Wanita warga Desa Cinanas, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes, Sumyati (57), tewas setelah digigit ular di rumahnya. Sumyati meninggal dunia tiga jam setelah dipatuk ular berbisa yang diduga kuat jenis kobra tersebut.
"Ular tersebut berbisa tinggi. Sebaiknya bila melihat ular jangan diprovokasi, ular yang merasa terancam tentu saja akan berusaha menyerang," jelas Ketua Umum Exotic Animal Lovers (Exalos) Indonesia, Janu Wahyu Widodo, kepada detikJateng, Rabu (20/8/2025) siang.
Menurut Janu, apabila bertemu dengan ular sebaiknya tidak melakukan upaya-upaya yang memprovokasi. Lebih baik dilaporkan ke pihak yang memiliki kemampuan dalam penanganan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bila bertemu dengan ular dan tanpa pengalaman atau skill yang memadai, cukup laporkan pada Pemadam Kebakaran atau organisasi snake rescue, seperti Exalos Penyelamatan dan Edukasi Ular Indonesia. Karena tim sudah mengetahui jenis ular dan penanganannya," terang Janu.
Membunuh ular, sambung Janu, bukan satu-satunya solusi dikarenakan ular memiliki peran penting di alam. Membunuh ular juga bukan hal yang mudah.
"Membunuh ular juga bukan hal yang mudah, selain ada peran, ular juga mungkin bisa bertahan dari serangan atau gangguan dengan cara menggigit. Untuk ular berbisa, gigitannya akan sangat fatal bahkan bisa sampai mematikan," papar Janu.
Janu menyampaikan apabila terjadi gigitan harus dilakukan penanganan pertama dengan benar. Yaitu dengan cara menghentikan gerakan pada bagian tubuh yang tergigit agar bisa ular tidak menyebar.
"Dengan cara menghentikan gerakan pada bagian tubuh yang tergigit agar bisa ular tidak menyebar. Kemudian hindari membawa ke dukun karena tidak akan menetralisir venom, bahkan akan mempercepat proses penyebaran venom," ungkap Janu.
Masyarakat awam, sebut Janu, masih saja ada yang percaya dukun bisa menyembuhkan gigitan ular. Padahal persentase ular yang menggigit memang lebih besar ular yang tidak berbisa.
"Persentase ular yang menggigit memang lebih besar ular yang tidak berbisa. Jadi kalau dukun seolah bisa menyembuhkan itu karena yang menggigit adalah ular tidak berbisa. Di Indonesia jumlah ular berbisa tinggi hanya 15 persen," imbuh Janu.
Sebelumnya diberitakan, wanita warga Desa Cinanas, Kecamatan Bantarkawung, Brebes, Sumyati (57), tewas setelah digigit ular di rumahnya. Sumyati meninggal dunia setelah tiga jam dipatuk ular berbisa tersebut.
"Sekitar tiga jam setelah digigt ular, Sumyati meninggal dunia. Paginya langsung dimakamkan," jelas salah seorang warga Desa Cinanas, Tarsun (51), saat dimintai konfirmasi, Selasa (19/8).
Peristiwa nahas itu terjadi pada Minggu (17/8) pukul 19.30 WIB. Sumyati yang akan salat isya melihat seekor ular masuk ke rumahnya.
"Saat akan salat isya, dia melihat ular di dalam rumah. Sontak dia meraih sapu dan mengusirnya. Tapi malam lari ke bawah lemari," ungkap Tarsun.
Untuk memastikan ular itu mati atau kabur, Sumyati terus memburunya sampai ke bawah lemari. Namun tiba tiba, binatang melata ini muncul dan menyerang balik dengan mematuk kaki Sumyati. Dengan alat yang dipegangnya, wanita ini pun berhasil membunuh ular yang telah mamatuknya.
Namun, dua jam setelah salat isya atau sekitar pukul 21.00 WIB, Sumyati mengeluh demam, badan lemas, dan mata berkunang-kunang. Korban kemudian mendatangi tetangganya Kurdi (80)yang dikenal bisa mengobati racun ular.
"Awalnya tidak merasa apa-apa cuma sakit sedikit di kaki. Tapi sekitar jam 21.00 WIB, baru merasakan lemas dan mata berkunang kunang. Dia pun meminta tolong tetangga yang biasa menangani orang digigit ular," terang dia.
Pria lansia ini sempat berusaha mengeluarkan racun pada kaki korban. Alih-alih membaik, kondisi Sumyati justru makin memburuk. Dibantu kerabat dan warga, Sumyati dibawa ke RSUD Bumiayu.
"Karena kondisinya memburuk, diobati tidak sembuh, korban dibawa ke RSUD Brebes," papar Tarsun.
Tidak lama dirawat, korban meninggal pada pukul 22.30 WIB. Jenazah dimakamkan pada Senin (18/8) pagi di TPU setempat.
(apu/ahr)