Mahamenteri KGPA Tedjowulan mengundang Paku Buwono XIV Purbaya dan Paku Buwono XIV Mangkubumi dalam pertemuan yang digelar di Loji Gandrung, Solo sore tadi. Dari undangan Tedjowulan, yang hadir hanya PB XIV Mangkubumi.
Juru bicara KGPA Tedjowulan, Kanjeng Pakoenegoro mengatakan pertemuan tersebut diinisiasi oleh Tedjowulan sebagai pelaksana fungsi ad interim Raja atau Sunan di Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
"Gusti Tedjowulan menyesalkan sikap Purbaya yang masih saja tidak kooperatif. Setelah undangan resmi pertama untuk menghadiri rembuk keluarga pada 13 November 2025 tidak diindahkan, Gusti Purbaya lagi-lagi tidak bersedia hadir memenuhi undangan resmi kedua dari Mahamenteri," kata Kanjeng Pakoenegoro melalui keterangan tertulis yang diterima detikJateng, Jumat (28/11/2025) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan undangan nomor 20/MM/KKSH/11-2025 ditujukan khusus kepada Gusti Hangabehi dan Gusti Purbaya sebagai sesama Putradalem Sawarga Paku Buwono XIII. Diketahui keduanya sama-sama telah mengukuhkan diri sebagai penerus takhta dengan gelar Paku Buwono XIV.
"Surat ditembuskan kepada Walikota Solo, Respati Ardi. Walikota memfasilitasi pertemuan para pihak itu dengan menyediakan ruang di rumah dinasnya," tuturnya.
Menurutnya, dari pihak PB XIV Mangkubumi setelah mendapat undangan tersebut langsung menyatakan kehadirannya. Sedangkan dari pihak PB XIV Purbaya disebut menerima undangan namun tidak memberikan konfirmasi.
"Undangan untuk Gusti Purbaya diterima oleh KGPH Adipati Dipokusumo sebagai Pengageng Parentah Karaton," tuturnya.
Dilansir dari detikTravel, Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon buka suara mengenai dualisme Keraton Solo. Ia menjelaskan bahwa sebelum konflik perebutan takhta muncul kembali, sebenarnya sudah pernah dilakukan upaya perdamaian antara pihak-pihak yang berseteru.
"Struktur dan kesepakatan sebelumnya sudah ada. Sinuhun Pakubuwono XIII dengan Panembahan Agung Tedjowulan waktu itu sudah didamaikan, kalau tidak salah pada 2017. Beliau sebagai maha menteri dan sosok yang dituakan," kata Fadli Zon di Gedung E Kementerian Kebudayaan, Kompleks Kemdikbudristek, Senayan, Jakarta, Selasa (25/11/2025).
Fadli berharap konflik perebutan takhta tidak berlarut-larut dan dapat diselesaikan melalui musyawarah keluarga.
"Tentu waktu itu saya juga pernah mengeluarkan surat agar keluarga bermusyawarah, berembuk. Kita tidak ingin konflik yang berkelanjutan, apalagi mengulang peristiwa masa lalu," ujarnya.
Ia juga menaruh harapan kepada Panembahan Agung Tedjowulan untuk menjadi sosok yang dituakan dan memimpin proses perembukan. "Dengan adanya Panembahan Agung Tedjowulan, saya kira beliau bisa menjadi figur yang dituakan untuk memimpin perembukan itu. Ke depan diharapkan muncul konsensus dan kesepakatan," ujarnya.
(afn/alg)











































