Melacak Jejak Pabrik Gula Wonosari Klaten, Kini Hanya Tersisa Dudukan Mesin

Melacak Jejak Pabrik Gula Wonosari Klaten, Kini Hanya Tersisa Dudukan Mesin

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Senin, 25 Agu 2025 09:54 WIB
Sisa jejak PG Wonosari di Tinggen, Duwet, Wonosari, Klaten.
Sisa jejak PG Wonosari di Tinggen, Duwet, Wonosari, Klaten. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng.
Klaten -

Pabrik Gula (PG) Wonosari merupakan satu dari sederet pabrik gula yang didirikan Belanda di wilayah Kabupaten Klaten. Pabrik gula tersebut kini hanya menyisakan sedikit jejak di tengah perubahan zaman.

Peninggalan PG Wonosari yang masih bisa dilihat saat ini salah satunya tembok dudukan mesin giling. Tembok dengan ketebalan 1 meter dengan ukuran sekitar 3x3 meter itu berada di permukiman padat RW 3 Dusun Tinggen, Desa Duwet, Kecamatan Wonosari.

Di bawah tembok terdapat lorong persegi dan setengah lingkaran yang telah ditutup dengan batu bata. Tembok dengan plester kasar itu masih terlihat kokoh meskipun tidak utuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain bekas dudukan mesin, di selatan Dusun Tinggen masih ditemukan saluran air yang dipasok dari Bendung Jaban, Desa Wadung Getas, Kecamatan Wonosari. Saluran tersebut tersisa pintu air dan bendung kecil yang dialirkan ke sawah karena saluran ke arah pabrik sudah tertutupi rumah penduduk.

ADVERTISEMENT
Peta PG Wonosari di peta topografi diens 1933 koleksi KITLVPeta PG Wonosari di peta topografi diens 1933 koleksi KITLV Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Saat detikJateng mencoba menelusuri bekas cerobong asap di barat Desa Duwet, jejaknya sudah musnah. Tinggal semak dan rumpun bambu yang rapat.

"Bekas PG di zaman Belanda di sini. Di belakang rumah ini (tempat tinggalnya) bekas dudukan mesin PG," ungkap Ketua RT 2 RW 3 Dusun Tinggen, Yudi Erwantoro kepada detikJateng, Sabtu (23/8/2025) siang.

Menurut Yudi, bekas pabrik gula saat ini sudah menjadi permukiman penduduk. Di bawah permukiman warga dulunya fondasi pabrik.

"Ini isinya fondasi pabrik, dulu saat dibangun pondok pesantren ada terowongan bata ke Utara sampai masjid sana tembus sungai. Cerobong asapnya dulu masih ada, di barat desa tapi kini jadi rumpun bambu," tutur Yudi (55).

Yudi mengatakan tanah yang sekarang menjadi permukiman dulunya disebut Mbabrik (pabrik). Saat dirinya kecil cerobong asap PG masih ada.

"Saat saya kecil cerobong PG masih ada. Sekarang sudah hilang jadi rumpun bambu, seingat saya cerobong cuma satu, di bawahnya ada sendang untuk pasokan air," lanjut Yudi.

Dikatakan Yudi, jejak PG Wonosari saat ini tinggal dua. Yaitu tembok bekas dudukan mesin di belakang rumahnya dan kuburan keluarga Belanda (kerkoff).

"Ya sisanya cuma tinggal tembok mesin pabrik di belakang rumah itu dan makam kerkop. Pecahan genting, bangunan di lapangan pun sekarang juga sudah tidak ada,'' jelas Yudi.

Noto (73) menceritakan lokasi pabrik gula Wonosari sekarang sudah berubah jadi kampung Dusun Tinggen. Dusun tersebut dulu kala bernama Mbabrik atau pabrik.

"Dulu namanya Mbabrik karena ada pabrik gula Belanda. Lha itu sisanya dudukan mesin pabrik masih ada, kalau cerobong asap dulu ada tapi sekarang ambruk hilang," katanya kepada detikJateng.

"Dulu sini tanah OG (eigendom) tapi setelah jadi rumah sudah bersertifikat sudah lama," imbuhnya.

Pegiat sejarah Klaten, Hari Wahyudi, menjelaskan PG Wonosari termasuk pabrik kecil. Hal itu terlihat dari cerobong asap yang cuma satu.

"Kalau dari peta cerobong asapnya cuma satu, ukuran juga kecil dan tidak ada catatan kapan didirikan. Tapi dari koran berbahasa Belanda pabrik pernah terbakar tahun 1904," ungkap Hari kepada detikJateng.

Menurut Hari, PG Wonosari diberitakan bangkrut dan pada 5 Juni 1934 disita bank Belanda. Letak PG Wonosari posisinya dekat dengan pabrik tembakau di Gawok (Sukoharjo).

"Dengan itu (dekat dengan pabrik tembakau) maka kerkop di Wonosari cukup banyak, ada yang bentuk tugu dan bentuk lain. Ini beda dengan di PG Ceper, Gondang dan lainnya yang cuma beberapa," kata Hari.




(apl/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads