Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, turut angkat bicara terkait usulan dari salah satu anggota DPR RI mengenai gerbong khusus merokok. Menurutnya, usulan tersebut tidak sejalan dengan program Presiden Prabowo Subianto.
Seperti diketahui, Prabowo memiliki sejumlah program di bidang kesehatan seperti cek kesehatan gratis, pemberantasan stunting. Kemudian di Kementerian Kesehatan juga ada pembangunan rumah sakit baru. Serta di tingkat daerah, ada sejumlah Perda mengenai pembatasan iklan rokok.
"Jadi ya, sekali lagi untuk bapak-ibu anggota DPR yang terhormat, saya mohon maaf, ini masukannya kurang sinkron dengan program Bapak Presiden. Dan sudah ada SE, sudah ada UU, sudah ada PP, yang menyatakan bahwa transportasi umum, itu adalah kawasan bebas rokok," urai Gibran kepada awak media di Stasiun Solo Balapan, Minggu (24/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gibran menambahkan, setiap perumusan kebijakan ada skala prioritas. Dan semua juga tergantung dengan kekuatan fiskal yang ada di internal PT KAI.
Terlepas dari hal tersebut, putra sulung Presiden ke-7 Jokowi itu memiliki pendapat sendiri. Menurutnya, daripada untuk gerbong merokok, dia lebih penambahan fasilitas untuk ibu hamil, balita, hingga kaum difabel.
"Pendapat saya pribadi lebih baik di prioritaskan untuk, misalnya ibu hamil, ibu menyusui, balita, kaum difabel. Jadi misalnya ada ruang laktasi di gerbong, toiletnya bisa dilebarkan sehingga ibu itu bisa mengganti popok bayi dengan lebih nyaman. Saya kira itu lebih prioritas. Sekali lagi, dalam perumusan sebuah kebijakan, ada skala prioritasnya," ujarnya.
Meski punya pendapat yang berbeda, Gibran tetap akan menampung usulan dan masukan dari semua pihak.
"Sekali lagi bapak ibu anggota dewan yang terhormat, masukan-masukan dan evaluasinya kami tampung. Evaluasi dari warga dan pengguna KA juga kami tampung, demi kebaikan pelayanan KAI ke depan. Sekali lagi, semua ada skala prioritasnya," ucapnya.
Dilansir detikNews, Nasim Khan selaku anggota DPR mengusulkan agar KAI menyediakan satu gerbong kereta untuk tempat merokok. Menurutnya, hal itu akan bermanfaat dan menguntungkan bagi KAI.
Adapun usulan itu disampaikan Nasim dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Dirut PT Kereta Api Indonesia (KAI), Bobby Rasyidin. Ia mengklaim usulan itu merupakan aspirasi masyarakat.
"Nah, paling tidak, Pak, ini ada masukan juga, gerbong yang selama ini, dulu ada, tapi setelah itu dihilangkan adalah sisakan satu gerbong untuk kafe ya kan, untuk ngopi, paling tidak di situ untuk smoking area, Pak," kata Nasim sambil tersenyum dalam rapat di DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (20/8).
"Nah, karena banyak kereta tidak smoking area, Pak Bobby (Dirut KAI). Nah, paling tidak dalam kereta ini ada satu gerbong. Saya yakin, Pak, saya yakin itu pasti bermanfaat dan menguntungkan buat kereta api, ya kan? Pasti banyak itu, satu aja, terus smoking," tambahnya.
Nasim mengatakan hal itu bisa menjadi solusi bagi penumpang yang bosan, mengingat jarak tempuh perjalanan yang bisa sampai berjam-jam. Ia lantas membandingkan dengan bus, yang terdapat smoking area di dalam.
"Karena 8 jam perjalanan jauh, Pak. Di bus saja, Pak, 12 hampir 8 jam, 10 jam, itu ada smoking area di bus. Masa kereta sepanjang itu, satu gerbong, Pak, saya yakin bisa itu Pak ya," kata Nasim.
(apl/apl)