Pro Kontra Siswa-Ortu soal Wacana 6 Hari Sekolah di Jateng

Pro Kontra Siswa-Ortu soal Wacana 6 Hari Sekolah di Jateng

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Minggu, 23 Nov 2025 17:40 WIB
Ilustrasi sekolah
Ilustrasi sekolah. Foto: Getty Images/GlobalStock
Semarang -

Wacana pengembalian program enam hari sekolah tengah dikaji Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) untuk dilaksanakan mulai semester depan. Wacana ini pun memancing beragam respons dari siswa hingga orang tua.

Salah satu siswa SMAN 11 Semarang, Albani Telanai (16) mengatakan sistem lima hari maupun enam hari sekolah pada dasarnya sama saja melelahkan.

"Saya sendiri tidak terlalu mempermasalahkan sistem lima atau enam hari sekolah, karena sebetulnya akumulasi dari dua sistem tersebut pasti sama dan hasil akhirnya adalah sama-sama melelahkan," kata Albani saat dihubungi detikJateng, Minggu (23/11/2025)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, sisi positif enam hari sekolah membuat porsi pembelajaran harian berpotensi lebih singkat. Tetapi hal itu juga mengorbankan waktu istirahat siswa.

"Kebijakan yang sering berubah ini pasti mengganggu stabilitas siswa, karena para siswa siswi cenderung akan mempermasalahkan waktu daripada fungsi," ujarnya.

ADVERTISEMENT

"Lama-kelamaan sekolah hanya dijadikan pengisi waktu luang dibanding mencari ilmu, karena mutu kualitasnya tidak pernah diutamakan," lanjutnya.

Menurut dia, pemerintah seharusnya berfokus meningkatkan kesejahteraan dan kualitas tenaga pendidik.

"Seharusnya pemerintah lebih mengedepankan kesejahteraan tenaga pendidik daripada asik mengubah jam saja. Karena sebetulnya yang kurang dari pendidikan saat ini adalah kualitas pendidikannya, bukan jam belajarnya," ucapnya.

Salah satu siswa SMK Bina Nusantara Ungaran, Muhammad Farhan Daffara (16), menyatakan tidak setuju dengan program enam hari sekolah.

"Menurut saya lebih baik tidak enam hari sekolah, karena di hari biasa pun pulangnya sore dan banyak tugas yang numpuk," kata Farhan saat dihubungi detikJateng.

Ia mengaku lima hari sekolah dengan waktu belajar yang padat sudah cukup melelahkan.

"Positifnya bisa bertemu dengan teman dan membahas tugas, tapi enam hari sekolah membuat capek. Sudah efektif yang lima hari sekolah, karena pulangnya juga sore dan tugas sering numpuk," ujarnya.

"Harapan saya untuk ke depannya mending tidak usah saja, karena lima hari sekolah itu saja sudah membuat capek, apalagi tambah 1 hari," lanjutnya.

Salah satu wali murid asal Semarang Barat, Heri (50), mengaku mendukung sekolah enam hari. Ia menilai pola sekolah lima hari membuat anak terlalu diforsir.

"Kalau 6 hari sekolah anak bisa istirahat, malam bisa belajar, Sabtu ndak keluyuran. Kalau lima hari sekolah, satu hari full, anak jadi capek, ditambah ekstrakurikuler sekolah sama les. Pulang sekolah les sampai malam, kasihan anaknya, diforsir," katanya saat dihubungi detikJateng.

Menurutnya, 6 hari sekolah justru membuat pembelajaran lebih efektif apabila jam belajarnya lebih pendek setiap hari.

"Pagi itu anak masih fresh. Kalau sudah siang ke sore itu pasti sudah capek. Sudah tidur, sudah makan siang, jadi malas, kurang fokus," ucapnya.

Heri menyebut, selama 5 hari sekolah, anaknya yang duduk di kelas 10 itu sering pulang pukul 17.00-17.30 WIB. Sementara saat libur Sabtu, biasanya anaknya tidur lebih lama dan belajar santai.

"Kalau Sabtu mau buat sama keluarga, kan Minggu masih bisa. Untuk refreshing hari Minggu bisa," tuturnya.

Sementara itu wali murid asal Kecamatan Gayamsari, Nugroho Wisnu (45), memilih netral dan menyerahkan keputusan pada pemerintah.

"Kalau buat saya nggak masalah, itu kan kebijakan pemerintah. Sebagai orang tua ya ikut saja," katanya saat dihubungi detikJateng.

Ia melihat sisi positif dari enam hari sekolah, terutama soal pengawasan. Namun ia berharap jika Sabtu nantinya siswa masuk, jam belajar jangan penuh.

"Kalau anak SMA libur biasanya dolan. Kalau ada sekolah kan dolannya berkurang. Biasanya Sabtu libur, kalau anak saya kan pengurus organisasi, kalau pamitnya sih ada kegiatan, tapi kan kenyataannya nggak tahu," katanya.

Ia juga mengkritik kebijakan pendidikan yang sering berubah. Selama ini anaknya yang duduk di kelas 10 SMAN 11 Semarang itu pulang sekitar pukul 16.00 WIB. Ia belum tahu jika sekolah enam hari digulirkan mekanismenya akan seperti apa.

"Menurut saya lebih bagus dipatenkan aturannya. Soalnya kan terlalu sering ganti. Sering ganti itu malah anak nggak bisa fokus," tuturnya.

Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) tengah mengkaji program enam hari sekolah bagi SMA/SMK. Program itu masih digodok hingga kini.

"(Program 6 hari sekolah) Masih kajian, nanti saja kalau sudah fix. Ini baru dikaji oleh tim," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng, Sadimin melalui pesan singkat kepada detikJateng, Jumat (21/11/2025).

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti pun memberikan tanggapan seperti berikut.

"Itu kebijakan dari pemerintah daerah prinsipnya yang kita atur adalah lama belajar dalam satu minggu," kata Abdul Mu'ti kepada wartawan di Kudus, Sabtu (22/11/2025).

Mu'ti menyebut hal terpenting adalah durasi belajar anak dalam satu minggu. Dia tidak mempermasalahkan jika pemerintah daerah membuat kebijakan terkait dengan enam hari sekolah.

"Yang penting lama belajar satu minggu sesuai dengan ketentuan. Apakah mereka mau lima hari atau enam hari, itu kebijakan dari pemerintah daerah," jelasnya.

Halaman 3 dari 2


Simak Video "Video: Kecelakaan Karambol di Tol Gayamsari Semarang, 8 Orang Terluka"
[Gambas:Video 20detik]
(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads