Terpopuler Sepekan

Kala Dapur Sekolah SD Swasta di Solo Bikin Ortu Murid Emoh Ikut MBG

Tim detikJateng - detikJateng
Sabtu, 04 Okt 2025 08:56 WIB
Siswa SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo menerima menu makan siang Rp 10 ribu dari dapur sehat di sekolahnya, Senin (29/9/2025). Foto: Tara Wahyu NV/detikJateng.
Solo -

Program makan bergizi gratis (MBG) tidak selalu dapat diterima oleh wali murid. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh sejumlah wali murid di SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo. Mereka menolak rencana pembagian MBG lantaran khawatir putra putrinya keracunan seperti yang terjadi di beberapa daerah akhir-akhir ini.

Sebagai gantinya, para wali murid sudah mempercayakan penyediaan makanan bergizi untuk putra putrinya di dapur sehat sekolah. Para wali murid juga rela membayar Rp 10 ribu ke sekolah untuk setiap menunya.

Seperti yang diungkapkan oleh salah satu wali murid, Devi Ari Ningsih (40). Devi menegaskan menolak MBG yang rencananya digelar di SD Muhammadiyah 1 Ketelan dua minggu yang lalu. Devi menilai, kantin sehat yang berada di sekolah sudah teruji dari kesehatan dan gizi.

"Iya menolak karena sudah ada kantin sehat, sudah teruji. Alhamdulillah nggak ada kendala apa-apa, makanan juga higienis dan sehat. Dari MBG kami sepakat menolak dari kasus yang kemarin," tuturnya kepada detikJateng, Senin (29/9/2025).

Selain itu, Devi menolak MBG lantaran khawatir banyaknya berita yang menyangkut MBG di sejumlah daerah. Terutama, adanya keracunan usai menyantap MBG.

"Ya khawatir, apalagi ini kan manusia ya, anak kita sendiri takut nggak higienis. Ya jadi lebih mendukung kantin sehat saja yang sudah 10 tahun," ungkapnya.

Bayar Rp 10 Ribu

Ia mengaku tidak keberatan meski harus membayar Rp 10 ribu untuk dapur sehat. Apalagi, untuk dapur sehat juga sudah masuk dalam Sumbangan Pembiayaan Pendidikan (SPP).

"Ya sudah berjalan nggak keberatan, sudah masuk ke SPP setiap bulan. Iya mending membayar apalagi, berkaitan dengan makanan anak-anak," ungkapnya.

Selain khawatir adanya keracunan, ia juga menyoroti makanan yang dimasak pada dini hari dan baru di makan siang hari. Sedangkan di kantin sehat, makanannya fresh.

"Khawatir sekali, yang keracunan di daerah, apalagi masak jam 2 malam, makan masih siang, itu bisa dimakan nggak, masih sehat nggak, layak nggak, takutnya kepikiran, kalau kantin sehat benar (masak) pagi, jadi masih fresh," bebernya.

Siswa SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo mengantre makan siang, Senin (29/9/2025). Foto: Tara Wahyu/detikJateng

Hal yang sama juga diungkapkan oleh wali murid kelas 6 SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Cici. Ia mengaku sangat ketakutan dengan banyaknya berita usai menyantap makan MBG.

"Dengan banyaknya kejadian seperti ini, membuat kami orang tua, sangat ketakutan. Dalam arti kami orang tua tidak hanya memikirkan anak-anak di rumah, tapi juga di sekolah," beber Cici.

Ia juga lebih memilih membayar Rp 10 ribu ke sekolah dibanding menerima MBG. Apalagi, sekolah sudah mempunyai kantin sehat.

"Iya nggak papa membayar, kantin sehat juga sudah higienis dan terjamin," ungkapnya.

Pihaknya mendukung apabila sekolah yang menjadi SPPG.

"Ya kami berharap pemerintah memberikan kebijakan misal SD Muhammadiyah 1 mengelola dapurnya," jelas dia.

Penjelasan Pihak Sekolah

Kepala SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Sri Sayekti, mengaku mendapat informasi dari dinas terkait akan mendapat MBG. Namun, pihaknya belum menerima MBG itu.

"Dari dinas ya kami mendapatkan informasi terkait SD Muhammadiyah 1 menjadi wilayahnya SPPG tertentu, setelah itu dari SPPG datang ke SD Muhammadiyah 1 untuk mendata jumlah siswa seperti itu kurang lebih 2 minggu yang lalu rencananya harusnya hari ini kami sudah menerima sudah menerima MBG," ungkap Sri.

"Saya minta diberikan waktu untuk berupaya sebaik mungkin agar dapur kami, karena kami punya dapur, saya minta izin untuk bisa berupaya terlebih dahulu agar bisa mengelola sendiri," sambungnya.

Apalagi, kata dia, sejumlah wali murid menolak adanya MBG dan lebih memilih dapur sehat. Ia mengatakan sudah 10 tahun mendirikan dapur sehat itu.

"Sementara ini banyak yang menolak menolak ya Karena menolaknya bukan karena program ini tidak, tapi karena kekhawatiran kecemasan, ketakutan, yang mungkin ya siapapun orang tua pasti akan takut, ketika kemudian mendapati anak-anaknya dari rumah sehat kemudian pulang dalam kondisi yang sakit. Pasti iya dari persoalan yang sudah muncul secara alamiah," pungkasnya.

Koordinator Dapur SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Eni Husnul Khatimah, meyampaikan dengan anggaran Rp 10 ribu per porsi, 600 siswa di sekolah itu mendapat jatah makanan yang lengkap. Mulai dari nasi, protein, sayur, dan buah.

"Kalau di sini itu mesti ada sayur, buah. Jadi ya tetap ada karbohidrat, protein, sayur, nggih. Kita seimbangkan, pokoknya setiap hari harus ada karbohidrat, protein, sayur, nasi, sayur, lauk. Itu harus, penting. (Rp 10 ribu cukup?) Cukup, alhamdulillah memenuhi," terang dia saat ditemui detikJateng, Selasa (30/9/2025).

Eni mengatakan, bahan makanan datang tiap pagi dalam kondisi segar. Sebelum mulai memasak, para juru masak memilah mana bahan makanan yang tidak layak.

"Setiap hari bahan datang, sayur segar, masak, makan, selesai. Besok datang lagi dan kita hanya menyimpan bahan-bahan kering saja seperti kecap, garam, minyak. Itu pun kita setok 1 bulan sekali. Sebelum dimasak juga dicek terlebih dahulu," ungkapnya.

"Kita juga punya supplier sendiri dari wali murid, baik untuk sayuran atau daging. Daging ayam ataupun sapi kita juga sudah ada sertifikasi halal," imbuhnya.

Selengkapnya baca di halaman berikutnya....




(apl/apl)

Berita detikcom Lainnya