- 7 Golongan yang Mendapat Naungan Allah di Padang Mahsyar 1. Imam atau Pemimpin yang Adil 2. Pemuda yang Beribadah Kepada Allah 3. Orang yang Mengingat Allah Saat Sendirian Lalu Menetes Air Matanya 4. Lelaki yang Hatinya Terpaut Masjid 5. Orang yang Berkasih Sayang karena Allah 6. Lelaki yang Diajak Berzina dan Menolak karena Takut kepada Allah 7. Orang yang Bersedekah Secara Sembunyi-sembunyi
Setiap manusia pasti mendambakan keselamatan pada hari kiamat, hari di mana matahari didekatkan, manusia berdesak-desakan, dan tak ada tempat berteduh. Namun Rasulullah SAW memberi kabar gembira bahwa ada 7 golongan istimewa yang akan dinaungi langsung oleh Allah SWT di Padang Mahsyar. Naungan ini adalah kehormatan yang tak ternilai, karena pada hari itu tak ada tempat berlindung selain perlindungan dari-Nya.
Mengenai kepercayaan bahwa ada 7 golongan yang mendapat naungan Allah di Padang Mahsyar kelak bukanlah bualan. Hal tersebut termaktub di dalam sebuah hadits riwayat Bukhari, sebagaimana tercantum dalam 1500++ Hadits & Sunah Pilihan tulisan Syamsul Rizal Hamid berikut ini:
Muhammad Rasulullah SAW bersabda, "Kelak pada hari kiamat ada tujuh golongan manusia yang mendapat naungan dari Allah Swt., di kala tidak ada naungan selain naungan-Nya. Mereka adalah (1) imam (kepala pemerintahan) yang adil; (2) pemuda yang dalam masa mudanya beribadah kepada Allah; (3) orang yang mengingat Allah sewaktu sendirian lalu meneteslah air matanya; (4) lelaki yang hatinya terpaut masjid: (5) orang yang berkasih sayang semata-mata karena Allah; (6) lelaki yang dirayu oleh wanita bangsawan yang cantik, tetapi ia menolaknya seraya berkata 'Sungguh aku takut kepada Allah'; dan (7) orang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya." (HR. Al-Bukhari)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mari simak penjelasan di bawah ini untuk mengetahui lebih dalam mengenai 7 golongan orang tersebut!
Poin utamanya:
Tujuh golongan ini mencakup pemimpin adil, pemuda yang beribadah, hingga orang yang ikhlas bersedekah secara tersembunyi.
Masing-masing golongan memiliki ciri amal yang bisa diteladani dalam kehidupan sehari-hari.
Menjadi salah satu dari mereka adalah peluang besar meraih keselamatan di hari kiamat.
7 Golongan yang Mendapat Naungan Allah di Padang Mahsyar
1. Imam atau Pemimpin yang Adil
Dikutip dari buku Umar bin Khattab RA tulisan Abdul Syukur Al-Azizi, dalam sebuah hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil menurut pandangan Allah akan ditempatkan di atas mimbar dari cahaya di sisi kanan Tuhan Yang Maha Pengasih. Mereka itu orang-orang yang berlaku adil dalam keputusannya, terhadap keluarganya, dan pada apa yang mereka pimpin." (HR. Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash)
Keadilan seorang pemimpin adalah syarat utama untuk mendapatkan kemuliaan ini. Contohnya dapat dilihat pada sosok Umar bin Khattab RA. Ketika seorang Yahudi tua di Mesir kehilangan haknya karena rumahnya hendak digusur oleh gubernur setempat, ia datang mengadu ke Umar di Madinah. Umar yang hidup sederhana mendengar keluhannya tanpa memandang agama atau status sosial. Sikap tegas dan tidak berpihak inilah yang menjadikan Umar simbol pemimpin adil yang melindungi hak semua rakyatnya.
2. Pemuda yang Beribadah Kepada Allah
Golongan kedua yang mendapat naungan Allah di Padang Mahsyar adalah para pemuda yang mengisi masa mudanya dengan ibadah. Dikutip dari buku Berbisnis dengan Allah tulisan Susatyo Kuncahyono, masa muda adalah waktu ketika fisik berada di puncak kekuatan dan kesehatan, sekitar usia 25 hingga 30 tahun.
Di dunia olahraga, periode ini bahkan disebut masa emas karena tubuh mencapai performa terbaiknya. Namun, di saat yang sama, masa muda penuh dengan godaan dan peluang untuk berbuat maksiat.
Seorang pemuda yang memilih memperkuat hubungannya dengan Allah menggunakan kesempatan itu untuk memperbanyak amal shalih. Tubuh yang sehat dan bugar bisa dipakai menjalankan ibadah yang memerlukan kekuatan fisik, seperti sholat, puasa, dan haji. Bahkan Rasulullah SAW menganjurkan umatnya mempersiapkan kekuatan untuk membela agama Allah. Pesan ini relevan sebagai ajakan untuk selalu melatih diri agar kuat dan siap menghadapi ujian hidup.
Beliau bersabda, "Ketahuilah, kekuatan itu adalah memanah. Ketahuilah, kekuatan itu adalah memanah" (HR. Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Selain itu, Rasulullah SAW mengingatkan agar menjaga kesehatan dengan mengatur pola makan. Beliau bersabda, "Tiada wadah paling buruk yang diisi manusia selain perut. Cukuplah bagi manusia beberapa suapan sekadar menegakkan tulang punggungnya. Jika harus mengisi perut, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk nafas" (HR. An-Nasa'i dan At-Tirmidzi).
3. Orang yang Mengingat Allah Saat Sendirian Lalu Menetes Air Matanya
Dirangkum dari buku Hanya dengan Mengingat-Mu, Aku Tenang tulisan Abu Muslih Wahyudi, golongan ketiga yang mendapatkan naungan Allah adalah orang yang mengingat-Nya dalam kesendirian hingga air matanya menetes. Dzikir yang dilakukan dengan hati yang tulus melahirkan kepekaan ruhani dan rasa takut kepada Allah yang begitu dalam.
Allah berfirman, "Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu" (QS. Al-Baqarah [2]: 152).
Menurut Tafsir Ibn Katsir, makna ayat ini adalah siapa yang mengingat Allah dengan ketaatan, maka Allah akan mengingatnya dengan ampunan dan rahmat-Nya. Menghadirkan dzikir dalam kesendirian menunjukkan ketulusan dan keikhlasan seorang hamba. Sebab, tidak ada dorongan untuk pamer atau mencari perhatian manusia.
Mu'adz bin Jabal berkata, "Tidaklah anak Adam mengerjakan suatu amalan yang lebih menyelamatkan dirinya dari siksa Allah daripada dzikir kepada-Nya." Itulah sebabnya, dzikir yang lahir dari hati yang takut akan dosa dapat mengalirkan air mata penyesalan sekaligus harapan akan ampunan.
Rasulullah SAW bersabda, "Perumpamaan orang yang mengingat Rabb-nya dengan orang yang tidak mengingat Rabb-nya adalah seperti orang hidup dengan orang mati" (HR. Bukhari).
Dzikir yang mendalam mampu menghidupkan hati, menenangkan jiwa, dan menjauhkan dari kelalaian. Ibn Taimiyah bahkan menggambarkan, "Dzikir bagi hati laksana air bagi ikan. Bagaimana jadinya ikan bila dikeluarkan dari air?"
Air mata yang menetes karena mengingat Allah adalah bukti keikhlasan dan kesadaran penuh akan pengawasan-Nya. Ia lahir bukan dari kesedihan duniawi, melainkan dari rasa takut dan cinta kepada Sang Pencipta. Dalam keheningan itulah seorang hamba merasakan kebahagiaan hakiki, ketenangan yang tidak bisa dibeli dengan harta, dan pengharapan besar akan rahmat Allah.
4. Lelaki yang Hatinya Terpaut Masjid
Golongan keempat yang dijanjikan naungan Allah di Padang Mahsyar adalah lelaki yang hatinya selalu terpaut pada masjid. Maksudnya, ia mencintai masjid, senang melaksanakan sholat berjamaah, serta merasa tenang dan rindu untuk kembali ke rumah Allah. Dikutip dari buku Fikih Ibadah tulisan Hasan Ayyub, Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang pergi ke masjid pada pagi atau sore hari, maka Allah akan mempersiapkan baginya kedudukan yang mulia di surga setiap kali ia pergi di waktu pagi atau sore." (HR. Bukhari dan Muslim)
Keutamaan mendatangi masjid sangatlah besar. Setiap langkah menuju masjid akan diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya. Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda:
"Sholat seseorang di dalam jamaah melebihi sholatnya di rumah dan di pasar sebanyak dua puluh lima kali lipat... ia tidak melangkah satu langkah pun kecuali dengan langkah itu Allah mengangkat satu derajat baginya dan menghapus satu kesalahan darinya. Apabila ia sholat, para malaikat terus mendoakannya selama ia berada di tempat sholatnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain itu, orang yang menunggu sholat di masjid juga mendapat doa para malaikat agar diampuni dan dirahmati. Mereka yang berjalan di kegelapan malam menuju masjid bahkan diberi kabar gembira akan mendapatkan cahaya sempurna pada hari kiamat (HR. Tirmidzi dan Abu Daud).
Inilah gambaran hati yang benar-benar terpaut masjid, bukan sekadar datang ketika ada waktu luang, tetapi menjadikan masjid sebagai pusat ibadah, tempat belajar kebaikan, dan sarana mendekatkan diri kepada Allah. Orang yang senantiasa merindukan masjid dan mengisinya dengan ibadah akan mendapat kedudukan istimewa di hadapan Allah kelak.
5. Orang yang Berkasih Sayang karena Allah
Golongan kelima yang mendapatkan naungan Allah SWT di Padang Mashyar kelak adalah orang-orang yang berkasih sayang karena Allah. Dikutip dari buku Bercinta dan Bersaudara karena Allah tulisan Husni Adham Jarror, cinta karena Allah adalah ikatan yang murni dari keimanan, bukan didasari harta, jabatan, atau kepentingan duniawi.
Sikap lapang dada dan saling menghormati adalah tingkatan awal dari cinta karena Allah. Rasulullah SAW bersabda, "Hindarilah kamu dari pada (sifat) dengki, karena dengki itu akan memusnahkan segala amalan baikmu bagai api yang menghanguskan kayu" (HR. Abu Dawud).
Rasulullah SAW juga mengingatkan bahwa keimanan yang sempurna tidak akan terwujud tanpa rasa kasih terhadap sesama. Beliau bersabda, "Tidaklah (sempurna) iman seseorang sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri" (HR. Bukhari dan Muslim).
Artinya, seorang mukmin hendaknya menginginkan kebaikan bagi saudaranya sebagaimana ia menginginkannya untuk diri sendiri. Dalam hadits lain, beliau menegaskan, "Sekuat-kuat ikatan iman adalah persaudaraan karena Allah, cinta karena Allah, dan membenci karena Allah" (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).
Cinta yang lahir karena Allah tampak nyata dalam kisah para sahabat Rasulullah SAW. Pada Perang Yarmuk, ketika Ikrimah, Suhail bin Amru, dan Harits bin Hisyam dalam keadaan kritis dan kehausan, air yang ditawarkan kepada mereka justru terus dialihkan untuk sahabat lain.
Ikrimah meminta agar air diberikan kepada Suhail, Suhail menyuruh memberikannya kepada Harits, dan sebelum air sampai, mereka wafat dalam keadaan saling mendahulukan saudaranya. Inilah wujud kasih sayang yang ikhlas tanpa pamrih, hanya berharap ridha Allah semata.
Saling mencintai karena Allah adalah tanda keimanan yang kokoh sekaligus jaminan persaudaraan yang langgeng hingga akhirat. Ikatan ini terbangun di atas ketulusan, pengorbanan, dan keinginan tulus untuk saling menolong dalam kebaikan.
6. Lelaki yang Diajak Berzina dan Menolak karena Takut kepada Allah
Salah satu teladan utama dari golongan ini adalah kisah Nabi Yusuf AS. Berdasarkan penjelasan AR Shohibul Ulum dalam buku The Amazing Stories Of Quran, sejak muda, Yusuf hidup dalam lingkungan istana yang penuh kenyamanan. Ketampanannya terkenal hingga membuat banyak perempuan terpikat, termasuk istri al-Aziz yang menjadi ibu angkatnya. Al-Quran menggambarkan bagaimana godaan itu terjadi secara langsung.
"Perempuan yang dia tinggal di rumahnya, menggodanya. Dia menutup rapat semua pintu lalu berkata, 'Marilah mendekat kepadaku.' Yusuf berkata, 'Aku berlindung kepada Allah, sungguh suamimu adalah tuanku telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung'." (QS. Yusuf: 23)
Dalam keadaan yang sangat sulit, Yusuf tetap memilih menjauhi maksiat karena kesadarannya bahwa Allah selalu mengawasi setiap gerakan dan niatnya. Inilah wujud muraqabah, yaitu perasaan diawasi Allah yang menumbuhkan ketakutan untuk berbuat dosa meski tidak ada manusia lain yang melihat. Rasulullah SAW pun menegaskan keutamaan sikap seperti ini dalam sabdanya:
"Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, 'Aku benar-benar takut kepada Allah'." (HR. Bukhari no. 1423 dan Muslim no. 1031)
Keteladanan Nabi Yusuf mengajarkan bahwa menjaga diri dari godaan nafsu memerlukan iman yang kuat dan kesadaran penuh akan pengawasan Allah. Siapa pun yang meneladani sikap ini akan termasuk dalam golongan yang mendapat naungan istimewa pada hari kiamat.
7. Orang yang Bersedekah Secara Sembunyi-sembunyi
Golongan terakhir yang mendapat naungan Allah pada hari kiamat adalah orang yang bersedekah dengan penuh keikhlasan hingga tidak diketahui oleh siapa pun, bahkan seolah-olah tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikeluarkan tangan kanannya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
"...seseorang yang bersedekah kemudian merahasiakannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikeluarkan tangan kanannya..." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dikutip dari buku Amalan Ringan Berpahala Istimewa Seputar Puasa, Sedekah, Dan Haji tulisan Abdillah F Hasan, Al-Quran juga menegaskan bahwa sedekah baik dilakukan secara diam-diam maupun terang-terangan, selama niatnya ikhlas karena Allah. Firman-Nya:
"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Al-Baqarah: 274)
Sedekah sembunyi-sembunyi memiliki banyak keutamaan, di antaranya menjaga keikhlasan dan menjauhkan diri dari sifat riya atau pamer. Cara ini juga melindungi harga diri penerima sedekah agar tidak merasa malu atau terhina.
Meski demikian, sedekah yang terlihat orang lain pun memiliki sisi kebaikan, yaitu dapat menjadi contoh dan memotivasi orang lain untuk ikut berbagi. Namun, ketika dilakukan secara diam-diam dengan niat tulus karena Allah, amalan ini mendapatkan keutamaan istimewa hingga dijanjikan naungan di Padang Mahsyar kelak.
Setelah mengetahui keutamaan tujuh golongan yang dijanjikan naungan Allah, kini saatnya kita bercermin. Apakah kita sudah berusaha menjadi bagian dari salah satunya? Mari perbaiki diri mulai dari amalan sederhana. Langkah kecil hari ini bisa menjadi sebab keselamatan di hari yang tak ada perlindungan selain dari-Nya.
(par/par)