Nama Slamet Gundul mungkin terdengar tidak asing bagi kalangan masyarakat Indonesia, mengingat kiprahnya di dunia kriminal berhasil bikin geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak, dirinya dikenal sebagai perampok kelas kakap yang berhasil mengelabui polisi berulang kali. Siapa sebenarnya Slamet Gundul ini?
Sebenarnya, Slamet Gundul bukanlah sebuah nama asli. Melainkan julukan yang disematkan pada seorang pria yang pernah menjadi kriminal kelas kakap pada masanya. Sepak terjang Slamet Gundul di dunia kriminal berlangsung pada era tahun 1980-an sampai 1990-an. Pada saat itu, Slamet Gundul bukan hanya dianggap sebagai perampok kelas kakap, tapi juga buronan wahid kepolisian Indonesia.
Maka tak heran, meski waktu telah berlalu hingga puluhan dekade, nama Slamet Gundul tetap terkenang bagi siapa saja yang pernah mengenalnya. Nah, bagi kamu yang mungkin baru pertama kali mendengar nama ini, tidak ada salahnya mengenal lebih dekat kisah nyata yang pernah terjadi di Indonesia mengenai Slamet Gundul. Simak uraiannya berikut ini, ya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siapa Slamet Gundul?
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Slamet Gundul bukanlah nama asli. Sebaliknya, nama ini merupakan julukan yang diberikan oleh teman-temannya, yaitu 'Nyo' atau 'Gundul'. Alasannya karena pria ini sesekali memotong rambutnya sampai kepalanya botak atau gundul.
Slamet Gundul bisa dibilang sebagai salah satu buronan legendaris yang pernah ada di Indonesia. Mengutip dari buku 'Kriminologi: Suatu Pengantar' karya Nursariani Simatupang Faisal, Slamet Gundul digambarkan sebagai sosok pria yang memiliki pipi tembam.
Kemudian hidungnya lebar dan tidak memiliki lipatan kelopak mata. Terlepas dari ciri-ciri fisiknya, Slamet Gundul adalah sosok yang begitu tidak disukai oleh polisi. Selain dirinya yang memang menjadi buronan, Slamet Gundul dianggap sebagai ancaman karena sulit untuk ditangkap.
Tak hanya itu saja, siasat yang digunakan oleh Slamet Gundul selalu berhasil membuatnya kabur dari kejaran polisi. Bahkan dirinya tidak pernah kapok melakukan tindakan kriminal, terutama perampokan.
Lebih lanjut, dikatakan Slamet Gundul memiliki nama yang berubah-ubah. Sesekali dirinya dijuluki sebagai Slamet, tapi tidak jarang juga bernama Santoso. Bahkan pernah pria ini juga punya nama sebagai Samsul Gunawan. Meskipun begitu, julukan yang paling melekat pada dirinya adalah Slamet Gundul.
Sementara itu, dilansir detikX, Slamet Gundul ternyata punya nama asli Supriadi. Dirinya diketahui lahir di Malang, Jawa Timur. Walaupun begitu, belum diketahui secara gamblang perihal tanggal atau tahun lahir dari pria ini.
Lika-liku Slamet Gundul sebagai Buronan Polisi
Lantas, apa yang dilakukan oleh Slamet Gundul sampai-sampai pihak kepolisian kewalahan menangkapnya? Jenis kejahatan yang dilakukan oleh Slamet Gundul adalah merampok. Namun, dirinya tak ragu untuk menggunakan senjata api saat melakukan aksinya. Bahkan Slamet Gundul juga tak takut melawan polisi saat dihadapkan dalam aksi pengejaran.
Setidaknya, pengejaran Slamet Gundul berlangsung di tiga kota berbeda pada wilayah Pulau Jawa. Ketiganya tak lain adalah Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Masing-masing kota tersebut turut menjadi lokasi aksi perampokan dalam jumlah yang fantastis. Bahkan aksi pengejaran Slamet Gundul sempat dilakukan di wilayah Klaten, Jawa Tengah.
Untuk memudahkan dalam mengikuti kisah Slamet Gundul dan aksi perampokannya. Masih dihimpun dari sumber yang sama, berikut ulasan singkatnya.
1. Jakarta
Tak sendirian, Slamet Gundul sebenarnya sering melakukan perampokan bersama dengan kawanannya. Meskipun begitu, aksi kriminalitas yang dilakukan oleh Slamet Gundul sudah dilakukannya sejak usia masih remaja. Bahkan Slamet Gundul adalah narapidana langganan yang keluar-masuk penjara.
Termasuk di Jakarta, yang mana dirinya pernah ditahan selama satu dan delapan bulan penjara di Polres Jakarta Selatan. Kemudian empat bulan lainnya di Polda Metro Jaya. Situasi ini tak membuat Slamet Gundul kapok. Selain merampok, Slamet Gundul bahkan juga mulai berani melakukan aksi pembegalan.
Situasi tersebut membuat pihak Polda Metro Jaya tak tinggal diam. Mereka berusaha melakukan aksi pengejaran dengan mendatangi kontrakan Slamet Gundul. Akan tetapi, Slamet berhasil kabur.
Tak hanya berlari menjauh dari kejaran polisi, Slamet berhasil menyambar metromini yang bisa digunakannya untuk kabur. Pada tahap ini, Slamet mengira dirinya benar-benar bisa lolos. Namun, ternyata polisi berhasil juga menangkapnya. Selain Slamet, ada juga Jarot dan Sahut yang juga berhasil ditangkap. Mereka bertiga divonis selama 3 tahun penjara.
Saat hendak dibawa ke parkiran halaman pengadilan, ketiganya berhasil kabur. Sayangnya, pihak kepolisian hanya bisa menangkap salah satu di antara tiga orang tadi, yaitu Sahut.
2. Semarang
Selepas kabur dari Jakarta, Slamet dan Jarot memutuskan untuk pindah ke Semarang, Jawa Tengah. Tidak pernah jera, Slamet justru kembali mengumpulkan basis kawanan di wilayah ini. Tindakannya kali ini justru lebih ganas. Slamet dan kawanannya lebih berani lagi menjarah uang.
Tidak hanya merampok bank, Slamet cs juga mengambil uang dari para nasabah. Tak tanggung-tanggung, Slamet cs turut menyasar beberapa orang kaya yang ada di Jawa Tengah. Hingga tahun 1989 saja hasil dari aksi perampokan yang dilakukan oleh Slamet dan kawanannya berhasil terkumpul sekitar Rp 159,5 juta.
Beberapa korban yang pernah dirampok uangnya oleh Slamet cs adalah juragan tembakau di Kendal, juragan ikan, Universitas Islam Sultan Agung (Unisula) Semarang, karyawan PT Nyonya Meneer Semarang hingga nasabah Bank BCA Peterongan.
Di tengah-tengah aksi pengejaran dari pihak kepolisian, ada siasat cerdik yang dilakukan oleh Slamet Gundul agar bisa lolos. Salah satunya dengan menebarkan uang hasil rampokannya ke jalanan.
Saat berlari di tengah permukiman warga yang begitu padat, Slamet akan melemparkan uang jarahannya ke jalanan. Dengan begitu, para warga yang mengetahui ada orang di depan mata berbondong-bondong mengambilnya. Ini menyulitkan polisi untuk lari mengejarnya.
3. Klaten
Tak berhenti di Semarang saja, aksi pengejaran Slamet Gundul juga berlangsung di Klaten, Jawa Tengah. Ia dan kawanannya berhasil di sergap oleh tim Unit Sidik Sakti (USS) Satuan Resmob Polda Jawa Tengah di SPBU Pandansimping, Klaten.
Tidak tinggal diam, Slamet cs berusaha melawan. Inilah yang membuat terjadinya aksi tembak-tembakan di antara kedua belah pihak. Jarot yang sebelumnya berhasil kabur dari Jakarta bersama Slamet justru kehilangan nyawa karena luka tembak.
Sementara itu, dua kawanan Slamet bernama Subagio dan Sugeng berhasil ditangkap dengan luka tembak. Sebenarnya, Slamet juga mengalami luka tembak di bagian bahu. Akan tetapi, dirinya justru berhasil kembali melarikan diri.
4. Jakarta Kedua Kalinya
Pelarian Slamet kini justru kembali ke Jakarta lagi. Entah apa yang dipikirkannya saat itu, tapi Slamet justru dengan percaya diri melakukan aksinya. Lagi-lagi Slamet melakukan aksi begal dan membawa kabur uang dalam jumlah puluhan juga.
Dalam pengejaran kali ini, polisi dan Slamet cs kembali terlibat aksi tembak. Sama seperti di Klaten, ada korban jiwa dalam proses ini. Dua orang yang merupakan kawanan Slamet kehilangan nyawanya di tempat akibat luka tembakan. Bahkan salah satu anggota kepolisian juga harus meregang nyawa akibat tertembak di salah satu bagian wajahnya.
5. Malang dan Surabaya
Slamet lagi-lagi berhasil kabur. Kali ini dirinya memilih untuk pulang ke kampung halaman di Malang, Jawa Timur. Meskipun begitu, keberadaannya baru benar-benar bisa terlacak di tahun 1991. Tepatnya di Surabaya, Jawa Timur.
Keberadaan Slamet Gundul bisa terendus lantaran ada terduga perampok bersenjata yang berhasil ditangkap oleh pihak kepolisian. Salah satunya memiliki nama Supriadi. Sayangnya, karena bukti yang dinilai tidak cukup, maka Supriadi dilepaskan begitu saja.
Beberapa saat kemudian barulah pihak kepolisian menyadari Supriadi tidak lain adalah Slamet Gundul. Tak heran, Polrestabes Surabaya segera membentuk tim khusus untuk melakukan penangkapan terhadap Slamet Gundul. Dari demi hari tim tersebut melakukan pengintaian di lokasi-lokasi yang diduga menjadi tempat Slamet Gundul tinggal.
Tindakan ini bahkan melibatkan setidaknya 30 polisi yang ikut melakukan pengintaian dan penyamaran. Baru kemudian, di tanggal 16 Juni 1991 Slamet Gundul berhasil ditangkap.
Akhir Pengejaran Slamet Gundul
Setelah berhasil ditangkap di Surabaya, akhirnya Slamet Gundul benar-benar menyelesaikan 'petualangannya'. Dirinya segera dibawa di Jakarta untuk diselidiki secara lebih dalam. Bahkan Slamet Gundul dibawa menggunakan pesawat dan dijaga dengan begitu ketat oleh pihak kepolisian.
Selama menjalani proses persidangan, di tahun yang sama Slamet Gundul mendekam di LP Cipinang, Jakarta Timur. Kecerdikan Slamet Gundul yang bisa lolos berulang kali dari kejaran polisi tak terlepas dari kemampuannya dalam memenangkan hati orang.
Hal tersebut diungkap oleh dua dari kawanan Slamet Gundul, yaitu Sugeng dan Subagio. Masih dijelaskan dalam buku yang sama, yaitu 'Kriminologi: Suatu Pengantar', Sugeng dan Subagio menjelaskan bos mereka (Slamet) berhasil merekrut anggota baru selama berada di tahanan.
"Slamet itu orangnya pandai mengambil hati, sehingga banyak yang bersedia ikut kelompoknya," ujar Sugeng dan Subagio dalam sebuah kesempatan.
Meskipun menjadi perampok kelas kakap, Slamet dikenal bukanlah sosok yang kejam. Hal ini diungkap oleh dua kawanannya, Sugeng dan Subagio. Mereka memang menyusun skenario kejahatan yang sering kali dengan melibatkan senjata, tapi bukan berarti mereka kejam.
"Ia belum pernah membunuh korban-korbannya," ucap Sugeng.
Terlepas dari itu semua tindakan yang dilakukan oleh Slamet Gundul tidak bisa dibenarkan. Sayangnya, hingga saat ini belum diketahui secara pasti kabar terbaru Slamet Gundul.
Itulah tadi kisah Slamet Gundul yang bisa dibilang cukup melegenda di kalangan sebagian masyarakat Indonesia pada saat itu. Semoga informasi ini dapat memberikan wawasan baru bagi detikers, ya.
(sto/ams)