Sosok Suroso Pencipta Kutang Ngetren Era 70'an di Mata Karyawannya

Sosok Suroso Pencipta Kutang Ngetren Era 70'an di Mata Karyawannya

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Sabtu, 11 Okt 2025 20:16 WIB
Sisa kejayaan produk kutang Suroso di Juwiring, Klaten.
Sisa kejayaan produk kutang Suroso di Juwiring, Klaten. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng.
Klaten -

Kutang atau BH merek Suroso menjadi legenda pakaian dalam wanita yang ngetren di era 70-80 an, terutama di Jawa. Sesuai namanya, pencipta bra populer itu tidak lain adalah Suroso, bagaimana sosoknya ?

"Saya mulai ikut kerja itu tahun 1977 tapi produksinya itu sekitar tahun 1960an. Awalnya Pak Suroso itu seorang penjahit biasa," ungkap tukang potong kain BH Suroso, Samto (66) kepada detikJateng, Rabu (8/10/2025) siang.

Diceritakan Samto, Pak Suroso aslinya berasal dari daerah Ketandan, Kecamatan Klaten Utara. Yang asli Desa Tanjung adalah istrinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang asli sini istrinya. Yang meneruskan usahanya hanya seorang putranya, yang lainnya tidak," kata Samto.

ADVERTISEMENT

Menurut Samto, Suroso awalnya merupakan penjahit pakaian biasa semacam gamis, jas, baju dan lainnya. Tapi kemudian membuat kutang untuk para lansia.

"Kemudian pindah membuat kutang untuk orang tua itu, terus buat long dress baju sekitar tahun 1979. Itu sempat ramai juga," terang Samto.

Sepanjang usaha BH, sebut Samto, nama Suroso terus dipakai dan tidak pernah berganti nama merek lain. Merek itu bahkan tidak hanya terkenal di pulau Jawa tapi sampai luar Jawa.

"Ya kirimnya semua di pasar Klewer (Solo). Tapi saya pernah ke Palembang tahun 2009, waktu itu harga kutang Suroso sudah Rp 17.000 padahal di sini cuma Rp 7.000," tutur Samto.

Suroso, lanjut Samto, meninggal dunia sekitar tahun 2007 dalam usia 70 tahun. Sosok Suroso juga orang yang baik karena perhatian dengan karyawannya.

"Ya orangnya baik, saya bangun rumah tahun 1980 pinjam uang Rp 3 juta dikasih. Dulu juga punya usaha bus malam," jelas Samto yang sudah puluhan tahun ikut Suroso.

Sri Lestari, karyawan lain yang masih tersisa menyatakan saat masa jayanya tenaganya sampai ratusan. Tapi kini tinggal dirinya dan Samto.

"Tinggal saya dan Pak Samto, yang di rumahan motong, jahit paling di bawah 20 orang," katanya.

Menurut Sri Lestari, Suroso merupakan sosok yang gigih sebagai penjahit pakaian. Menjahit sendiri dan membuat model sendiri.

"Jahit sendiri dan buat model sendiri, terus mengajak saudara tetangga ikut kerja. Dulu 100 orang lebih, untuk motong, bawahan, bleseran, ngitik dan lainnya," sambung Sri Lestari.




(apl/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads