Bikin Salfok! Warga Sekampung di Boyolali Ini Punya Pagar Rumah Seragam

Bikin Salfok! Warga Sekampung di Boyolali Ini Punya Pagar Rumah Seragam

Jarmaji - detikJateng
Minggu, 27 Jul 2025 10:56 WIB
Deretan pagar rumah seragam di Dukuh Setro, Desa Karanganyar, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali. Foto diunggah Minggu (27/7/2025).
Deretan pagar rumah seragam di Dukuh Setro, Desa Karanganyar, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali. Foto diunggah Minggu (27/7/2025). (Foto: Jarmaji/detikJateng)
Boyolali -

Suasana kekompakan warga terlihat di Dukuh Setro, Desa Karanganyar, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali. Dua RT di dukuh itu memiliki pagar dan warna cat yang seragam.

Dari pantauan detikJateng, memasuki kampung ini di jalan Tamansari, Boyolali-Kemalang, Klaten, kita akan disambut gapura gerbang masuk. Di gapura perpaduan warna putih, merah dan hitam yang catnya sudah mulai pudar dimakan waktu itu, sudah tertera nama dukuhnya, Setro.

Namun beberapa meter setelah masuk kita akan disuguhi pemandangan pagar tembok pekarangan rumah yang sama. Baik bentuk dan warna catnya seragam. Perpaduan warna hijau muda, putih dan oranye. Bahkan, pagar yang sama itu juga sudah terlihat dari jalan Tamansari-Kemalang itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang pagarnya sama ini ada dua RT. Yaitu RT 1 dan RT 2 di RW 3 Dukuh Setro ini," kata Ketua RW 3, Jiyono, ditemui di rumahnya Sabtu (26/7/2025).

Jiyono menjelaskan, program pembuatan pagar itu dimulai sekitar tahun 2020 lalu. Setiap selapan (35 hari) sekali warga menggelar pertemuan rutin lingkungan RT setempat. Yakni setiap Minggu Pon. Saat perkumpulan itu dia pun melontarkan ide untuk diadakan iuran senilai Rp 25 ribu rupiah setiap pertemuan di hari Minggu Pon.

ADVERTISEMENT

"Mari, karena pertemuan ini setiap lapan, mari mengadakan iuran meski cuma Rp 25 ribu. Nantinya uang hasil iuran ini kalau sudah terkumpul buat tabungan untuk membangun pagar," cerita Jiyono dalam bahasa Jawa.

Pembangunan pagar nantinya dilaksanakan secara gilir gumanti atau bergiliran. Biar bisa seragam semua.

"Perkara ala, perkara becik ya engko miturut kemampuan modal. Dadi nek digawe seragam ora ngetungake wong ana karo wong ora ana (pembanguan pagar nanti apakah bagus atau tidak, sesuai kemampuan. Kalau dibikin seragam, antara orang kaya maupun nggak punya sama saja bentuknya)," sambung dia.

Ide itu pun langsung disambut warga dan disepakati. Warga pun setiap pertemuan per lapan itu, melakukan iuran Rp 25 ribu.

Tak hanya itu, untuk pembuatan pagar tersebut, setiap KK juga memberikan bantuan semen 1 sak. Di RT 1, ada sekitar 50 KK, sehingga terkumpul 50 sak semen. Itu diberikan kepada setiap warga yang membangun pagar.

Sedangkan uang iuran, digunakan untuk membantu warga yang membangun pagar tetapi biayanya kurang. "Tapi ini tidak diberikan begitu saja. Warga yang meminjam uang itu, nantinya juga harus mengembalikan," imbuhnya.

Sementara untuk pengerjaan pembangunan pagar dilakukan secara gotong-royong. Sehingga bisa menekan biaya untuk tukang. Seluruh warga secara guyub rukun, melakukan pekerjaan sesuai kemampuannya masing-masing.

"Karena dilakukan secara gotong-royong dan guyubnya warga, satu pekarangan rumah warga itu bisa diselesaikan dalam waktu 2 sampai 4 hari saja," jelas Jiyono.

Pelaksanaan pembangunan dilaksanakan secara bergiliran. Pertama dari tempat Ketua RT lebih dulu. Kemudian baru ke warga lainnya secara berurutan atau siapa yang lebih siap dananya. Karena untuk membangun pagar, warga juga masih menyiapkan bahan bangunan lainnya, seperti batu, pasir maupun besi.

Ide itu akhirnya ditiru RT lainnya. Dalam kurun waktu sekitar 4 tahun, pembangunan pagar di 2 RT tersebut akhirnya selesai. Hingga jelang Hari Raya Idul Fitri 2025 lalu, uang iuran per lapan yang terkumpul itu dibelikan cat. Biar cepat selesai karena jelang Lebaran, pengerjaan pengecatatan pagar diserahkan ke masing-masing KK. Tetapi pengerjaannya secara bersama-sama.

"Jadi di jalan itu waktu itu ramai banget. Laki-laki, perempuan keluar semua, ngecat pagar," katanya lagi.

Menurut dia, banyak warga yang melintas di dukuh itu heran. Karena pagarnya sama dan warnanya sama. Kok bisa kompak banget.

"Ya jadi kejutan ini. Banyak orang yang melintas disini, jalan-jalan sepeda santai merekam pakai HP-nya," ungkapnya.

Salah seorang warga setempat, Tarto, menambahkan bahwa warga Dukuh Setro ini kompak. Dalam hal apapun.

"Warga di sini kompak. Satu komando," tambahnya.

Iuran Rp 25 ribu per lapan, sampai sekarang juga masih diteruskan. Dikemukakan dia, tiang lampu penerangan jalan juga sama semua.

Sementara itu Kepala Desa Karanganyar, Maryono, mengapresiasi kekompakan warganya tersebut. Warga bergotong-royong membangun pagar yang seragam.




(aku/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads