Puluhan warga Jiken, Kabupaten Blora menggeruduk perusahaan tambang batu kapur milik PT Pentawira Agraha Sakti. Demo dilakukan sebagai bentuk protes menuntut kompensasi dampak lingkungan dan transparansi rekrutmen tenaga kerja.
Berdasarkan pantauan di lokasi, warga Jiken melakukan demo di halaman PT Pentawira Agraha Sakti dengan berorasi, membentangkan banner yang bertuliskan sejumlah tuntutan warga.
Aksi tersebut warga mendesak agar bisa berdialog dengan pihak PT Pentawira. Dalam orasi masa aksi disampaikan bahwa PT Pentawira belum mengantongi izin lengkap, dampak aktivitas tambang mengganggu masyarakat, hingga transparansi perrekrutan tenaga kerja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koordinator aksi yang juga Ketua Karang Taruna Desa Jiken, Galuh Wicaksono Putro menyampaikam bahwa keberadaan PT Pentawira mengganggu masyarakat, terlebih debu. Pernah juga banjir yang disebabkan oleh perusahaan tambang yang berdampak pada persawahan warga namun tidak ada ganti rugi.
"Kalau dampak warga sendiri itu debu pasti, sama kebersihan. Sama kemarin sempat banjir, dan sampai sekarang belum ada tindak lanjut, tanaman-tanaman (pertanian) tidak ada yang diganti rugi. Padahal udah mengajukan, udah bertemu pihak terkait terkait di balai desa tetap tidak ada hasil," jelasnya kepada awak media, Jumat (14/11/2025).
Galuh juga mempertanyakan soal perekrutan tenaga kerja masyarakat yang tak kunjung ada kejelasan, termasuk kompensasi dampak lingkungan belum diberikan oleh PT Pentawira kepada warga masyarakat.
"Aspirasi masyarakat, kompensasi dampak lingkungan, rekrutmen transparan yang adil. Janjinya kompensasi mau dicairkan tapi 4 bulan lebih tidak ada kejelasan. Sampai saat ini belum ada (kompensasi)," jelasnya.
Diketahui PT Pentawira Agraha Sakti berada di pinggir jalan Nasional Blora-Cepu. Menurut Galuh banyaknya kendaraan yang keluar masuk perusahaan tambang mengganggu warga.
"Armada lalu lalang di jalan ini kan juga banyak. Lah rambu-rambunya juga tidak ada di sini. Kemudian debu, itu kan lama kelamaan bisa merusak kesehatan juga. Apalagi debu itu kan dari batu yang dibakar," jelasnya.
Oleh karena itu, pihaknya menyebut warga menginginkan untuk bertemu dengan Liem salah satu pemilik PT Pentawira Agraha Sakti.
"Untuk saat ini kami inginnya ketemu Mbah Liem, langsung biar kami mendengar suaranya Mbah Liem langsung. Karena kita sudah terlalu sering dibohongi. Mbah Liem itu dia yang punya PT, dan dia yang bisa memberi keputusan," terangnya.
Di samping itu massa aksi menuntut agar dipertemukan dengan pihak PT Pentawira Agraha Sakti untuk berdialog. Massa memberi waktu 3 hari dilakukan pertemuan tersebut. Ketika tidak mereka akan datang lagi dengan jumlah massa yang lebih besar, dan melakukan penutupan paksa.
"Kesimpulannya hari Senin katanya mau dipertemukan sama Pak Liem. Jika tidak kita setop operasi," ucapnya.
Sementara itu, Manajer Alwin saat menemui warga menyampaikan akan menyampaikan tuntutan warga pada hari Senin mendatang.
"Saya usahakan 3 hari lagi ketemu sama Pak Liem. Saya coba hubungi Pak Liem lagi, saya tidak berani janji, cuma saya usahakan semaksimal mungkin," ucapnya.
Ketika awak media berusaha mewawancarai Alwin, pihaknya tidak mau berstatemen.
"Nggak usah, nggak usah," ucapnya.
(afn/alg)











































