Curhat Siswa Sekolah Rakyat Semarang Saat Dikunjungi 2 Menteri

Curhat Siswa Sekolah Rakyat Semarang Saat Dikunjungi 2 Menteri

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Rabu, 29 Okt 2025 14:04 WIB
Menteri Sosial Saifullah Yusuf, Menteri PANRB Rini Widyantini, Gubernur Jateng Ahmad Luthfi dan Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng meninjau Sekolah Rakyat Terintegrasi di Kota Semarang, Rabu (29/10/2025).
Menteri Sosial Saifullah Yusuf, Menteri PANRB Rini Widyantini, Gubernur Jateng Ahmad Luthfi dan Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng meninjau Sekolah Rakyat Terintegrasi di Kota Semarang, Rabu (29/10/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Semarang -

Menteri Sosial Saifullah Yusuf dan Menteri PANRB Rini Widyantini mengunjungi Sekolah Rakyat Terintegrasi Semarang di Kecamatan Pedurungan. Kepada dua menteri tersebut, seorang siswa mengaku batal putus sekolah karena kini bisa sekolah gratis di Sekolah Rakyat.

Hal itu dikatakan Dian, salah satu siswa kelas 10, saat Menteri Saifullah Yusuf dan Rini Widyantini beserta Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ahmad Luthfi dan Wali Kota Semarang Agistina Wilujeng meninjau sekolah tersebut.

Rombongan pejabat tiba di sekolah itu sekitar pukul 12.00 WIB. Mereka langsung meninjau kelas Sekolah Rakyat yang penuh dengan siswa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gus Ipul, sapaan akrab Mensos, tampak berdiri di depan kelas, sementara Rini, Luthfi, dan Agustina duduk di tengah para siswa. Mereka saling memperkenalkan diri, begitu pula para siswa yang juga ikut saling berkenalan.

Menteri Sosial Saifullah Yusuf, Menteri PANRB Rini Widyantini, Gubernur Jateng Ahmad Luthfi dan Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng meninjau Sekolah Rakyat Terintegrasi di Kota Semarang, Rabu (29/10/2025).Menteri Sosial Saifullah Yusuf, Menteri PANRB Rini Widyantini, Gubernur Jateng Ahmad Luthfi dan Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng meninjau Sekolah Rakyat Terintegrasi di Kota Semarang, Rabu (29/10/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

Saat rombongan pejabat itu mendatangi kelasnya, Dian bercerita dulunya dia hampir putus sekolah karena faktor ekonomi. Namun, karena mengikuti program Sekolah Rakyat, ia pun tak khawatir dan bisa kembali bersekolah.

ADVERTISEMENT

"Tadinya lulus SMP mau kerja, jualan sempol," kata Dian di Sekolah Rakyat Terintegrasi Semarang, Rabu (29/10/2025).

Dian sehari-hari hidup bersama ibu, ayah, dan kakaknya. Ibunya bekerja sebagai pengupas bawang, sementara ayahnya bekerja sebagai tukang bongkar pasang tenda.

"Ibu kerja kupas bawang, per kilo dibayar Rp 3 ribu, sehari dapat Rp 18 ribu, ayah tukang bongkar pasang tratak gajinya Rp 500 ribu per bulan," ungkapnya.

Ia pun sangat bersyukur bisa mengikuti program Sekolah Rakyat sehingga batal putus sekolah usai lulus dari SMP. Ia berharap bisa terus bersekolah.

Hal senada dikatakan salah satu wali murid yang hadir, Suradi (46). Ia menyekolahkan anaknya yang berusia 10 tahun itu di Sekolah Rakyat Terintegrasi Semarang.

"Anak saya sempat nggak sekolah 3 tahun, tadinya kelas 2, terus ini kembali kelas 1 lagi. Nggak sekolah karena dibully anak-anak lain di sekolah, terus nggak mau sekolah lagi. Di sini alhamdulillah betah, nggak dibully," kata Suradi kepada detikJateng.

Pria asal Mateseh itu mengaku sangat bersyukur. Dirinya bisa meyekolahkan anaknya tanpa harus mengkhawatirkan biaya.

"Saya kerjanya serabutan, kerja apa aja, ibunya juga sama. Ndak pasti pendapatannya, biasanya berkisar Rp 1 jutaan. Di sini anak bisa sekolah gratis semua, sangat membantu. Harapannya anak sampai SMA bisa sekolah di sini," tuturnya.

"Satu minggu sekali saya jenguk anak, untungnya nggak rewel. Komunikasinya sama ibunya, jadi tetap terpantau. Ini belum pernah pulang, baru sekali waktu berobat matanya iritasi," sambungnya.




(dil/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads