Aksi orang tua murid menolak kebijakan regrouping SDN Tayu Kulon 01 Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, terus berlanjut. Puluhan siswa terlantar tidak belajar selama empat hari ini.
Pantauan detikJateng, puluhan siswa tetap berangkat sekolah ke SDN Tayu Kulon 01 pagi tadi. Seharusnya mereka sudah pindah ke SDN Tayu Kulon 02 mulai tahun ajaran 2025/2026 ini.
Orang tua mereka pun masih menggelar aksi menolak kebijakan regrouping. Orang tua wali murid juga membentangkan poster penolakan kebijakan regrouping.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlihat ruang kelas di sekolah pun tertutup. Tidak ada aktivitas guru karena mereka telah dipindah tugasnya ke beberapa sekolah.
Salah satu orang tua murid, Surati mengaku sudah empat hari ini menggelar aksi protes penolakan kebijakan regrouping. Surati ingin bertahan di SDN Tayu Kulon 01.
"Di sini kami sudah empat hari di sini kami bertahan tidak mau pindah," jelasnya kepada detikJateng ditemui di lokasi, Kamis (17/7/2025).
Menurutnya siswa hari ini tidak mendapatkan pelajaran. Sempat ada Kepala SDN Tayu Kulon 02 Puji Roostiandyah yang hadir menemui para siswa. Namun setelah itu pergi lagi.
"Semua kelas dikunci gurunya sudah pindah semua. Tadi pagi ada kepala sekolah ke sini cuman absen anak-anak sekolah itu pergi lagi," jelasnya.
Surati berhadap pemerintah memberikan solusi terbaik bagi orang tua wali murid. Mereka kasihan jika anak-anaknya terlantar akan ketinggalan materi pelajaran.
"Harapannya kami ingin tetap di sini sekolah di sini. Semoga sekolah dibuka lagi biar anak anak sekolah di sini," jelasnya.
Ketua Komite SDN Tayu Kulon 01, Mulyadi mengatakan orang tua murid masih menunggu soal penundaan kebijakan regrouping. Sebab seluruh orang tua menolak regrouping ke SDN Tayu Kulon 02.
"Sementara kita menunggu dari dinas. Kemarin dari Kepala Dinas Pendidikan Pati akan segera mungkin ambil sikap," ujarnya.
Mulyadi berencana akan mempertanyakan kejelasan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pati terkait permasalahan ini.
"Tapi tidak menutup kemungkinan kami ketua Komite menanyakan langsung ke dinas. Tujuannya melihat kondisi murid ini kan bisa diartikan memang murid dan wali murid ingin bertahan di sini. Tidak mau dipindah," terang dia.
Kepala SDN Tayu Kulon 02, Puji Roostiandyah mengatakan belum ada solusi terkait aksi protes orang tua murid yang menolak regrouping.
"Untuk sementara belum ada," jelas Puji siang ini.
Meski demikian, pihaknya berupaya untuk tetap memberikan pelajaran bagi siswanya. Termasuk dirinya sempat menemui siswanya untuk belajar mandiri di sekolah yang lama.
"Saya tadi yang ke sana, siswa saya ajak baca buku dan membuat ringkasan dari yang sudah dibaca," terangnya.
Diketahui, kebijakan regrouping karena kurangnya jumlah murid. Sementara itu penolakan regrouping karena disebut keputusan yang mendadak dan tidak melalui musyawarah terlebih dahulu. Wali murid menolak karena jarak ke sekolah yang semakin jauh dan khawatir anaknya harus adaptasi lagi di sekolah yang baru.
(rih/afn)