun. Setelah itu, rekening tersebut kemungkinan akan beralih menjadi IRA (Individual Retirement Account) tradisional.
Di sisi lain, kelompok pendukung hak-hak reproduksi dan berbagai organisasi advokasi menilai bahwa upaya pemerintah untuk meningkatkan angka kelahiran tidak sebanding dengan prioritas kebijakan lain yang justru berfokus pada pemangkasan berbagai program federa, seperti Medicaid, Children's Health Insurance Program (CHIP), dan sejumlah inisiatif yang mendukung perempuan dan anak.
Menurut mereka, fokus 'pro-keluarga' ini bukan hanya soal mendorong masyarakat memiliki lebih banyak anak, tetapi digunakan sebagai alat politik untuk mendorong agenda konservatif yang berpotensi mengancam kesehatan perempuan, hak-hak reproduksi, serta partisipasi perempuan dalam dunia kerja.
Bahkan, beberapa pihak memperingatkan bahwa kebijakan-kebijakan tersebut dapat membuat masyarakat semakin enggan menjadi orang tua dan memicu peningkatan angka kematian ibu.
"Kelompok religius garis kanan menginginkan lebih banyak bayi dari keluarga Kristen kulit putih dan berusaha membatasi kebebasan reproduksi perempuan demi mencapai tujuan tersebut," kata Marian Starkey, juru bicara Population Connection, organisasi nirlaba yang mempromosikan stabilisasi populasi melalui peningkatan akses terhadap kontrasepsi dan layanan aborsi.
"Ancaman yang sebenarnya adalah terkikisnya hak-hak reproduksi secara terus-menerus," sambungnya.
(dil/apl)











































