Desus 88 menyebut ledakan yang mengguncang SMAN 72 Jakarta pada Jumat (7/11) saat khotbah salat Jumat, dan menyebabkan 96 orang terluka, dipastikan bukan tindakan terorisme. Namun, penyelidikan mengungkap bahwa pelaku, seorang siswa berinisial ABH, terinspirasi oleh aksi kekerasan nyata yang pernah terjadi di luar negeri.
Dikutip dari detikNews, Densus 88 menelusuri jaringan teror baik regional maupun global. Namun hingga saat ini tidak ditemukan aktivitas terorisme dari ABH yang berkaitan dengan jaringan teror yang ada.
"Densus 88 melakukan cek terkait dengan jaringan teror baik itu global, regional maupun domestik, sampai dengan saat ini tidak ditemukan adanya aktivitas terorisme yang dilakukan ABH, jadi murni tindakan yang dilakukan adalah tindakan kriminal umum," kata PPID Densus 88 Anti Teror Polri β AKBP Mayndra Eka Wardhana, di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (11/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ABH disebut mengalami fenomena memetic violence, yaitu peniruan aksi kekerasan yang viral di dunia maya. Ia menuliskan nama-nama pelaku penembakan terkenal di luar negeri pada senjata mainan yang dibawanya saat beraksi. Ada enam nama yang ditulis dan tiga di antaranya yaitu:
- Alexandre Bissonnette - pelaku penembakan di Masjid Quebec City, Kanada (2017)
- Luca Traini - pelaku penembakan terhadap enam migran Afrika di Macerata, Italia (2018)
- Brenton Tarrant - pelaku penembakan massal di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru (2019)
"Jadi kalau dalam komunitas kekerasan ada istilah memetic violence daring. Kalau rekan rekan lihat dalam senjata airsoft gun ditulis nama tokoh maupun ideologi yang berkembang, akan tetap yang bersangkutan hanya melakukan peniruan saja, karena itu sebagai inspirasi yang bersangkutan melakukan tindakan," ujarnya.
Aksi ABH disebut dipicu karena dendam atas perlakuan orang-orang terhadap dirinya. Dia memendam itu sejak awal 2025.
"Dari awal tahun yang bersangkutan sudah mulai melakukan pencarian-pencarian, perasaan merasa tertindas, kesepian, tidak tahu harus menyampaikan kepada siapa. Lalu yang bersangkutan juga memiliki motivasi dendam terhadap beberapa perlakuan terhadap yang bersangkutan," jelasnya.
Kemudian ABH mencari tahu lewat daring soal bagaimana cara orang meninggal dunia dan konten kekerasan lainnya. Bahkan pelaku yang juga siswa itu bergabung ke dalam grup kekerasan.
"Di situ menginspirasi bersangkutan, karena yang bersangkutan mengikuti komunitas di media sosial di mana di situ mereka mengagumi kekerasan. Motivasi yang lain ketika beberapa pelaku melakukan tindakan kekerasan lalu meng-upload ke media tersebut, komunitas itu akan mengapresiasi sesuatu hal yang heroik. Di situ hal yang memprihatinkan," jelasnya.
(alg/ahr)











































