Ratusan siswa SMA Negeri 11 Semarang menggelar aksi unjuk rasa di halaman sekolah terkait kasus pelecehan berbasis digital yang melibatkan seorang alumnus SMA Negeri 11 Semarang, Chiko Radityatama Agung Putra. Chiko saat ini mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (Undip).
Pantauan detikJateng, upacara bendera di SMAN 11 Semarang mendatangkan pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jawa Tengah (Jateng) dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jateng. Kepala DP3AP2KB, Emma Rachmawati hadir sebagai pembina upacara.
Para wartawan mulanya dilarang masuk untuk meliput saat Emma menyampaikan amanat selaku pembina upacara. Namun seusai upacara, tampak para siswa berseragam putih abu-abu melakukan unjuk rasa, sehingga akhirnya wartawan tetap masuk ke sekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tampak pihak guru dan kepala sekolah tak menduga akan adanya demo tersebut. Para siswa tampak membawa spanduk-betulisan tuntutan seperti 'Kami Butuh Keadilan!!!', 'Justice for SMAN 11', dan 'Korban Butuh Keadilan', 'Roro Out'.
![]() |
Seorang siswa berorasi menggunakan megafon, dia menyampaikan tuntutan dengan lantang sementara para siswa lainnya meneriakkan yel-yel 'Keadilan! Keadilan! Keadilan!' secara berulang. Mereka menuntut keadilan untuk para korban Chiko yang merupakan siswa dan alumnus SMAN 11 Semarang.
"Kami meminta mediasi di ruangan terbuka maupun ruangan tertutup dengan kepala sekolah dan kami sebagai saksi, kami tidak akan ricuh, kami tidak akan anarkis," kata orator tersebut di depan para sekolah, Senin (20/10/2025).
Tampak para siswa yang mengenakan topi OSIS itu bersorak di depan para guru. Sementara para guru awalnya hanya menonton dan meminta mereka supaya kondusif.
"Kami akan tuntut untuk mengadakan ruang mediasi. Kami tidak akan tinggal diam. Ini demi keadilan. Teman kami adalah korban tapi mereka tidak mendapatkan keadilan. Kami sudah punya bukti-bukti jelas. Kami hanya minta kompensasi dan kejelasan," lanjut si orator.
Salah seorang orator yang merupakan siswa kelas 12, Albani Telanai P, menyatakan para siswa sudah geram dengan respons kepala sekolah dan pihak sekolah yang tidak segera menindak kasus pelecehan yang menyeret Chiko.
"Kami menindak keberlanjutan dari tanggung jawab kepala sekolah sebagai pemimpin SMA Negeri 11 Semarang. Karena sudah ada surat yang diberikan kepada Chiko, sudah jelas tertera di ruang terbuka secara umum, tapi kepala sekolah mengambil keputusan sepihak untuk menjadikan klarifikasi tersebut di dalam ruangan tertutup yang tidak ada saksinya," kata dia.
Merespons aksi siswa, pihak sekolah kemudian menyetujui untuk memilih 10 perwakilan siswa dari kelas 11 dan 12 agar segera mengadakan mediasi di ruang rapat sekolah. Albani dan rekan-rekan menyambut keputusan itu sebagai langkah awal. Tetapi para siswa menyatakan akan bergerak jika tidak ada hasil yang memuaskan.
"Kami juga mengetahui beberapa hari kemarin terdapat aparat, Komnas PPA, yang datang ke sini. Tapi yang disambut oleh kepala sekolah hanya Komnas PPA. Lalu bagaimana dengan aparat dan yang lainnya? Bahkan pers pun saat datang ke sini tidak disambut oleh kepala sekolah. Kami hanya memerlukan kejelasan gimana kepala sekolah ini dalam bertanggung jawab," ujarnya.
Ia pun menuntut adanya klarifikasi ulang oleh Chiko di ruangan terbuka. Ia juga meminta kepala sekolah untuk tidak menutup diri terhadap pihak luar soal kasus ini.
"Untuk kegiatan (kepsek) mungkin muncul, tapi ketika ada tamu yang datang untuk mempertanyakan permasalahan Chiko, tidak ada yang ditanggapi. Kami tidak tahu apakah ini kerja sama dengan dinas atau memang kepala sekolahnya yang hanya ingin mempertahankan nama baiknya," tuturnya.
Pihak sekolah pun akhirnya menggelar audiensi dengan para siswa di ruang kepala sekolah. Hingga tulisan ini dibuat, belum ada pihak sekolah yang berkenan dimintai tanggapan.
Diberitakan sebelumnya, alumnus SMA Negeri 11 Semarang bernama Chiko bikin geger usai melakukan pelecehan seksual berbasis digital. Ia diduga menyebarkan konten pornografi berbasis Artificial Intelligence (AI) dengan memanipulasi wajah siswi dan seorang guru di sekolahnya dulu.
Kasus itu bermula dari cuitan di akun media sosial X dengan username @col***. Ia mengungkap adanya dugaan pelecehan yang dialami banyak korban. Disebutkan pelaku merupakan mahasiswa di salah satu universitas negeri di Semarang.
"aku di sini mau speak up tentang kasus yang lagi rame tentang pelecahan seksual," tulis akun @col***, dilihat detikJateng, Selasa (14/10/2025).
Akun itu menjelaskan, kasus bermula saat pelaku bertukar akun Instagram kedua dengan mantan kekasihnya. Saat itu ia menangkap layar dari cerita akun Instagram teman mantan kekasihnya itu.
Para korban disebut saling kenal satu sama lain, dan disinyalir merupakan siswa SMAN 11 Semarang. Para korban pun merasa trauma hingga akhirnya pelaku sempat didatangi beberapa pihak.
"semalam, waktu di samperin temen" lain dan di buka hp nya chiko, ternyata dia punya 10 akun email yang ternyata isinya masih banyak sekali foto dan video deep fake AI tidak senonoh," jelasnya.
Kasus itu juga diunggah akun Instagram @dinaskegelapan_kotasemarang. Dalam akun itu disebutkan, pelaku diketahui membuat dan menyebarkan lebih dari 300 unggahan cabul di platform X (Twitter) serta menyimpan sekitar 1.100 video hasil rekayasa wajah di Google Drive.
"Dari hasil penelusuran, lebih dari 300 postingan bermuatan tidak senonoh telah diunggah di platform Twitter (X), sementara di Google Drive pelaku tersimpan lebih dari 1.100 video hasil manipulasi wajah menggunakan teknologi Al," tulis akun @dinaskegelapan_kotasemarang.
"Hingga kini, sedikitnya 5 siswi dan 1 guru dari SMAN 11 Semarang telah teridentifikasi menjadi korban. Aksi bejat ini baru terungkap pada awal Oktober 2025, meski akun pelaku telah aktif sejak tahun 2023," lanjutnya.
Pelaku pun telah membuat video permintaan maaf yang diunggah ke media sosial dan disampaikan langsung di hadapan pihak sekolah. Dalam video klarifikasi berdurasi sekitar dua menit itu, Chiko mengakui perbuatannya.