Menteri PPPA Ungkap Mayoritas Anak Alami Gigi Bermasalah: Hanya 7% yang Baik

Menteri PPPA Ungkap Mayoritas Anak Alami Gigi Bermasalah: Hanya 7% yang Baik

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Senin, 04 Agu 2025 13:46 WIB
Suasana cek kesehatan gratis di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Semarang, Senin (4/8/2025).
Suasana cek kesehatan gratis di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Semarang, Senin (4/8/2025). Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikJateng
Semarang -

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, meninjau cek kesehatan gratis (CKG) di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Semarang. Ia menyebut berdasarkan pemeriksaan, kebanyakan masalah yang dihadapi anak-anak adalah kerusakan gigi.

Dia menjelaskan, dari data yang diperoleh, anak-anak Indonesia paling banyak mengalami gigi rusak, kemudian ada juga stunting. Maka menurutnya CKG penting untuk mencegah hal tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"93 persen anak Indonesia giginya tidak baik, hanya 7 persen yang baik. Angka stunting lumayan tinggi. Sebagai solusi yang kita lakukan agar segi kesehatan terjamin," jelas Arifah Fauzi di Semarang, Senin (04/8/2025).

ADVERTISEMENT

Dari pantauan detikJateng di lokasi, para siswa SLBN Semarang dari tingkat SD hingga SMA mengantre untuk diperiksa. Ada yang rewel, ada yang berlarian, ada juga yang semangat mengikuti pemeriksaan. Para guru dan tenaga medis terlihat ramah serta sabar untuk mengajak mereka mengikuti CKG.

Arifah juga berkeliling menyapa para siswa serta tenaga medis. Dia mengatakan kegiatan ini menjadi salah satu hal mendasar untuk menuju Indonesia Emas 2045.

"Jadi fondasi bagaimana SDM kita di 2045 berkualitas, bermutu, maka harus diperkuat. Hal mendasar pertama kesehatan," kata Arifah.

Salah satu orang tua siswa, Susan, warga Tlogomulyo Kota Semarang mengatakan pihaknya mengapresiasi kegiatan tersebut. Anaknya yang berusia 14 tahun ikut menjalani rangkaian CKG.

"Kalau biasanya cek rutin itu belum pernah, paling terapi-terapi. Anak saya autis, memang perlu dipegangi waktu cek darah, takutnya sama jarum," ujar Susan.

Direktur Jenderal SDM Kemenkes, Yuli Farianti, menambahkan CKG ini menyasar anak usia 7 tahun sampai 17 tahun, termasuk yang belum masuk dunia pendidikan. Hal itu untuk mengetahui kondisi kesehatan anak-anak dan tahu bagaimana penanganannya.

"Misal tahu anak-anak diabet, bagaimana ini caranya memeriksa lebih awal, sehingga dapat cegah dengan baik," tegasnya.

Kepala SLBN Semarang, Sri Sugiarti mengatakan ada 579 siswa di sekolahnya dengan lima ketunaan yaitu tuna rungu, tuna wicara, tuna grahita, tuna daksa dan autis. Dia mengapresiasi karena hasil CKG bisa untuk laporan kepada orang tua dan anak itu sendiri.

"Ini dari pihak sekolah berterima kasih karena jadi acuan kita dalam berikan indeks kesehatan, laporan kepada orang tua, dan anak itu sendiri. Kami selalu kolaborasi dengan puskesmas pembina, Rowosari," jelas Sri.




(apu/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads