Banjir yang melanda sekitar Jalan Pantura Kaligawe Raya, membuat warga lelah dengan aktivitas yang terganggu. Mereka mengeluh tidurnya tak tenang hingga penjualannya menurun akibat banjir.
Pantauan detikJateng di Kampung Tambak Dalam, Kelurahan Sawah Besar, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, banjir setinggi lutut mengepung perkampungan. Beberapa toko tutup, hanya menyisakan beberapa pedagang kaki lima (PKL) yang juga sepi pengunjung.
Saah satunya gerobak gorengan milik Natan (50), yang tetap buka seadanya. Warungnya di Tambak Dalam itu sudah dua hari terkena banjir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi susah gara-gara banjir. Aktivitas terganggu, tidur nggak tenang, jualan sepi. Pendapatannya turun 25 persen ada," kata Natan saat ditemui detikJateng, Rabu (29/10/2025).
Menurut Natan, penyebab utama banjir di kampung tersebut adalah pompa yang rusak. Namun, ia sudah mendengar alasan itu berkali-kali.
"Pompanya macet terus tiap tahun. Katanya rusak, tapi nggak didandani (diperbaiki) Kalau pompanya jalan semua, air pasti bisa cepat surut. Belum maksimal sekali upayanya pemerintah," ujarnya.
"Kalau di sini banjir karena curah hujan sama banjir kiriman. Orang-orang jadi pada nggak mau keluar, makanya sepi jualannya," lanjutnya
Banjir itu tak hanya menggenang kampung tersebut. Rumah Natan yang berada di Kecamatan Pedurungan pun turut terendam banjir.
"Di mana-mana banjir, rumah saya di Pedurungan juga banjir. Parah banget," unhgkapnya.
Suasana banjir di Kampung Tambakan, Kelurahan Kaligawe, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Rabu (29/10/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng |
"Harapannya ya itu dimaksimalkan pompanya. Kalau salurannya sudah dibikin semua, tapi pompanya ndak mencukupi ya ndak bisa," lanjutnya.
Hal serupa dirasakan warga Kampung Tambakan, Kelurahan Kaligawe, Kecamatan Gayamsari, Rizal (22). Ia mengaku sudah tak bisa bekerja selama sepekan ini.
"Gajinya kalau masuk kerja, ini nggak masuk kerja seminggu ya gajinya dipotong. Banjir gini susah banget buat aktivitas," ujarnya.
Toko bangunan tempatnya bekerja itu terpaksa tutup selama sepekan karena banjir yang merendam setengah bangunan. Ia pun tak tahu kapan bisa bekerja lagi.
"Kalau sini surutnya tergantung yang lain udah surut belum, karena tempatnya dalam jadi air otomatis ke sini. Kalau pompanya kepakai semua pasti bisa surut," tuturnya.
Di tengah kondisi yang dirasakannya, Rizal pun akhirnya bersama warga sekitar menyewakan perahu sederhana atau 'getek'. Mereka akan dibayar untuk membantu warga yang ingin menaiki getek ataupun menaikkan motornya di atas getek.
Banjir yang terjadi di Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Selasa (28/10/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng |
"Sehari bisa sekitar 30an orang yang naik, biasanya yang naik orang-orang kerja dan ibu rumah tangga yang mau belanja, soalnya di sini nggak ada pasar yang buka," ungkapnya.
"Bayarnya seikhlasnya. Nanti dipegangi, nggak mungkin jatuh. Uangnya buat tambah-tambah. Ini sudah hari ke delapan banjir, saya rumah depannya juga kena banjir," lanjutnya.
Sementara itu, warga Kampung Tambakan lainnya, Slamet Riyadi (30) mengaku setiap hari harus menaikkan motornya di atas 'getek' tersebut.
"Ini (menaikkan motor) sama bawa mekanik jahit, mau masang sekalian mengantar, kerjanya nganter-nganter. selama banjir ya selalu seperti ini. Sehari bisa 5 kali bolak-balik," ujarnya kepada detikJateng.
Ia mengatakan, sekali naik perahu biasanya membayar Rp 25 ribu untuk satu motor. Sambil mendorong motor yang di atasnya ditumpuk kardus itu, Slamet menyapa para warga yang terpaksa berjalan menerjang banjir di Kampung Tambakan.
Meski sudah terbiasa dengan banjir yang melanda tiap tahunnya, Slamet mengaku lelah juga. Terlebih, banjir membuatnya kesulitan mencari nafkah.
"Cari uang susah, ditambah banjir kayak gini. Udah tiap hari gatal-gatal, nggak bisa kerja. Rumah saya juga kemasukan air sampai sedengkul," ujarnya.
Slamet pun berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan kondisi kampungnya yang sudah terendam banjir sepekan terakhir itu.
"Solusinya dinaikkan jalannya. Jalan terakhir dinaikkan tahun 2010. Sekarang belum pernah ditinjau lagi. Kami cuma bisa nunggu surut kalau pompanya yang nyala," tambahnya.
(afn/aku)













































