Mendengar tentang pejuang kemerdekaan Republik Indonesia (RI) tentu ada rasa bangga yang muncul di benak kita. Namun, apa jadinya kalau pejuang kemerdekaan RI justru melanjutkan hidupnya sebagai pelaku kriminal berbahaya yang justru membuatnya mendapatkan vonis hukuman mati?
Hal tersebut nyatanya ada dan benar-benar terjadi di Indonesia. Melibatkan sosok pria yang bernama Kusni Kasdut. Namanya bisa dibilang masuk dalam jajaran pahlawan yang turut andil memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Namun, sayangnya seiring berjalannya waktu, Kusni Kasdut justru berubah menjadi sosok kriminal yang dianggap berbahaya bagi masyarakat.
Tak tanggung-tanggung, Kusni Kasdut dikenal sebagai rampok legendaris yang tak segan menghilangkan nyawa korbannya. Inilah yang membuat Kusni Kasdut harus menerima nasib sebagai narapidana yang mendapatkan hukuman eksekusi mati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana kisah perjalanan hidup Kusni Kasdut yang sempat bikin geger di Jakarta hingga akhirnya apes di Semarang? Berikut ulasannya.
Siapa Itu Kusni Kasdut?
Kusni Kasdut ternyata adalah sebuah nama julukan yang diberikan kepada pria dengan nama asli Ignatius Waluyo. Menurut detikX, Ignatius Waluyo atau Kusni Kasdut lahir di bulan Desember 1929 di Blitar, Jawa Timur. Nama Ignatius Waluyo sebenarnya bisa saja harum sebagai pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia.
Namun, ternyata akhir hidupnya justru berkata lain. Ignatius Waluyo atau Kusni Kasdut justru dieksekusi hukuman mati di usia yang tergolong cukup muda, yaitu 51 tahun. Vonis ini menyusul tindakan kriminalitas yang telah dilakukannya yang benar-benar tidak bisa begitu saja dimaafkan.
Dijelaskan dalam sumber yang sama, Kusni Kasdut lahir dari keluarga yang bisa dibilang sangat kekurangan. Saat Jepang menjajah Indonesia, Kusni ikut bergabung dengan rakyat lainnya sebagai heiho atau tentara pembantu.
Tak hanya itu saja, Kusni juga berhasil masuk dalam laskar Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah Indonesia merdeka. Kusni bahkan terlibat dalam beberapa pertempuran yang bertujuan menjaga kedaulatan Republik Indonesia.
Namun, karena kekecewaan yang dirasakan olehnya karena tidak mendapatkan kehidupan yang layak meski sudah berjuang demi Tanah Air, membuatnya justru mengambil jalan yang tak pernah bisa terbayangkan oleh siapa pun. Kusni menjadi dalang atas berbagai kasus perampokan yang terjadi di Indonesia.
Sementara itu, mengacu dalam laman Dandapala yang berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum, ada julukan khusus yang disematkan kepada Kusni Kasdut. Dirinya dijuluki sebagai 'kancil' karena dianggap gesit dan lincah dalam mencari dana untuk revolusi.
Tak hanya sekadar menyumbang tenaga saja, tapi Kusni juga dikenal sering kali memberikan bala bantuan untuk Tanah Air. Meskipun begitu, sumbangan tersebut ternyata didapatkannya dengan cara merampok saudagar asal Tionghoa. Terlepas dari itu semua, Kusni tak begitu peduli dengan jumlah uang yang berhasil didapatkannya.
Hal yang dipedulikan olehnya adalah uang tersebut dapat membantu revolusi yang akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Sayangnya, kemampuan Kusni untuk merampok ini justru membuatnya dikenal sebagai perampok kelas kakap yang meresahkan sebagian kalangan masyarakat.
Sepak Terjang Kusni Kasdut sebagai Pejuang Kemerdekaan RI
Sebelum mengetahui kisah kriminalitas yang dilakukan oleh Kusni Kasdut, mari mengenal perjuangannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Tanah Air. Masih mengutip dari sumber yang sama, setelah bertugas sebagai tentara pembantu dalam masa penjajahan Jepang terhadap Indonesia, Kusni terus menunjukkan kecintaannya terhadap Tanah Air.
Salah satunya ikut andil sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada saat itu dirinya tergabung dalam laskar TKR di Malang. Setelah Indonesia merdeka di tahun 1946, Kusni tetap ikut serta dalam upaya gerilya yang dilakukan oleh Surabaya dalam melawan Sekutu dan juga Inggris.
Setelah Inggris dipukul mundur, Kusni memilih untuk melanjutkan perjuangannya di Jogja. Dirinya memutuskan bergabung bersama laskar Barisan Bambu Runcing. Tujuan mereka pada saat itu merebut Kota Bandung.
Belum selesai sampai di situ, Kusni pergi lagi ke Madiun untuk bergabung dalam laskar Brigade Teratai. Dari sinilah Kusni mengenal berbagai kalangan, mulai dari TNI sampai masyarakat kelas bawah. Perjalanan hidupnya kali ini membawa Kusni banyak bergaul dengan berandalan hingga mata-mata.
Saat menjadi bagian dari laskar tersebut Kusni ditugaskan mencuri emas dan juga berlian dari warga keturunan Tionghoa. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan modal perang. Tak sampai di situ saja, saat kembali ke Jogja pada 1948 silam, Kusni juga membawa meriam Belanda jauh-jauh hanya untuk menambah modal pejuang agar dapat melawan penjajah tersebut.
Meskipun Kusni sering ditangkap oleh pihak Belanda, kecerdikannya mampu membuat dirinya berhasil lolos. Inilah yang memicu rasa bangga di dalam dadanya begitu meletup-letup.
Perjuangannya untuk Tanah Air membawa Kusni memiliki impian untuk bisa menjadi pasukan TNI. Pada saat inilah Kusni menunjukkan usahanya agar dapat mewujudkan keinginannya masuk ke lingkup TNI.
Sayangnya, karena cacat yang diakibatkan oleh luka tembak di bagian kaki kirinya membuat Kusni gagal masuk TNI. Kondisi inilah yang memicu rasa kekecewaan yang teramat dalam bagi Kusni Kasdut.
Kusni Kasdut Bikin Geger Jakarta-Semarang
Gagal merangkai mimpi menjadi TNI, tak membuat Kusni menyerah pada hidupnya. Kusni memutuskan pergi ke Surabaya untuk mengubah nasibnya. Di sana dirinya bertemu dengan mantan pejuang lainnya bernama Subagyo.
Pertemuan ini justru membawa malapetaka tersendiri bagi Kusni, karena sejak saat itu dirinya memutuskan jalan hidupnya sebagai perampok. Proyek curian pertama yang berhasil dilakukan oleh Kusni dan Subagyo adalah rampasan uang sebesar Rp 600 ribu, yang pada saat itu nominalnya tentu sangatlah besar dibandingkan saat ini.
Setelah berhasil melakukan kejahatan pertamanya, Kusni tak kapok. Dirinya justru terus-menerus melakukan aksi yang sama. Uniknya, alih-alih menggunakan uang rampokan untuk dirinya sendiri, Kusni beberapa kali membagikannya kepada kaum miskin.
Salah satu puncak kesuksesan Kusni dalam dunia kriminal adalah ia mendirikan kelompok perampok kelas wahid. Masih mengacu dari Dandapala, Kusni berkomplot dengan Mohammad Ali atau Bir Ali, Mulyadi, dan Abu Bakar.
Sejak era tahun 1950-an, Kusni dan komplotannya menjadi buronan kepolisian di wilayah Jakarta. Salah satu kasus perampokan yang melibatkan Kusni cs adalah merampas uang yang dimiliki oleh wartawan Arab bernama Ali Badjened. Tak hanya merampok, mereka juga turut menghilangkan nyawa korban.
Kasus perampokan lain yang melibatkan Kusni yang tak kalah menggegerkan terjadi di Museum Nasional Indonesia atau Museum Gajah yang letaknya ada di Jakarta. Mengutip dari buku 'Indonesia Poenja Tjerita' karya @sejarahRI, Kusni cs merampok Museum Nasional Jakarta di tanggal 31 Mei 1961.
Kusni menggunakan jip dan memakai seragam polisi. Dirinya menyandera para pengunjung yang ada dan menghabisi nyawa petugas museum. Aksi Kusni cs ini berhasil membuat mereka menggondol setidaknya 11 butir permata yang menjadi bagian dari koleksi museum tersebut.
Sebagai buronan kelas wahid, Kusni Kasdut dan komplotannya begitu terkenal pada masanya. Tak hanya masyarakat yang resah dibuatnya, pihak kepolisian juga tak kalah geger berusaha melakukan pengejaran demi bisa menangkap para pelaku.
Meskipun sudah berusaha melarikan diri, Kusni Kasdut akhirnya tertangkap juga. Beberapa tahun setelah dirinya buron, Kusni justru tertangkap di wilayah lain. Tepatnya di Semarang, Jawa Tengah.
Pada saat itu, dirinya berusaha menggadaikan pertama hasil rampokan yang diambil dari museum tadi. Dirinya melakukannya di Semarang. Akan tetapi, petugas pegadaian yang curiga justru membuka celah pihak kepolisian mengetahui keberadaan Kusni Kasdut. Petugas pegadaian yang curiga lalu melaporkan ke pihak kepolisian karena menganggap ukuran permata yang tidak biasa.
Setelah berhasil tertangkap, Kusni Kasdut justru dipindahkan dari satu penjara ke penjara lainnya. Masih mengacu dari sumber yang sama, akhir perjalanan hidup Kusni Kasdut 'bermuara' di Pengadilan Semarang.
Pada tahun 1969, Pengadilan Semarang menjatuhkan vonis mati kepada Kusni Kasdut. Meskipun Kusni Kasdut sempat berkali-kali kabur dari penjara, tapi akhirnya berhasil tertangkap juga.
Sebenarnya, Kusni sempat mengajukan grasi kepada Presiden Soeharto. Akan tetapi, diputuskan dalam Surat Keputusan Presiden No. 32/G/1979 pada tanggal 10 November 1979, Presiden Soeharto menolak grasi tersebut. Hal ini membuatnya tetap mendapatkan eksekusi mati.
Pada akhirnya, Kusni Kasdut kehilangan nyawa di tangan algojo atau regu tembak pada tanggal 16 Februari 1980 silam. Hingga kini namanya mungkin masih dikenang oleh sebagian kalangan masyarakat, tidak hanya sebagai pejuang tapi juga perampok wahid di Indonesia.
Itulah tadi gambaran mengenai Kusni Kasdut yang dikenal sebagai pejuang Kemerdekaan RI sekaligus narapidana yang divonis hukuman mati karena kriminalitas yang dilakukannya. Semoga dapat menambah wawasan baru buat kamu.
(sto/dil)