Seekor macan tutul membuat geger warga di Desa Kutamandarakan, Kecamatan Meleber, Kuningan, Jawa Barat (Jabar). Sebab, hewan itu masuk ke balai desa setempat, dan sempat mengagetkan pekerja bangunan yang hendak bekerja.
Kepala UPT Pemadam Kebakaran (Damkar) Kuningan, Andri Arga Kusuma, saat dimintai konfirmasi membenarkan kejadian itu. Ia menuturkan hewan predator besar itu masuk ke salah satu ruangan di gedung lama Balai Desa Kutamandarakan.
"Kalau dilihat dari warna memang jenisnya itu macan tutul warna kuning dengan warna hitam berbentuk lingkaran. Ada informasi itu dari hari Senin malam. Kebetulan itu gedung bekas balai desa cuma aulanya masih sering dipakai rapat," tutur Arga, Selasa (12/26/2025), dilansir detikJabar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditemukan Pekerja Bangunan
Arga mengutarakan macan tutul itu ditemukan pekerja bangunan yang hendak mengambil perkakas di ruangan lama balai desa pada Selasa (26/8) pagi. Saat si pekerja melihat binatang itu, sontak dia kaget dan berlari kabur, sementara macannya juga bersembunyi di ruangan lebih dalam.
"Macam itu awalnya ditemukan oleh pekerja bangunan yang sedang membangun. Karena itu kan ruangannya bekas Balai Desa dulu. Ketika mau ngambil perkakas melihat macan ada di pintu bagian depan. Jadi sama-sama kaget, pekerjanya lari, macannya pindah ke ruangan yang lebih dalam," tutur Arga.
Damkar Kuningan yang menerima laporan bergegas ke lokasi. Namun, mereka tidak langsung mengevakuasinya. Selain alat yang terbatas, macan tutul dikategorikan hewan yang dilindungi.
Menurut Arga, untuk bisa mengevakuasi macan tersebut, harus menggunakan obat bius khusus hewan. Namun, karena obat bius tersebut adanya di Bandung. Sehingga pihaknya masih menunggu kedatangan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat (BKSDA) dari Bandung terlebih dahulu.
"Karena memang hewan dilindungi dan penanganannya juga terbatas akhirnya koordinasi dengan BPBD dan Kapolres. Akhirnya kita berangkat ke sana, warga sudah banyak. BKSDA dari Cirebon sudah datang cuman alat pembiusnya itu dari Bandung. Jadi kita menunggu BKSDA dari Bandung terlebih dahulu," tutur Arga.
Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi, pihaknya bersama dengan BPBD dan Kepolisian memasang jaring pengaman di sekitar ruangan macan tutul tersebut masuk.
"Sementara itu macan masih aman, kebetulan ini lagi tertidur di ruangan. Kita sudah tutup dan pasang jaring untuk menghindari kejadian tidak diinginkan. Karena itu macan tutul cukup dewasa juga. Misalkan berontak itu pasti jangkauan luas," tutur Arga.
![]() |
Berhasil Dievakuasi
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jabar berhasil mengevakuasi kucing besar tersebut dalam kondisi selamat.
Kepala BBKSDA Jabar, Agus Arianto, menerangkan satwa itu kini dalam tahap rehabilitasi sementara sembari menunggu proses observasi dan kajian habitat. Sebelum, macan itu dilepasliarkan di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).
"Jadi saat ini sudah ditangani bersama pihak pemda, kepolisian di sana dan mitra konservasi lainnya. Sudah kita selamatkan macan tutulnya kemudian nanti kita rehab sementara waktu, kita cek dan observasi sambil menunggu rencana pelepasliaran di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai, sambil dilakukan kajian habitatnya untuk sementara satwa kita tangani lebih dulu," ucap Agus saat dimintai konfirmasi, Selasa (26/8).
Agus menjelaskan rencana awal rehabilitasi sebenarnya akan dilakukan di Cikembulan, Garut, karena lokasi yang lebih dekat. Namun, karena fasilitas belum siap, macan tutul itu sementara dititipkan di Lembang Zoo, Bandung Barat.
"Tadinya mau di Cikembulan yang terdekat ya, tapi karena belum siap sementara di Lembang Zoo. Dalam beberapa hari ini kalau memang teman-teman dari TNGC sudah siap dan satwanya juga tidak ada persoalan, kita langsung rilis," ungkapnya.
Terkait asal usul macan tutul tersebut, Agus menjelaskan jika satwa itu tidak hanya mendiami taman nasional, tetapi juga tersebar di berbagai tipe hutan di Jawa Barat. Bahkan kata dia, hampir seluruh kawasan hutan menjadi habitat alami bagi spesies ini.
"Penyebaran macan itu nggak hanya di taman nasional, maksudnya di kawasan hutan lain ada. Di Jabar ini kan hutan itu ada taman nasional, fungsi lain, hutan lindung dan hampir sebagian besar hutan itu merupakan habitat dari macan tutul," jelasnya.
Dari hasil pemetaan sementara, macan tutul yang masuk ke balai desa diperkirakan berasal dari kawasan hutan dengan fungsi pemanfaatan terbatas yang letaknya hanya sekitar satu kilometer dari lokasi kejadian.
"Jadi kalau kita lihat hutan terdekat di situ yang mana ya dari situlah habitatnya. Kalau gak salah di situ ada kawasan hutan pemanfaatan terbatas ya, kurang lebih 1.000 meter dari lokasi," ujar Agus.
Mengenai penyebab keluarnya satwa dari habitatnya, BBKSDA belum bisa memberikan kesimpulan. Agus mengatakan banyak faktor yang bisa memengaruhi, mulai dari kondisi habitat hingga dinamika rantai makanan.
Untuk itu, pihaknya berencana menggelar diskusi bersama pemerintah daerah, akademisi, dan instansi terkait lainnya guna mencari solusi jangka panjang agar konflik manusia dengan macan tutul di Kuningan tidak semakin berlarut.
"Kita belum bisa menduga-duga, banyak hal secara teori dan kita sedang mengamati menyeluruh baik itu habitatnya, faktor pemangsa dan coba nanti kita diskusi soal bagaimana menjaga keberlangsungan macan tutul khususnya di wilayah Kabupaten Kuningan dan sejauh ini konfliknya juga cukup berkepanjangan di sana," paparnya.
(apu/ams)