Disdik Minta Siswa SMA 11 Semarang Korban Chiko Tukang Edit Foto Cabul Melapor

Disdik Minta Siswa SMA 11 Semarang Korban Chiko Tukang Edit Foto Cabul Melapor

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Senin, 20 Okt 2025 12:25 WIB
SMAN 11 Sekarang, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Selasa (14/10/2025).
SMAN 11 Semarang, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Selasa (14/10/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Semarang -

SMA Negeri 11 Semarang menggelar audiensi dengan perwakilan siswa usai aksi buntut kasus pelecehan seksual berbasis digital yang dilakukan mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Diponegoro (Undip) sekaligus alumnus SMA 11 Semarang, Chiko Radityatama Agung Putra. Pihak sekolah dan dinas mendorong korban untuk berani melaporkannya.

Pertemuan itu dihadiri Kepala SMAN 11 Semarang Rr Tri Widiyastuti, pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jawa Tengah, serta Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jateng.

Kepala SMAN 11 Semarang, Rr Tri Widiyastuti, yang mulanya tak bersedia memberi tanggapan menyampaikan, sekolah menyerahkan sepenuhnya proses penanganan kasus kepada pihak dinas. Ia meminta doa dan dukungan agar kasus segera selesai tanpa menimbulkan perpecahan di lingkungan sekolah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami mohon doanya agar masalah ini segera selesai. Masalah ini sudah ditangani oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan DP3AP2KB Jawa Tengah juga," kata Roro di SMAN 11 Semarang, Kecamatan Semarang Selatan, Senin (20/10/2025).

Roro juga menanggapi soal keputusan klarifikasi terhadap alumni yang diduga membuat foto hasil edit AI dilakukan secara tertutup. Ia menyebut hal itu dilakukan semata-mata untuk kehati-hatian dan atas koordinasi dengan dinas.

ADVERTISEMENT

"Klarifikasi dilakukan di ruang Kepsek itu juga untuk kehati-hatian dan koordinasi dengan dinas juga. Cukup, terima kasih mohon doanya," ujarnya.

Roro enggan menjelaskan secara rinci isi hasil mediasi dengan siswa maupun duduk perkara kasus tersebut. Ia hanya menyebut seluruh masukan dari siswa sudah didengar dan akan diteruskan kepada pihak dinas. Roro juga langsung pergi saat ditanya apakah Chiko benar alumni sekolah tersebut.

"Monggo, bisa bertanya kepada Dinas Pendidikan. Ini masih proses dan bertanya pada DPU3AP2KP," katanya singkat.

Sementara itu, Kepala DP3AP2KB Jateng Emma Rachmawati menjelaskan, hasil audiensi lebih banyak membahas langkah-langkah awal untuk memperkuat proses hukum. Pihaknya meminta para siswa membantu mendorong para korban agar berani melapor.

"Itu (meyakinkan korban untuk melapor) yang penting dulu. Kalau ini memang melanggar salah satu undang-undang dan kayaknya sifatnya lebih ke delik aduan, maka sebenarnya kami sangat membutuhkan korban untuk melapor," jelasnya.

"Tadi audiensi kami, kami justru dengan anak-anak berdiskusi bagaimana supaya para alumni mau melapor kepada kami, supaya kami dapat bukti yang jelas," lanjutnya.

Dalam audiensi, kata Emma, siswa juga diminta menyerahkan bukti-bukti asli yang mereka miliki, seperti tangkapan layar dari akun media sosial pelaku, untuk membantu proses verifikasi.

"Saya juga minta pada anak-anak untuk bisa menyerahkan bukti-bukti awal yang mereka punya, yang asli, yang dari Twitter dan sebagainya itu saya minta untuk dikumpulkan kepada kami," imbuhnya.

"Pelan-pelan mudah-mudahan dengan adanya bukti-bukti yang kuat, kita bisa tarik untuk penyidikan yang lebih lanjut dan dilaporkan pada kepolisian. Itu yang kita janjikan pada adik-adik tadi," sambungnya.

Ia menambahkan, saat ini pihaknya masih mengumpulkan data korban dan melakukan pendekatan agar mereka mau melapor. Beberapa korban disebut sudah bersedia untuk bicara dengan tim pendamping.

"(Korban) Belum didampingi. Jadi, korban kayak gini kan banyak yang malu meskipun bukan tubuh dia sendiri. Jadi, kami masih mencari, mengumpulkan. Untuk korban dari SMA 11 sudah ada yang siap bicara, mungkin hari ini atau besok," kata Emma.

Ia pun mengaku belum mengetahui duduk perkara dan mendapat keterangan dari korban. Menurutnya, pihak dinas juga belum menghubungi pihak terduga pelaku karena fokus utama saat ini adalah penguatan terhadap korban dan keluarganya.

"Jadi kasusnya kayak snowball korban ya malu. Korban kayak gitu kan tipologinya mencari teman. Jadi merasa ada yang penderitaan. Jadi sabar aja. Kita belum tahu berapa. Tapi berapapun korbannya, berapapun yang melapor akan kita tangani," tegasnya.

Emma menegaskan kedatangan tim Disdik dan DP3AP2KB ke sekolah bukan untuk menekan siswa, melainkan untuk menenangkan suasana sekaligus memberikan pemahaman hukum kepada para siswa.

Sekretaris Disdikbud Jateng, Syamsudin Isnaini di SMAN 11 Semarang, Kelurahan Lamper Tengah, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Selasa (20/10/2025).Sekretaris Disdikbud Jateng, Syamsudin Isnaini di SMAN 11 Semarang, Kelurahan Lamper Tengah, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Selasa (20/10/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

Sekretaris Disdikbud Jateng, Syamsudin Isnaini, menambahkan dinas memastikan proses penanganan kasus berjalan dan sekolah akan terus mendapat pendampingan. Ia berharap seluruh pihak tetap menjaga kondusivitas.

"Kita belum bisa memberikan status yang resmi sesuai dengan hukum karena berproses. Kami di sini yang pertama menjaga dan menjamin proses pembelajaran di SMA 11 itu bisa berjalan dengan baik," terangnya.

"Jangan sampai dengan adanya permasalahan ini nanti berlarut-larut, anak-anak tidak tenang dan mungkin juga ada aspirasi-aspirasi yang tidak tersampaikan, akan mengganggu," lanjutnya.

Ia menegaskan, siswa yang menyuarakan aspirasi tidak akan mendapat sanksi karena aksi tersebut merupakan bagian dari proses belajar berdemokrasi di sekolah.

"Walaupun tadi juga sudah menyampaikan aspirasi, ini masih internal kami. Kami juga dalam rangka edukasi. Anak-anak juga tidak kita kebiri untuk aspirasinya. Termasuk kita juga fasilitasi mediasi ini juga bagian dari upaya kami untuk mendengar semuanya," ungkapnya.

Sebelumnya diberitakan, ratusan siswa SMA Negeri 11 Semarang menggelar aksi di halaman sekolah buntut kasus pelecehan berbasis digital yang melibatkan seorang diduga mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (Undip) yang juga alumni SMA Negeri 11 Semarang, Chiko Radityatama Agung Putra.

"Kami meminta mediasi di ruangan terbuka maupun ruangan tertutup dengan kepala sekolah dan kami sebagai saksi, kami tidak akan ricuh, kami tidak akan anarkis," kata orator tersebut di depan para sekolah, Senin (20/10).

Pihak Undip sendiri saat ini sedang melakukan penelusuran terkait kasus ini. Mereka berjanji akan memberikan sanksi terhadap Chiko yang telah mengedit foto para pelajar itu menjadi foto cabul menggunakan AI.

Halaman 2 dari 2
(apu/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads