Sering kita lihat, ketika ada orang yang menguap, orang di sampingnya bakal turut menguap. Atas fenomena ini, menguap dianggap bisa 'menular'. Apa penyebabnya?
Sebelumnya, apa itu menguap? Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) VI Daring menulis bahwa menguap berasal dari kata dasar kuap. Artinya adalah perihal (perbuatan) mengangakan mulut dengan menarik dan mengeluarkan napas karena mengantuk.
Menariknya, dijelaskan di laman Sleep Foundation bahwa penyebab asal kuap sampai sekarang belum diketahui. Memang benar ada sejumlah teori, tetapi para peneliti belum meraih konsensus terkait salah satunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yuk, simak pembahasan lengkap mengenai penyebab kuap, alasan menguap menular, dan fakta-fakta mengenainya berikut ini. Simak baik-baik sampai tuntas, ya, detikers!
Poin Utamanya:
- Penyebab seseorang menguap belum bisa dipastikan. Salah satu teori menyebut untuk mendinginkan otak.
- Alasan menguap menyebar juga belum jelas. Di antara teorinya adalah bentuk empati kepada sesama.
- Ada sederet fakta menarik tentang menguap. Contohnya, hewan seperti simpanse dan babun menguap.
Penyebab Seseorang Menguap
Setidaknya, ada 2 teori yang dianggap sebagai penyebab orang menguap. Berikut penjelasan ringkasnya:
Teori #1: Menguap Membangunkan Otak
Teori pertama ini meyakini bahwa menguap merupakan salah satu cara tubuh untuk membantu otak tetap terjaga. Oleh karena itu, ketika melakukan pekerjaan-pekerjaan pasif yang membosankan, seseorang sering menguap.
Dengan menguap, otot-otot di wajah dan leher bakal bergerak. Gerakan ini diyakini menyebabkan peningkatan detak jantung dan pelepasan hormon yang dikaitkan dengan kesadaran (wake-promoting hormones).
Di samping itu, reaksi listrik kulit juga meningkat saat menguap dan memberi efek mirip-mirip kafein. Berhubung kafein meningkatkan kewaspadaan, para peneliti menduga adanya respon fisiologis serupa.
Teori #2: Menguap Mendinginkan Otak
Menurut teori kedua, ketika menguap, otak seseorang terbantu termoregulasi atau pengaturan untuk mempertahankan suhu intinya. Pasalnya, otot-otot wajah yang bergerak meningkatkan aliran darah ke wajah sehingga panas lebih mudah hilang.
Di samping itu, detikers tentu mengetahui bahwa mata mungkin berair saat menguap. Hal ini juga dapat melepaskan panas. Ditambah lagi, saat menguap, seseorang lazimnya menarik napas dalam-dalam, membawa udara segar ke rongga mulut dan hidung. Kehadiran udara dingin ini turut membantu mendinginkan suhu darah yang bergerak menuju otak.
Meski belum bisa dipastikan, teori ini telah didukung studi pada hewan dengan kesimpulan mirip. Contohnya, ada penelitian dengan objek burung parkit. Hasil penelitian menunjukkan, parkit lebih banyak menguap ketika suhu lingkungan meningkat.
Alasan Menguap Bisa Menular
Dirujuk dari PBS, alasan menguap menular juga masih tidak diketahui sampai sekarang. Namun, ada beberapa teori yang menarik untuk ditelaah.
Salah satu teori meyakini bahwa saat menguap, seseorang menarik banyak oksigen dengan cepat, tetapi juga mengeluarkan banyak karbon dioksida. Tak tanggung-tanggung, jumlah CO2 yang dikeluarkan lebih banyak dibanding bernapas dalam-dalam.
Nah, karbon dioksida dan perubahan kimia, seperti penurunan oksigen atau peningkatan senyawa adenosin menyebabkan seseorang menguap. Zat kimia ini mengirim sinyal kepada orang lain untuk menguap. Alhasil, terjadilah penularan.
Di sisi lain, laman Houston Methodist menjelaskan bahwa menguap bisa menular karena merupakan alat komunikasi sosial. Diasumsikan, menguap adalah cara meningkatkan kinerja kognitif dan kewaspadaan orang-orang dalam suatu kelompok.
Meski terdengar tidak masuk akal, bisa jadi perilaku ini penting untuk manusia-manusia zaman dahulu yang tinggal di gua. Tentunya, mereka membutuhkan tingkat kewaspadaan tinggi untuk bertahan hidup sebagai sebuah kelompok.
Beberapa ahli percaya bahwa menguap juga merupakan cara menunjukkan empati dan menyamakan keadaan emosi antarmanusia. Hal ini didukung penelitian yang menyebut seseorang lebih mungkin tertular menguap dengan kenalan dekat ketimbang orang asing.
Dilansir Medical News Today, teori menguap karena ikatan sosial ini didukung sebuah studi tahun 2022 kepada monyet mangabey bertopi merah. Penelitian menyimpulkan, monyet mangabey bertopi merah lebih sering menguap ketika melihat monyet lain atau manusia menguap.
Akhir kata, penyebab menguap menular sampai sekarang belum bisa dipastikan.
Fakta Menarik tentang Menguap
Diambil dari laman On Molecule, beberapa fakta menarik menguap adalah sebagai berikut:
- Rata-rata, orang menguap selama 6 detik.
- Selama periode 6 detik itu, detak jantung seseorang meningkat secara drastis.
- Manusia lebih banyak menguap saat merasa bosan.
- Pada musim-musim bersuhu dingin, detikers mungkin lebih banyak menguap dibanding saat suhu panas.
- Sekitar 50% orang yang dipertontonkan video menguap turut menguap!
- Kemungkinan menguap semakin besar di antara orang-orang yang dekat secara genetik maupun emosional.
- Menguap yang menular juga terjadi beberapa hewan, seperti simpanse, babun, kera, dan anjing.
- Janin dalam rahim ibunya juga kedapatan menguap. Kemungkinan, karena tertular ibunya.
Nah, itulah pembahasan ringkas mengenai penyebab menguap menular. Semoga bisa menjawab pertanyaan detikers, ya!
(sto/apu)











































