BEM Unissula Taruh Karangan Bunga Bersimbol One Piece di Tugu Muda Semarang

BEM Unissula Taruh Karangan Bunga Bersimbol One Piece di Tugu Muda Semarang

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Minggu, 17 Agu 2025 12:53 WIB
Mahasiswa Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang pasang karangan bunga dengan logo tengkorak ala anime One Piece di Tugu Muda, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Minggu (17/8/2025).
Mahasiswa Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang pasang karangan bunga dengan logo tengkorak ala anime One Piece di Tugu Muda, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Minggu (17/8/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Semarang -

BEM Keluarga Mahasiswa (KM) Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang memiliki cara tersendiri merayakan HUT ke-80 RI. Mereka memasang karangan bunga dengan simbol tengkorak ala anime One Piece di Tugu Muda Semarang sebagai bentuk kritik terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai belum berpihak pada rakyat.

Pantauan detikJateng, sejumlah mahasiswa meletakkan karangan bunga tersebut di sekitar Tugu Muda, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, sekitar pukul 11.00 WIB. Mereka memasang karangan bunga berwarna hitam yang memuat bendera merah putih dan bendera Jolly Roger di dekat lampu lalu lintas sehingga bisa dengan mudah terbaca pengemudi yang melintas.

Menteri Sospol BEM KM Unissula, Fahrian Fawwazki, menyebut hal itu dilakukan lantaran kemerdekaan yang dirayakan setiap 17 Agustus selama ini dinilai belum sepenuhnya dirasakan masyarakat. Menurutnya, hanya pejabat yang saat kni benar-benar menikmati arti kemerdekaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hari ini memang kemerdekaan bagi Indonesia, tapi menurut kami masyarakat belum benar-benar merdeka. Justru yang merasakan kemerdekaan itu para pejabat di pemerintahan maupun di Istana Merdeka," kata Fahrian kepada detikJateng di Tugu Muda Semarang, Minggu (17/8/2025).

ADVERTISEMENT

Fahrian menyebut, ada sejumlah tuntutan yang mereka soroti, salah satunya terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ia menilai program yang digadang sebagai prioritas pemerintah justru banyak bermasalah, mulai dari isu pendanaan hingga kasus keracunan yang sempat terjadi di beberapa daerah.

"Program MBG ini dibuat tanpa perhitungan matang. Faktanya banyak kasus keracunan, bahkan hewan sempat ditemukan dalam paket makanan. Kalau begini, bagaimana bisa meningkatkan gizi anak-anak?" tegasnya.

Selain itu, isu lingkungan juga menjadi sorotan. Fahrian menuding kebijakan pemerintah kerap merugikan masyarakat, terutama warga yang tinggal di sekitar wilayah terdampak pencemaran.

Terkait hadirnya bendera One Piece dalam karangan bunga, Fahrian menyebut hal itu sebagai simbol perlawanan. Menurutnya, ikon anime itu mewakili ekspresi kebebasan dan semangat perlawanan.

"One Piece jadi simbol kebebasan. Kita tahu keadilan di Indonesia masih patut dipertanyakan. Jadi tidak ada salahnya memakai simbol dari tokoh populer yang dekat dengan masyarakat, asal tidak melebihi bendera merah putih," jelasnya.

Awalnya, kata dia, BEM Unissula berencana memasang karangan bunga di Simpang Lima agar lebih terlihat pejabat, tetapi akhirnya dipusatkan di satu titik agar masyarakat bisa langsung menyaksikan pesan yang mereka sampaikan.

Ia berharap di momen Agustusan ini, pemerintah bisa lebih serius menuntaskan program yang benar-benar pro-rakyat, serta memperbaiki kebijakan pajak maupun undang-undang yang kerap merugikan masyarakat.

"Harapan kami, program pemerintah di tahun berikutnya bisa benar-benar tuntas dan berpihak pada rakyat. Korupsi masih merajalela, dan kebijakan pajak kerap memberatkan. Itu yang harus dibenahi," tegasnya.

Dalam karangan bunga bertajuk 'Permasalahan Menuju HUT 80 RI' itu, terlihat di samping logo HUT ke-80 RI tertulis 'Bersatu Melawan Rakyat Sengsara Indonesia Mundur. Ada beberapa poin yang disoroti di antaranya:

  1. Angka kemiskinan dan pengangguran meningkat
  2. Kebijakan Pemda yang menambah beban rakyat
  3. Represifitas APH kepada rakyat semena-mena
  4. Permasalahan kriminalisasi terhadap oposisi
  5. Proyek MBG yang bermasalah hingga menimbulkan keracunan
  6. Pengesahan RUU bermasalah penuh intrik politik
  7. Polemik tambang ilegal perusak lingkungan
  8. Polemik efisiensi anggaran pendidikan
  9. Korupsi, Kolusi hingga Nepotisme merajalela
  10. Ketimpangan pembangunan infrastruktur antarwilayah.



(apu/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads