Dua Putra Mendiang PB XIII Rebutan Takhta Keraton Solo

Round-Up

Dua Putra Mendiang PB XIII Rebutan Takhta Keraton Solo

Tim detikJateng - detikJateng
Jumat, 14 Nov 2025 06:00 WIB
Foto KGPH Mangkubumi dinobatkan sebagai PB XIV
Foto KGPH Mangkubumi dinobatkan sebagai PB XIV Foto: Dok. Keluarga Keraton Solo
Solo -

Keraton Solo tengah memanas. Pasalnya dua putra mendiang Sunan Paku Buwono (PB) XIII, KGPAA Hamangkunegoro dan KGPH Mangkubumi, sama-sama dinobatkan sebagai penerus takhta.

Diketahui, KGPAA Hamangkunegoro sudah menyandang status sebagai putra mahkota sejak 2022. Tepatnya ketika upacara kenaikan takhta atau Tingalandalem Jumenengan sang ayah, Paku Buwono XIII, pada Minggu 27 Februari 2022.

Selain mengukuhkan KGPAA Puruboyo (gelar lama Hamangkunegoro) sebagai putra mahkota, PB XIII saat itu juga mengangkat ibu Hamangkunegoro sebagai pemaisuri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian saat sang ayah mangkat dan hendak dimakamkan di Makam Raja-raja Imogiri, Bantul, pada Rabu 5 November 2025, KGPAA Hamangkunegoro mendeklarasikan dirinya sebagai Paku Buwono XIV.

ADVERTISEMENT

Namun, pada Kamis (13/11/2025), Mangkubumi yang merupakan kakak Hamangkunegoro juga dinobatkan sebagai PB XIV dalam rapat yang dihadiri sejumlah kerabat keraton.

Foto KGPH Mangkubumi dinobatkan sebagai PB XIVFoto KGPH Mangkubumi dinobatkan sebagai PB XIV Foto: Dok. Keluarga Keraton Solo

Rapat Sempat Memanas

Adik mendiang PB XIII, GPH Suryo Wicaksono, mengungkap agenda pertemuan para kerabat Keraton Solo yang berlangsung di Sasana Handrawina. Ia membocorkan bahwa agenda rapat adalah mengganti Pangeran Pati atau calon raja dari Hamangkunegoro ke Mangkubumi.

"Pada saat itu juga ada pelantikan. Pelantikan putranya PB XIII yaitu Gusti Mangkubumi sebagai Pangeran Pati atau calon raja," kata Gusti Nenok, sapaan akrabnya, usai pertemuan.

Nenok mengatakan penobatan tersebut disaksikan oleh Sentono Dalem dan Kerabat PB XIII hingga sesepuh Keraton Solo. Namun, setelah pelantikan tersebut, sempat terjadi perdebatan dengan putri tertua PB XIII, GKR Timoer Rumbay Kusuma Dewayani.

Bahkan, momen perdebatan tersebut sempat terekam kamera. Dari video yang dilihat detikJateng, Rumbay sempat berteriak di Sasana Handrawina dan dilerai oleh beberapa pihak.

"Sentono sakmene akehe, ayo ngomongo nek iso nguwai paugeran (Kerabat keraton segini banyak, ayo coba ngomong jika bisa mengubah paugeran)," tutur Rumbay dalam rekaman yang beredar.

Gusti Nenok menerangkan, dalam perselisihan itu, Rumbay menyatakan bahwa acara penobatan itu bertentangan dengan komunikasi internal mereka.

"Namun, pada saat setelah selesai penobatan tersebut terjadi geger. Di mana Gusti Timoer menyerbu Handrawina tempat acara kita. Mereka mengatakan bahwa bahwa acara ini adalah pertentangan dengan komunikasi internal mereka sebelumnya. Saat ini masih terjadi perdebatan, untuk itu saya mengundurkan diri dulu," jelas dia.

Terpisah, juru bicara Maha Menteri Panembahan Agung Tedjowulan, Kanjeng Pakoenegoro, mengakui sempat ada gejolak antara GKR Timoer Rumbay dengan GRAy Koes Murtiyah Wandansari atau Gusti Moeng. Dinamika itu terjadi setelah Mangkubumi berganti beskap Sikepan Ageng

"Mulai terjadi dinamika ketika Gusti Hangabehi mlebet (masuk), kemudian keluar lagi sudah menggunakan beskap-beskap Sikepan Ageng," ungkapnya.

Dirinya menyebut bahwa sejak awal mengundang para putra-putri PB XIII. Namun yang hadir hanya Mangkubumi. Sedangkan, putri PB XIII hanya berada di luar.

"Sesungguhnya kami mengundang semua pihak termasuk putra-putri dalem sawarga kaping XIII, tapi yang hadir hanya Gusti Hangabehi. Sedangkan Gusti Devi, Gusti Timoer dan Gusti Ratih di luar. Ya, di dekat kamar Nyonya di sebelah utara," bebernya.

Namun saat ada penobatan Paku Buwono XIV, putri PB XIII menyusul ke Sasana Handrawina dan sempat terjadi gesekan antara Gusti Moeng dan Kanjeng Edy Wirabhumi.

"Nah, begitu ada pengukuhan Adipati Anom kemudian dilanjutkan dengan pengukuhan sepihak sebagai Paku Buwono XIV, baru beliau-beliau menyusul datang ke Handrawina dan terjadi dinamika gesekan dengan Gusti Wandansari dan Kanjeng Pangeran Arya Edi Wirabumi," terangnya.

"Sedangkan Panembahan Agung tetap duduk dan tidak ikut konflik karena beliau berfungsi untuk merukunkan semua pihak," pungkasnya.

Mangkubumi Minta Doa

Ditemui usai penobatan, Mangkubumi enggan memberi penjelasan. Ia hanya meminta dukungan dan publik bisa menunggu keputusan usai penobatan.

"Tunggu saja nggih. Karena ini saya juga belum istirahat dari pagi sekali. Belum makan, belum apa-apa ini saya tak izin untuk istirahat dulu. Nanti pokoknya tunggu saja yang sabar. Mohon doa dan support-nya, pokoknya nanti tunggu saja. Pokoknya secepatnya nanti akan ada pemberitahuan dari keraton," ujarnya.

Ia mengatakan, bahwa langkah selanjutnya yang diambil untuk kepentingan Keraton Solo. Ia enggan menjawab saat ditanya mengenai acara jumenengan Sabtu besok.

"(langkah selanjutnya seperti apa?) Ya untuk keraton, nggak ada yang lain ya. Untuk kelangsungan keraton dan sebagainya. (Kalau menanggapi untuk rencana yang besok Sabtu itu seperti apa?) Nah itu mohon sabar tunggu saja nanti, nanti tunggu, sabar saja ya," bebernya.

Disinggung mengenai adanya dualisme kepemimpinan di Keraton Solo, Mangkubumi enggan menjawab. Ia hanya meminta dukungan dan doa.

"Saya belum bisa menjawab. Pokoknya sabar dulu, minta support dan doanya. Ya, yang penting kelangsungan keraton berjalan lebih baik untuk ke depan," ucapnya.

Dirinya juga belum menjalin komunikasi lagi dengan KGPAA Hamangkunegoro yang juga mendeklarasikan diri sebagai Paku Buwono XIV. Dirinya menyebut akan menjalin komunikasi dengan adik laki-lakinya itu

"Yang terakhir ini belum, belum ada belum ada komunikasi lagi (masih menjalin komunikasi dengan KGPAA Hamangkunegoro?) Tapi nanti pasti ada komunikasi lagi," bebernya.

Dirinya enggan membeberkan isi rangkaian penobatan sebagai Paku Buwono XIV. Ia meminta awak media menanyakan sendiri kepada Penembahan Agung Tedjowulan.

"Lah itu (proses) nanti ke ke Gusti Tejo. Nanti ke Panembahan Agung Tedjowulan. Nggih pokoknya mohon bersabar matur nuwun sanget," pungkasnya.

Alasan Mangkubumi Lebih Berhak Jadi Raja Keraton Solo

Adik mendiang PB XIII yang lain, GRAy Koes Murtiyah Wandansari atau Gusti Moeng, menuturkan rapat tersebut dihadiri putra-putri Paku Buwono XII maupun XIII. Ia juga membenarkan Mangkubumi dinobatkan sebagai PB XIV.

"(Tadi sempat ada penobatan?) Iya, penobatan Paku Buwono XIV," jelasnya.

Gusti Moeng lantas membeberkan kenapa penobatan Mangkubumi digelar. Pihaknya berpegang teguh pada hak dan kehendak Allah. Menurutnya, Mangkubumi yang ditunjuk sebagai Paku Buwono XIV tidak meminta dilahirkan terlebih dahulu dari adik laki-lakinya.

"Kami berpegang pada yang jenenge hak. Itu kan Gusti Allah sing maringi. Gusti Bei (Hangabehi) yang sekarang Paku Buwono XIV kan tidak minta kepada Allah untuk dilahirkan lebih tua daripada Purboyo, ya itu kehendak Allah dan sudah ditekankan, dijadikan paugeran bahwa kalau nggak punya permaisuri, ya sudah anak laki-laki tertua," ungkapnya.

Pihaknya sendiri mengaku kaget dengan deklarasi yang dilakukan oleh KGPAA Hamangkunegoro sebagai Paku Buwono XIV sebelum mendiang Paku Buwono XIII diberangkatkan dari rumah duka.

"Kami sendiri sebetulnya juga kaget kejadian yang waktu mau nutup peti itu kok tiba-tiba melangkah seperti itu," ucapnya.

Disinggung mengenai rencana jumenengan Mangkubumi sebagai Paku Buwono XIV, pihaknya baru akan merencanakan lagi. Gusti Moeng mengklaim bahwa keluarga besar setuju pada keputusan Mangkubumi sebagai PB XIV.

"Ya nanti kita tata berikutnya. (Jadi posisi keluarga besar berarti fokus?) fokus keputusan sekarang ini, hari ini," pungkasnya.

Putri tertua Paku Buwono XIII, GKR Timoer Rumbay Kusuma Dewayani di Keraton Solo, Kamis (13/11/2025).Putri tertua Paku Buwono XIII, GKR Timoer Rumbay Kusuma Dewayani di Keraton Solo, Kamis (13/11/2025). Foto: Tara Wahyu NV/detikJateng

Gusti Rumbay Sebut Keraton Dipecah Belah

Kepada awak media, GKR Rumbay berkata bahwa penobatan yang terjadi Kamis siang sudah memecah belah Keraton Solo.

"Saya hanya kasihan keraton. Hah, dipecah belah seperti ini. Ini seperti mengulang, seperti mengulang suksesi Paku Buwono XIII yang lalu," bebernya.

"Saya kasihan Keraton, saya kasihan adik saya saja, saya kasihan keraton," lanjutnya.

Sesalkan Mangkubumi 'Berkhianat'

Gusti Rumbay melanjutkan, dia menyesalkan keputusan Mangkubumi yang menerima penobatannya sebagai PB XIV. Ia menekankan bahwa Mangkubumi sudah berkhianat kepada saudara-saudaranya.

"Saya cuman sedih saja. Gusti Mangkubumi bisa berkhianat dengan kami putra-putri, kakak-kakak dan adik-adiknya, itu saja yang saya sesalkan," ucapnya.

Menurut Rumbay, Mangkubumi sebelumnya sudah setuju soal KGPAA Hamangkunegoro sebagai penerus raja Keraton Solo selanjutnya. Apalagi, kata dia, saat itu juga disaksikan oleh Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming dan Wali Kota Solo Respati Ardi.

"Kan kami sudah berbicara. Sebelumnya kan kami sudah bicara, bahkan kami sudah di hadapan Gubernur, Bapak Respati dan Bapak Gibran, kami kan sudah berbicara. (Pada saat itu kesepakatannya seperti apa?) Kami sudah bersepakat untuk Paku Buwono Putra Mahkota," ujar dia.

Rumbay menyebut kesepakatan itu terjadi saat Wapres Gibran melayat Paku Buwono XIII.

"Di situ saya sudah menyebutkan itu. (Itu terjadi sebelum pemakaman PB XIII?) Iya, ketika Gibran datang ke sini, kami kan rapat. Itu sudah saya sampaikan dan kami sudah sepakat (putra mahkota sebagai PB XIV)," paparnya.

Pastikan Pelantikan Hamangkunegoro sebagai PB XIV Jalan Terus

Gusti Rumbay menegaskan, acaraumenengan Dalem Nata Binayangkare S.I.S.K.S. Pakoe Boewono XIV Sabtu (15/11) besok akan tetap terlaksana.

"Masih berjalan, masih berjalan seperti yang direncanakan," tegasnya.

Ia menilai penobatan Mangkubumi pada Kamis siang cacat hukum. Pasalnya, tidak mewakili pihak-pihak putra-putri PB XIII.

"(Jumenengan) Akan tetap dilaksanakan karena ini sudah cacat hukum, tidak bisa mewakili kami sebagai putra-putri PB XIII karena tidak ada yang hadir kecuali Mangkubumi. Dari pihak PB XII yang hadir hanya enam, yang dua walk out dari 23 yang diundang," jelasnya.

Rumbay mengatakan saat ini persiapan jumenengan sudah 70 persen. Sementara prosesinya sendiri sama seperti jumenengan sebelumnya.

"Sudah 70 persen persiapannya. Prosesnya ya, tetap seperti upacara adat yang memang harus kita jalankan," ungkapnya.

KGPA Tedjowulan saat berada  di Loji Gandrung.KGPA Tedjowulan saat berada di Loji Gandrung. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Tedjowulan Ngaku Tak Tahu Acara Penobatan Mangkubumi

Maha Menteri KGPA Tedjowulan, saat ditanya, mengaku tidak tahu bahwa acara pertemuan kerabat Keraton Solo tersebut bakal berubah menjadi penobatan Mangkubumi.

Tedjowulan mengatakan pihaknya memang mengumpulkan sejumlah kerabat baik dari keturunan Paku Buwono XII maupun Paku Buwono XIII. Dalam pertemuan itu, dia mengaku tiba-tiba dimintai restu oleh Mangkubumi.

"Jadi intinya bahwa pertemuan tadi (Kamis) siang itu sebetulnya saya itu mengundang para putra-putri dalam Pakubuwono ke-XII dan Pakubuwono ke-XIII, untuk berembuk, berbicara tentang masa depan Kraton," kata Tedjowulan di Sekretariat Maha Menteri di Jalan Dr Moewardi Solo, Kamis (13/11) malam.

Setelah acara tersebut, Tedjowulan menyatakan dirinya tiba-tiba diminta menjadi saksi dan menyaksikan penobatan Mangkubumi sebagai PB XIV.

"Ada kegiatan saya tahu-tahu dimintai untuk jadi saksi. Jadi nyekseni, saksi toh. Ada pengikraran, penobatan, menjadikan Hangabehi Mangkubumi jadi pewaris PB XIII. Jadi sebagai pangeran pati dan gelarnya dan seterusnya dan seterusnya," ungkapnya.

Tedjowulan kembali menegaskan dirinya tidak mengetahui soal rencana penobatan Mangkubumi. Karena saat itu di hadapan orang banyak, ia mengaku tidak bisa menolak permintaan restu tersebut.

"Dadi aku iki ora ngerti (Jadi saya itu tidak tahu). Itu toh ada agenda gitu (penobatan PB XIV). Tapi kan sudah di depan orang banyak itu ya saya, wong arep disuwuni pengestu (mau dimintai restu), disungkemi dan sebagainya. Ya saya ini kan wong tuwa (orang tua) gitu loh. Dadi ya piyayi sepuh (bangsawan sepuh) ya disungkemi, disuwuni pengestu, ya sudah saya pengestuni (saya beri restu) saja," ungkapnya.

"Tapi prinsipnya saya nggak ngerti loh kalau acara itu ada, ada tambahan acara gitu. Nah, setelah itu selesai salaman-salaman-salaman, sudah selesai saya, sampun (sudah)," sambungnya.

Tedjowulan mengatakan, rencananya pertemuan di Sasana Handrawina siang tadi untuk berembuk dengan para putra-putri PB XII dan Paku Buwono XIII tentang masa depan Keraton. Dirinya juga tidak ingin tergesa-gesa dalam menobatkan PB XIV.

"Intinya kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan agar dapat menahan diri melakukan koordinasi rapat dan rembuk keluarga dengan Maha Menteri Kanjeng Gusti Panembahan Agung Tedjowulan sesuai dengan aturan adat dan tatanan keraton," kata dia.

"Kenapa kok harus tergesa-gesa seperti Itu. Kan sudah sampaikan dari awal saya waktu di Loji Gandrung itu 40 hari lah minimal seperti itu. Tapi mungkin nggak sabar dan sebagainya," lanjut Tedjowulan.

Sebut Deklarasi 2 Kubu Belum Sah

Tedjowulan melanjutkan, dirinya enggan menanggapi munculnya dua nama calon penerus takhta Keraton Solo, baik dari adik PB XII yaitu GRAy Koes Murtiyah Wandansari yang menobatkan KGPH Mangkubumi sebagai Paku Buwono XIV, dan dari pihak GKR Timoer Rumbay Kusuma Dewayani yang menobatkan KGAA Hamangkunegoro sebagai PB XIV.

"Siapa yang bilang dualisme? Biar urusan sana. Sebetulnya kalau penobatan itu nanti kan duduk di dampar, sing nobatke iki sopo, leluhure opo eyange sopo, piyayi sepuh sopo. Lembaganya sudah ada sebetulnya gitu loh," terangnya.

"Saya dulu inget toh? Saya dulu jadi si Susuhunan Paku Buwono XIII, inget nggak, siapa yang menobatkan saya, Tiga pengageng waktu itu. Pengageng siapa? Sri Susuhunan Paku Buwono XII. Lah iki sopo? Ngoten (begitu) loh. Ini belum ada, belum ada penobatan apa-apa kok," sambungnya.

Tedjowulan menyebut deklarasi dua kubu itu belum sah. Dirinya berharap penobatan dilakukan usai 40 usai Paku Buwono XIII mangkat.

"(Jadi dua-duanya bisa dianggap tidak sah itu pasti) Belum sah, belum sah. Belum sah. Ya belum sah ngono kok. Untuk menyikapi itu saya tetap akan berpedoman 40 hari. Saya nanti mesti akan bicara dengan siapapun juga," pungkasnya.

Terpisah, juru bicara Maha Menteri Panembahan Agung Tedjowulan, Kanjeng Pakoenegoro, mengatakan penobatan Mangkubumi sebagai PB XIV dibacakan oleh GRAy Koes Murtiyah Wandansari.

"Jadi tadi posisinya kemudian ketika Gusti Hangabehi duduk menghadap ke utara, Panembahan Agung duduk di kursi menghadap ke selatan itu kemudian di sebelahnya Gusti Hangabehi ada Gusti Wandansari. Gusti Wandansari inilah yang membacakan pengukuhan sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Narendra kaping pitu. Panembahan Agung hanya duduk dan tidak berkata apa-apa," kata dia.

Lihat juga Video 'Jelang Penobatan Raja Baru Keraton Solo':

Halaman 3 dari 2
(apu/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads