2 Prasasti Asal Kota Bersinar Hadir di Pameran Aksara Musda Klaten

2 Prasasti Asal Kota Bersinar Hadir di Pameran Aksara Musda Klaten

Muhammad Iqbal Al Fardi - detikJateng
Rabu, 10 Sep 2025 15:12 WIB
Pameran Aksara Gata di Kompleks Taman Budaya Monumen Juang β€˜45 Klaten
Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi
Jakarta -

Museum Daerah (Musda) Klaten bekerja sama dengan Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) Komisariat Daerah (Komda) Jawa Tengah (Jateng) menyelenggarakan Pameran Aksara Gata di Kompleks Taman Budaya Monumen Juang '45 Klaten. Dalam pameran tersebut dihadirkan pula dua prasasti asal Kota Bersinar.

Pantauan detikJateng di lokasi pada Rabu (10/9/2025), pameran tersebut dibuka pada sekitar pukul 09.30 WIB. Pameran tersebut bakal berlangsung hingga 16 September 2025.

Tampak belasan pengunjung memadati salah satu gedung yang digunakan untuk pameran aksara itu. Ketua PAEI Komda Jateng, Goenawan, memandu para mengunjung untuk menjelaskan setiap benda dalam pameran tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para pengunjung tampak antusias menyimak setiap penjelasan dari Goenawan. Rute pameran dibuat seperti letter S.

Tampak sejumlah media yang memuat sejumlah aksara yang dipamerkan mulai dari prasasti hingga daun lontar. Pengunjung juga bisa belajar untuk menulis aksara kuno selama pameran.

ADVERTISEMENT

Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Klaten, Tri Indarti, menerangkan pameran tersebut direncanakan oleh pihaknya. Sejumlah kegiatan dapat diikuti selama gelaran pameran itu.

"Pameran Aksara Gata memang program yang dirancang dari bidang kebudayaan, khususnya dari sejarah permuseuman. Nanti acaranya ada Pameran Aksara Gata, menulis untuk aksara gatanya juga, dan juga ada sarasehannya yang dilaksanakan hari Sabtunya, dan juga ada pemutaran film," jelas Tri saat ditemui di lokasi, hari ini.

Lebih lanjut, Tri menjelaskan pameran itu digelar juga untuk melestarikan hingga mengenalkan aksara kuno.

"Intinya kegiatan ini upaya kita untuk tetap melestarikan, memperkenalkan, dan menghidupkan lagi aksara kuno, nusantara. Ini bekerja sama dengan PAEI," katanya.

"Ini juga bagian dari upaya kami mengenalkan Museum Daerah Klaten yang mana banyak yang belum tahu kalau di Klaten itu ada museum sejak 2024," lanjutnya.

Tri menjelaskan pengunjung akan didampingi anggota PAEI untuk mempelajari aksara gata. Adapun sasaran pamerannya, ungkap Tri, adalah masyarakat umum.

"Aksara gata itu aksara kuno, kita sebenarnya punya aksara zaman dulu, kaya kawi, palawa, dan sebagainya. Banyak sekali aksara yang kita belum tahu dan nanti tentunya akan ada dari PAEI yang siap membantu untuk bapak ibu yang berkunjung ke museum dan menanyakan tentang aksara-aksara tersebut dan siap membantu untuk belajar menulis aksara tersebut," papar Tri.

Dua Prasasti Asal Klaten

Dalam pameran tersebut juga dihadirkan dua prasasti asal Klaten, yakni Sang Pamgat Anggehan II dan batu dari Nglumbang Dungik. Prasasti Sang Pamgat Anggehan II berbentuk patok, sementara Nglumbang Dungik berbentuk batu yang tidak bulat sempurna.

Menurut informasi yang tertera di pameran itu, Prasasti Sang Pamgat Anggehah II sejatinya berlokasi di Dukuh Kauman, Desa Ngrundul, Kecamatan Kebonarum. Seorang warga setempat, Supriyanto, menemukan prasasti itu dengan tidak sengaja dan disimpan di rumahnya.

Adapun prasasti yang terbuat dari batu andesit itu bertuliskan Jawa Kuno menggunakan aksara Kawi. Adapun tahunnya yakni 796 Saka atau 25 Februari 875 Masehi.

Berdasarkan kajian Goenawan, prasasti tersebut masih dalam konteks yang sama dengan Prasasti Sang Pamgat Anggehan I yang berada di Museum Radya Pustaka, Kota Solo. Dijelaskan, dua prasasti tersebut adalah pembatas wilayah, pun memiliki teks yang sama.

"Selamat! Tahun Saka 796 yang telah berlalu, bulan Phalguna, tithi pertama paruh gelap, Paniruan,Pon, Jumat (1 Maret 875), itulah saat pejabat (dari)Angehan membuat batas sima," tulis keterangan di pameran tersebut menjelaskan tentang teks yang termuat di Prasasti Sang Pamgat Anggehah II.

Sementara itu, prasasti batu dari Nglumbang Dungik dijelaskan sejatinya berlokasi di Desa Soropaten, Kecamatan Karanganom. Prasasti tersebut merupakan temuan in situ kala pembangunan jalan dan kemudian disimpan di rumah Ketua Kelompok Pelestari Cagar Budaya Nglumbang Dungik, Purwonegoro.

Tidak ada kejelasan tentang tahun prasasti tersebut. Meski begitu, dijelaskan prasasti itu memuat tulisan aksara Kawi dengan bahasa Sansekerta bercampur Jawa Kuno. Prasasti tersebut dijelaskan memuat mantra terkait kekayaan dan pujian terhadap empat dewa Hindu.

Penamaan prasasti tersebut disesuaikan dengan lokasi penemuannya. Tulisan di benda bersejarah itu juga telah dialihmediakan oleh Adeline Leviier ke fotogrametri. Berikut tulisannya.

"Om. Dewa Wisnu, (Dewa) Brahma, Dewa Indra,(Dewa) Wesrawana, Dewa Mahadewa, kepada ia yang telah mengambil untuk dirinya harta karun dari tangan Wesrawana, svaha!" tulis keterangan dalam pameran itu.

Menurut Gunawan, Prasasti Nglumbang Dungik cukup unik lantaran berasal dari batu biasa.

"Prasasti Nglumbang Dungik ini menjadi unik karena itu batu biasa. Kemudian batu alam itu dibahas, ada bulan, ada penyebutan nama-nama dewa itu menjadi unik, terutama bagi kami, orang-orang epigrafi," jelas Gunawan.

Gunawan menerangkan, memang ada beberapa prasasti terbuat dari batu alam yang permukaannya diratakan sehingga mudah ditulis. Namun, hal tersebut berbeda dengan Prasasti Nglumbang Dungik.

"Misalnya (prasasti dari) batu alam pun dia ada bagian yang dihaluskan untuk media tulis. Yang menjadi unik, Nglumbang Dungik itu memang benar-benar batu bentukan alam, kemudian dia langsung ditulis," paparnya.




(akd/akd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads