Sebanyak 18 ekskavator bakal dikerahkan untuk proses pencarian dan evakuasi korban longsor di Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara. Saat ini, 18 orang masih dalam pencarian.
Kepala Basarnas Semarang, Budiono, mengatakan pada hari kelima kemarin, sudah ada 12 ekskavator yang dikerahkan di dua sektor yakni sektor A dan C. Sementara di sektor B fokus pada penyodetan genangan air. Anjing K9 dan alkon pun masih digunakan.
"Dalam pencarian hari kelima sebanyak 12 ekskavator dikerahkan di dua sektor yakni sektor A dan C, sedangkan di sektor B yang fokus pada penyodetan genangan air telah mencapai progres 35 persen. Untuk K9 dan juga alkon masih pergunakan hingga sampai kini," kata Budiono dalam keterangan tertulisnya, Jumat (21/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada info dari kementerian PUPR sebanyak 6 lagi sehingga total nanti ada 18 alat berat. Semoga dengan semakin banyaknya alat berat yang dikerahkan, semakin cepat seluruh korban bisa ditemukan" lanjut Budiono.
Adapun Kamis (20/11), kemarin Tim SAR Gabungan yang dipimpin Basarnas Semarang telah menemukan 7 jenazah di sektor A-C dalam sehari.
"Tim berhasil menemukan kembali korban yang tertimbun longsor sebanyak 5 jasad dan juga 2 body part sehingga ada 7 penemuan" ungkapnya.
Proses pencarian dan evakuasi korban tanah longsor di Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara. Foto diunggah Jumat (21/11/2025). Foto: dok. Basarnas Semarang |
"Adapun identitas jasad yang berhasil teridentifikasi, yaitu Esiah, Karti dan Maruni. Sedangkan dua jasad dan dua body part belum teridentifikasi, menunggu hasil antemortem dari tim DVI," imbuhnya.
Kepala BPBD Jawa Tengah (Jateng), Bergas Catursasi Penanggunan, menambahkan sudah ada kurang lebih 700 orang yang diterjunkan untuk menangani longsor di Kabupaten Banjarnegara.
"Total 10 korban meninggal dunia, 18 pencarian, 7 luka-luka, 48 rumah roboh atau hilang, 195 rumah terdampak, pengungsi ada 934 jiwa," jelasnya.
Ia menjelaskan, ada beberapa hal yang menghambat pencarian SAR, salah satunya karena masih ada potensi ancaman longsoran susulan.
"Dipicu dari hujan, terbentuknya kubangan air di wilayah longsoran, mata air yang terus mengalir. Sehingga upayanya dilakukan OMC (Operasi Modifikasi Cuaca), membuat jalur buangan air kubangan, dan membuat jalur agar air dapat mengalir ke sungai," urainya.
(apu/alg)












































