Penjelasan FPI soal Acara Habib Rizieq di Pemalang yang Berujung Bentrokan

Penjelasan FPI soal Acara Habib Rizieq di Pemalang yang Berujung Bentrokan

Robby Bernardi - detikJateng
Jumat, 25 Jul 2025 16:53 WIB
Sekretaris Mahkamah Front Persaudaraan Islam (FPI) DPD Jawa Tengah,Β Ustadz Abu Ayyas (kiri) dan Sekjen DPD FPI Jateng, Ustadz Amir Hamzah, saat ditemui di Pekalongan, Jumat (25/7/2025).
Sekretaris Mahkamah Front Persaudaraan Islam (FPI) DPD Jawa Tengah,Β Ustadz Abu Ayyas (kiri) dan Sekjen DPD FPI Jateng, Ustadz Amir Hamzah, saat ditemui di Pekalongan, Jumat (25/7/2025). Foto: Robby Bernardi/detikJateng
Pekalongan -

DPD Front Persaudaraan Islam (FPI) Jawa Tengah menyesalkan terjadinya bentrokan saat acara pengajian dan peringatan Tahun Baru Hijriah yang menghadirkan Habib Rizieq Shihab di Desa Pegundan, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, Rabu (23/7) malam. Insiden itu mengakibatkan belasan orang jadi korban luka.

Sekretaris Mahkamah DPD FPI Jawa Tengah, Ustadz Abu Ayyas, mengatakan pihaknya tidak menduga insiden tersebut bakal terjadi. Ia menyebut kegiatan pengajian itu digelar atas inisiatif masyarakat yang ingin mengadakan hol atau haul salah satu tokoh sekaligus memperingati Tahun Baru Islam dengan menghadirkan pembicara dari kalangan internal FPI.

"Sebetulnya masyarakat Pemalang, khususnya Petarukan, hanya ingin menyelenggarakan pengajian dan hol tokoh lokal dengan menghadirkan sesepuh kami, Habib Rizieq Shihab. Tapi kemudian ada upaya penolakan dari ormas PWI LS," ujar Abu Ayyas saat ditemui wartawan di rumahnya di Kota Pekalongan, Jumat (25/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, sempat terjadi perdebatan antara panitia dengan pihak ormas PWI LS. Akhirnya Kesbangpol Pemalang menginisiasi pertemuan yang dihadiri panitia, PWI LS, MUI, FKUB, Kodim, dan Polres Pemalang. Dari hasil musyawarah itu, disepakati acara tetap bisa digelar dengan dukungan MUI setempat.

Namun, lanjutnya, pada hari pelaksanaan acara, PWI LS disebut tetap mengerahkan massa untuk membatalkan kegiatan tersebut.

ADVERTISEMENT

"Sebagai organisasi yang bertanggung jawab atas keselamatan Imam Besar kami, kami hadir untuk menjamin kelancaran acara dan keselamatan beliau. Bukan untuk berperang, apalagi memusuhi saudara seagama," tegasnya.

Abu Ayyas menyebut, lima anggota mereka menjadi korban dalam bentrokan tersebut. Beberapa di antaranya mengalami luka serius, termasuk cedera pada mata yang harus dioperasi, luka sabetan senjata tajam, hingga patah gigi dan tulang jari. Salah satu korban disebut berasal dari Pekalongan.

Pihaknya kini tengah mengumpulkan bukti dan akan melakukan investigasi lebih lanjut, termasuk silaturahmi dengan panitia.

"Kami juga mempersiapkan pelaporan resmi ke Polda Jateng, agar kejadian serupa tidak terulang," ujarnya.

Ia menambahkan, kegiatan pengajian seharusnya dilindungi oleh hukum sebagai bagian dari implementasi kebebasan beragama dan sila pertama Pancasila.

"Jumlah kami di sana tidak banyak, hanya ratusan. Tapi ini jadi tantangan tersendiri karena kami mengawal kehadiran Imam Besar. Sekali lagi, niat kami murni untuk mengamankan acara," pungkas Abu Ayyas.

Konfirmasi PWI LS

Sebelumnya, Perwakilan Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI LS) buka suara terkait bentrokan saat pengajian yang menghadirkan Habib Rizieq Shihab (HRS) di Desa Pegundan, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, Rabu (23/7) malam. PWI LS mengklaim bentrokan dipicu karena kelompoknya diserang lebih dulu.

Diketahui, polisi menyebut ada dua ormas yang bentrok dalam acara tersebut yakni Front Persaudaraan Islam (FPI) dan PWI LS.

Koordinator Komunikasi Antarwilayah DPP PWI LS, Andi Rustono, menjelaskan bahwa pihaknya telah memberi peringatan agar pengajian itu tak menghadirkan HRS. Hal itu juga dia sampaikan saat pertemuan bersama Kesbangpol pada 16 Juli lalu.

"Sudah ada peringatan dari berbagai pihak, termasuk para kiai lokal yang mendesak Bupati agar HRS tidak dihadirkan. Bahkan, sempat ada pertemuan dengan Dandim dan Polres bersama pengurus pusat, yang menyepakati secara informal bahwa HRS tidak akan berceramah. Tapi kesepakatan itu gagal ditegakkan," kata Andi saat ditemui detikJateng, Kamis (24/7/2025).

Meski begitu, dia menyebut bukan kelompoknya yang memulai bentrokan. Ia menyebut massa PWI LS yang berjumlah sekitar 4.000 orang dari berbagai daerah di Jateng dan Jatim datang untuk menyampaikan aspirasi secara damai.

"Kami tidak bawa senjata tajam. Kalau pun ada yang bawa kayu, itu hanya pentungan untuk jaga diri karena di pinggir sawah banyak balok kayu. Tapi serangan awal itu dari kubu yang berpakaian putih, mereka melempar batu duluan, lalu terjadi chaos," jelasnya.

Dia meminta aparat memproses semua pihak yang terlibat dalam kericuhan tersebut. Andi juga mendesak pemerintah untuk tidak tinggal diam dan menindak kelompok yang dinilainya kerap memprovokasi dan memecah belah masyarakat dengan dalih agama.

"Kami sedang mempertanyakan kembali ke-Indonesiaan kita. Ini bukan soal acara pengajian semata, ini soal ceramah yang selalu provokator, ujar kebencian, pembelokan sejarah dan budaya yang dilakukan secara masif dan struktural oleh mereka. Negara tidak boleh absen," tegasnya.

Polisi Selidiki Pemicu Bentrokan

Polisi mendalami penyebab kericuhan. Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto, mengatakan insiden tersebut melibatkan anggota dari dua ormas, yakni Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI LS) dan Front Persaudaraan Islam (FPI). Akibatnya, 15 orang mengalami luka-luka.

"Korban terdiri dari empat personel Polri, sembilan anggota PWI LS, dan dua dari FPI. Sebagian besar mengalami luka di bagian kepala akibat lemparan batu atau benda tumpul lainnya. Empat anggota polisi sudah pulang dan menjalani rawat jalan," ujar Artanto dalam keterangannya, Kamis (24/7/2025) di Mapolres Pemalang.

Artanto menyebut lokasi bentrokan berada di lingkungan padat penduduk, sekitar 50 meter dari panggung utama pengajian. Meski demikian, pengajian tetap berlangsung hingga selesai pada pukul 01.00 WIB dini hari.

"Kami bersama Kodim dan unsur terkait berhasil meredam insiden ini. Kami tengah mendalami penyebab bentrokan. Penyelidikan dilakukan oleh Polres Pemalang dibantu Polda Jateng," tegasnya.

Di tempat yang sama, Kapolres Pemalang AKBP Eko Sunaryo, menambahkan bentrokan terjadi sekitar pukul 23.00 WIB hingga 23.30 WIB. Saat itu, ribuan jemaah tengah menghadiri pengajian yang sudah dimulai sejak pukul 15.00 WIB.

"Insiden ini menyebabkan sejumlah korban luka, baik dari ormas maupun dari kepolisian. Dua anggota kami dirujuk ke RS Siaga Medika, sementara lainnya ditangani tim Dokkes. Korban dari ormas juga dirawat di RS Siaga Medika dan RS Islam Pemalang," kata Eko.

Menurutnya, pengamanan telah dilakukan secara maksimal dengan menerjunkan 675 personel gabungan dari Polri, TNI, dan unsur pengamanan lainnya.

Pihaknya juga memastikan telah dilakukan rapat koordinasi bersama Forkopimda, FPI, dan PWI LS pada 16 Juli 2025 lalu. Dalam rapat itu, semua pihak sepakat menjaga keamanan dan tidak melakukan provokasi.

"Namun kenyataannya masih terjadi bentrokan. Kami minta para pimpinan PWI LS dan FPI memberi instruksi menenangkan kepada anggotanya. Jangan sampai ada aksi balasan. Kita jaga Pemalang tetap aman," tegas Eko.

Polisi kini masih menyelidiki penyebab bentrokan dan mengidentifikasi para korban secara rinci. Aparat juga tetap disiagakan untuk mencegah gangguan keamanan susulan.

Kabid Humas Polda Jateng Kombes Artanto menyatakan, insiden ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak.

"Polri hadir untuk menjaga ketertiban, tapi kedamaian sejati hanya bisa tercipta jika seluruh elemen masyarakat ikut terlibat menjaga keamanan," tuturnya.




(rih/ahr)


Hide Ads