Bagi wanita berusia 60 tahun ke atas terutama di Jateng-DIY, bra atau kutang Suroso bukanlah barang asing. Namun tidak banyak orang tahu jika brand BH legendaris yang populer tạhun 1970 an itu diproduksi di Kecamatan Juwiring, Klaten.
detikJateng pun mencoba menelusuri keberadaan tempat produksi kutang yang begitu menjadi primadona di eranya. Lokasi itu ada di Dusun Duwetan, Desa Tanjung, Kecamatan Juwiring. Di Sebuah bangunan di tengah pekarangan dan gang sempit yang dikenal sebagai rumah Suroso yang tidak lain adalah pembuat kutang Suroso yang terkenal. Bangunan tersebut bukan pabrik garmen besar atau gudang konveksi.
Tempat produksi kutang Suroso hanya rumah kampung biasa yang mulai terlihat usang dengan halaman menghadap pekarangan tetangga. Di rumah bercat pink yang warnanya mulai pudar itu masih terlihat jejak produksi kutang Suroso.
Di ruang samping timur rumah, satu mesin obras, satu mesin jahit, dan alat potong kain masih terlihat. Tumpukan kain bahan kutang yang baru saja dipotong dan kutang Suroso setengah jadi dan sudah tertempel merek Suroso teronggok di lantai.
"Mulai produksi itu sekitar tahun 1960 an. Pak Suroso itu sebenarnya penjahit, awalnya membuat baju gamis, jas, juga hem tapi kemudian membuat kutang itu," tutur Samto (66), tukang potong kain di rumah Suroso kepada detikJateng, Rabu (8/10/2025) siang.
Diceritakan Samto, sosok juragannya merupakan orang yang kreatif dan aslinya dari Ketandan, Klaten Utara. Selain membuat kutang juga pernah merancang long dress wanita.
"Pernah buat long dress ramai tahun 1979 tapi yang ramai ya kutang. Puncaknya tahun 1970-1977 itu bisa seminggu 100 pieces (1 pieces isi 100 biji), itu cuma di pasar Klewer tapi kirimnya sampai luar Jawa," kata Samto yang bekerja sejak tahun 1977 itu.
Menurut Samto, ramainya peminat kutang Suroso membuat pesanan meningkat pesat sehingga ada dua lokasi produksi. Satu di Juwiring dan satu di kota Solo.
"Jahitnya disini (Juwiring) motongnya di Solo. Jadi saya itu kalau berangkat kerja ke Solo, tempatnya sekitar Manahan," lanjut Samto.
Produksi kutang Suroso mulai surut, sambung Samto, sekitar tahun 1990 an ke atas karena mulai muncul BH modern, termasuk pabrikan. Pesanan semakin surut tetapi masih tetap memproduksi dengan jumlah tidak pasti.
"Ya tetap buat BH kuno itu sampai sekarang, istri saya juga masih ikut motongi bawahan. Tapi sekarang sulit diprediksi, paling sekarang 30 pis sebulan," jelas Samto.
Usaha kutang Suroso, sebut Samto, meskipun tidak seramai dulu tetap kini diteruskan salah seorang putra Suroso. Suroso meninggal sekitar tạhun 2007.
"Meninggal seingat saya sekitar tahun 2007, usianya 70 tahunan. Dulu karyawan kalau piknik 2 bus, sekarang tinggal garap rumahan tidak ada 20 orang," imbuhnya.
Kades Tanjung, Kecamatan Juwiring, Sumento menyatakan Suroso merupakan warga desanya. Produksi kutang Suroso mencapai masa jayanya tahun 1980.
"Masa moncer (jaya) itu tahun 1980 an, saat saya masih kecil. Waktu itu karyawan lumayan banyak," ungkap Sumento saat diminta konfirmasi detikJateng.
"Sekarang ya masih tapi diteruskan putranya," imbuh Sumento.
Simak Video "Video: Kecelakaan Karambol di Tol Gayamsari Semarang, 8 Orang Terluka"
(apl/apl)