Ada banyak nama lokal yang diberikan penduduk setempat kepada ular. Contohnya saja, di Jawa, kobra jawa (Naja sputatrix) juga dikenal sebagai ular sendok. Adapun king cobra kerap dipanggil ular lanang.
Sebutan-sebutan ini terkadang jadi membingungkan, terlebih untuk orang yang baru saja pindah rumah. Padahal, pemahaman tentang hal ini bisa dikatakan cukup penting. Mengingat, alih-alih nama resminya, penggunaan nama lokal ular sering menjadi pilihan.
Nah, salah satu nama yang tak sepopuler ular sendok atau ular lanang adalah ular dumung. Kabarnya, ular ini sama dengan kobra. Lantas, ular dumung apakah sama dengan ular kobra? Simak informasi lengkapnya melalui artikel berikut ini, yuk!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Poin Utamanya:
- Ular dumung dan kobra jawa adalah spesies yang sama. Sebutan lainnya adalah ular sendok.
- Ular dumung hidup di Jawa, di area persawahan hingga pemukiman. Makanannya bervariasi, dari katak sampai tikus.
- Bisa ular dumung bersifat neurotoksin sehingga bekerja melumpuhkan saraf. LD50-nya senilai 0,90 Β΅g/g.
Fakta Ilmiah-Menarik Ular Dumung
1. Nama Asli dan Latin Ular Dumung
Menurut Buku Pedoman Penanganan Gigitan, Sengatan Hewan Berbisa dan Keracunan Tumbuhan dan Jamur dari Kementerian Kesehatan RI, ular dumung adalah nama lain ular kobra jawa. Artinya, ular sendok dan ular dumung itu merujuk satu spesies yang sama.
Dalam ilmu taksonomi, kobra jawa dikenal dengan nama Latin Naja sputatrix. Ia tergabung dalam genus Naja yang berisi deretan panjang kobra sejati. Adapun familinya adalah Elapidae, bersama ular-ular berbisa berbahaya lain, seperti king cobra dan taipan.
2. Karakteristik Fisik
Ditinjau dari segi fisik, ular dumung alias kobra jawa punya kepala berbentuk bulat. Tubuhnya berwarna hitam mengkilap, begitu pula bagian ventralnya. Namun, leher bagian bawahnya berwarna terang.
Lebih lanjut, berdasar keterangan dalam buku Panduan Bergambar Ular Jawa tulisan Nathan Rusli, anakan ular dumung sering memiliki corak berbentuk huruf O atau V kecil di bagian leher. Setelah dewasa, corak tersebut menghilang.
3. Mampu Menyemburkan Bisa
Salah satu fakta ilmiah sekaligus menarik ular dumung adalah kemampuannya menyemburkan bisa dari taring. Hal inilah yang menyebabkannya dinamakan javan spitting cobra.
Disadur dari A-Z Animals, dalam genus Naja, ada 18 spesies kobra 'penyembur', seperti nubian spitting cobra (Naja nubiae), equatorial spitting cobra (Naja sumatrana), dan zebra spitting cobra (Naja nigricincta).
Ketika menyemburkan bisa, target ular dumung adalah mata korbannya. Apabila mengenai kulit, akan muncul lepuhan-lepuhan yang terasa nyeri. Namun, efek paling buruk akan terasa jika benar-benar mengenai mata, yakni kebutaan.
4. Variasi Makanan dan Habitat
Bukan predator yang pilih-pilih mangsa, ular dumung punya sifat oportunis dalam hal makanan. Ia akan berburu katak, kodok, tikus, mencit, anak burung, kadal, dan seterusnya. Habitat tempat tinggalnya memengaruhi makanan yang disantap kobra jawa.
Kobra jawa bisa ditemukan di Jawa dan Bali. Binatang melata ini juga diperkirakan ada di Sumatra sebagaimana dilaporkan International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List.
Karakteristik habitatnya sangat luas, mulai dari areal persawahan, ladang, hingga daerah pemukiman. Oleh karena itu, pertemuannya dengan manusia bukanlah hal yang aneh. Ular dumung diketahui jarang hidup di wilayah dengan ketinggian 600 meter di atas permukaan laut (mdpl) atau lebih.
5. Mekanisme Pertahanan
Ketika merasa terancam, ular dumung akan menegakkan bagian depan tubuhnya sambil mengembangkan lipatan kulit di leher hingga membentuk tudung. Posisi ini berfungsi sebagai peringatan visual bagi predator agar tidak mendekat.
Bersamaan dengan itu, kobra jawa akan mengeluarkan desisan keras untuk menakuti lawan. Jika ancaman terus berlanjut, ia dapat menyemburkan bisa dengan sangat akurat hingga jarak dua hingga tiga meter. Targetnya, seperti sudah disinggung di atas, adalah mata.
Bahaya Bisa Ular Dumung
Ular dumung memiliki empat tipe bisa yang bekerja secara kompleks, yakni neurotoksin, sitotoksin, kardiotoksin, dan nekrotoksin. Dikutip dari laman Toxinology yang dikelola University of Adelaide, bisanya menyebabkan sejumlah efek buruk, meliputi:
- Nyeri
- Pembengkakan
- Memar
- Lepuhan
- Nekrosis
- Kebutaan bila terkena mata
Lebih lanjut, karena bertipe neurotoksin, bisa kobra jawa bekerja dengan cara menyerang sistem saraf sehingga menyebabkan kelumpuhan. Apabila tak kunjung ditangani, korban gigitan dapat menemui kematian.
Berbahayanya bisa ular dumung juga dapat diketahui lewat angka LD50-nya. LD50 (Lethal Dose 50%) adalah ukuran toksisitas suatu zat yang menunjukkan dosis yang dapat membunuh 50% populasi hewan uji. Semakin kecil nilainya, semakin kuat pula bisa tersebut.
Dillihat dari The Journal of Venomous Animals and Toxins Including Tropical Diseases bertajuk 'Biochemical and Toxinological Characterization of Naja sumatrana (Equatorial Spitting Cobra) Venom' oleh Yap MKK dkk, LD50 ular dumung adalah 0.90 Β΅g/g.
Artinya, 0,90 Β΅g/g saja dari bisa ular dumung sudah mampu membunuh separuh populasi hewan yang dijadikan uji coba, dalam hal ini tikus. Angka ini masih jauh lebih rendah dibanding ular weling yang punya nilai 0,29 Β΅g/g. Meski begitu, tetap saja bisanya tak boleh diremehkan.
Nah, itulah fakta ilmiah dan uraian singkat mengenai seberapa berbahayanya ular dumung alias kobra jawa. Semoga menambah pengetahuan detikers, ya!
(sto/dil)