DLH Demak mulai memanfaatkan sampah plastik tipis sebagai bahan baku struktur pemecah ombak. Melalui kerja sama dengan BRI, limbah tersebut diolah menjadi eco hex brick-paving heksagonal berukuran besar yang kini dikirim ke kawasan pesisir untuk melindungi permukiman warga.
Sekretaris DLH Demak, Sudarwanto, menjelaskan bahwa inovasi ini dikembangkan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Berahan Kulon. Di lokasi itu, limbah plastik dilelehkan dan dicampur dengan pasir sebelum dicetak menjadi balok heksagonal berukuran jumbo.
"Pembuatan eco hex brick ini dilakukan di TPA Berahan Kulon, Kecamatan Wedung. Jadi sampah plastik yang tipis-tipis itu diolah, dilelehkan, kemudian dicampur dengan pasir, kemudian dicetak sedemikian rupa," terang Sudarwanto dalam keterangannya, Senin (24/11/2025).
Ia menyebut eco hex brick memiliki dimensi jauh lebih besar daripada paving biasa, dengan bobot puluhan kilogram.
"Eco hex brick yaitu semacam paving tapi (ukurannya) besar sekali. (Beratnya) seperti satu (sak) semen itu (sekitar) 40 kilo," kata Sudarwanto.
Menurutnya, proyek ini lahir dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) BRI yang membantu pengolahan sampah plastik menjadi material bernilai guna.
"Kita kerja sama dengan CSR BRI itu mengolah plastik menjadi eco hex brick," tambahnya.
Setiap hari, TPA Berahan Kulon mampu memproduksi 12 eco hex brick. Hingga kini, puluhan unit telah dikirim ke Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, untuk membantu menahan abrasi.
"Kapasitas perhari 12 eco hex brick kita cetak. Ini sudah ada 86 cetakan yang yang kemarin sudah kita kirim ke Timbulsloko untuk dimanfaatkan sebagai alat pemecah ombak," pungkasnya.
Simak Video "Video Upaya Pemerintah Selamatkan Pantai Kuta dari Abrasi"
(akn/ega)