Ngetren di Era 70'an, Kutang Suroso Klaten Masih Bertahan hingga Kini

Ngetren di Era 70'an, Kutang Suroso Klaten Masih Bertahan hingga Kini

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Sabtu, 11 Okt 2025 21:36 WIB
Kutang Suroso produksi Juwiring Klaten yang masih bertahan.
Kutang Suroso produksi Juwiring Klaten yang masih bertahan. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng.
Klaten -

Produk kutang atau BH merek Suroso yang populer tahun 1970-1980 an ternyata berasal dari Desa Tanjung, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. Meskipun kini dianggap jadul tetapi bra legendaris itu mampu bertahan dari gempuran trend mode.

"Kalau di Pasar Klewer sana ya masih banyak, kalau di sini ya masih ada tapi saya tidak punya," ungkap pedagang Pasar Karangdowo, Warni (65) kepada detikJateng, Rabu (8/10/2025) siang.

Menurut Warni, BH Suroso terkenal tahun 1980 an dan tahun 1990 an masih ada yang memakai, terutama para lansia. Sejak tahun 1990 mulai kalah dengan model baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tahun 1990 itu masih banyak, setelah ke sini mulai jarang karena banyak model baru. Harganya sekitar Rp 20.000, tapi sudah jarang," kata Warni.

Tukang potong kain kutang Suroso, Samto (66) menuturkan permintaan mulai sepi setelah tahun 1990 ke atas. Ditandai pasar-pasar tradisional mulai rusak atau terbakar.

ADVERTISEMENT

"Mulai surut itu ya setelah pasar tradisional rusak atau terbakar. Kalahnya itu ya dengan BH modern atau pabrik, tapi ya tetap buat yang model kuno (kutang Suroso) sampai sekarang," ungkap Samto kepada detikJateng.

Saat ini, lanjut Samto, jumlah produksi tidak bisa ditentukan dan dipastikan karena surut. Dirinya yang biasa motong kain setiap hari saat ini sebulan paling banyak tiga kali.

"Sekarang tidak mesti, paling sekarang saya sebulan motong tiga kali. Paling sekarang 30 pieces sebulan, dulu sampai 100 pieces, dulu belum banyak saingan," lanjut Samto.

Di Desa Tanjung sendiri, sambung Samto, juga muncul model usaha baru yang membuat kutang Suroso makin sepi. Usaha itu membuat seprai, bungkus bantal sampai gorden.

"Sekarang sini banyak yang buat seprai, urung bantal dan gorden. Kutang Suroso yang meneruskan sekarang satu putra pak Suroso, ya tetap tidak ganti merek," terang Samto.

Karyawan lain, Sri Lestari, menyatakan meski banyak BH modern tetapi kutang Suroso tetap berproduksi. Meskipun seminggu tinggal 10 pieces.

"Sekarang seminggu paling 10 pieces, satu pieces isi 100, padahal dulu sampai 60 pieces. Sekarang sudah jauh berkurang, peminatnya juga berkurang karena modelnya tidak ganti," ungkap Sri Lestari.

Menurut Sri Lestari, meski tetap berproduksi saat ini pekerjanya tinggal sekitar 20 an, itu pun di rumahan. Warga sudah tidak banyak tertarik.

"Warga sudah tidak tertarik bikin ini (kutang Suroso) rumit, lebih tertarik bikin seprai. Dulu 100 orang ada, mungkin lebih yang garap, sekarang di sini cuma tinggal saya dan pak Samto," kata Sri Lestari.

Kades Tanjung, Kecamatan Juwiring, Sumento menyatakan Suroso merupakan warga desanya. Produksi kutang Suroso mencapai masa jayanya tahun 1980.

"Masa moncer (jaya) itu tahun 1980 an, saat saya masih kecil. Waktu itu karyawan lumayan banyak," ungkap Sumento saat diminta konfirmasi detikJateng.

"Sekarang ya masih tapi diteruskan putranya," imbuh Sumento.




(apl/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads