Kata Pramono soal Nasib Bantuan KJP Siswa Pelaku ledakan SMAN 72

Jabodetabek

Kata Pramono soal Nasib Bantuan KJP Siswa Pelaku ledakan SMAN 72

Brigitta Belia Permata Sari - detikJateng
Jumat, 14 Nov 2025 20:48 WIB
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung (Belia/detikcom)
Foto: Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung (Belia/detikcom)
Solo -

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengatakan sejumlah siswa SMAN 72 Jakarta meminta pembelajaran dilakukan secara langsung setelah peristiwa ledakan. Pramono juga buka suara terkait nasib bantuan Kartu Jakarta Pintar (KJP) siswa pelaku ledakan di sekolah tersebut.

"Kepala Dinas Pendidikan sudah menyampaikan, memberikan kebebasan. Yang mau daring boleh, yang mau langsung juga boleh dan ternyata mereka kebanyakan meminta untuk secara langsung supaya menunjukkan bahwa sekolahnya sudah pulih dan tidak ada apa-apa," kata Pramono di kawasan Sunter, Jakarta Utara, Jumat (14/11/2025), dikutip dari detikNews.

Mengenai nasib bantuan Kartu Jakarta Pintar (KJP) siswa pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta, Pramono mengatakan pihaknya belum mengambil keputusan. Sebab, proses penyelidikan masih berlangsung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini kan masih proses. Sehingga dengan demikian saya tidak akan terburu-buru untuk memutuskan," ujar Pramono.

ADVERTISEMENT

Pramono menyatakan bahwa penerima KJP pada dasarnya adalah siswa dari keluarga dengan kebutuhan ekonomi tertentu. Maka itu segala keputusan terkait penghentian atau evaluasi bantuan mesti dipertimbangkan secara hati-hati.

"Bagaimana pun, seseorang yang menerima KJP itu pasti latar belakangnya memang memerlukan untuk itu. Jadi saya belum memutuskan apa pun tentang hal itu," ucap dia.

Diketahui, Pramono sebelumnya menyebut siswa pelaku ledakan SMAN 72 Jakarta melakukan aksinya bukan karena bullying, melainkan pengaruh dari tontonan di media sosial.

"Teman-teman atau anak-anak kita yang dari SMA 72 semuanya menyampaikan bahwa tidak ada bullying," kata Pramono di Balai Kota Jakarta, Kamis (13/11).

Menurut Pramono, siswa pelaku ledakan itu kurang mendapat pendampingan dari orang sekitar, ditambah orang tuanya yang berpisah.

"Pelakunya ini keluarganya antara bapak-ibunya terpisah. Selama ini dia hidup dengan ayahnya yang bekerja sebagai chef dan sibuk," ungkapnya.

"Kalau melihat dari tujuh bom yang dipersiapkan, cara dia membawa, kemudian pakaiannya kayak Rambo dan sebagainya, ya mungkin ini pengaruh dari YouTube, media sosial," sambungnya.




(dil/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads