Prasasti Peristiwa Gempa Besar 1926 di Klaten Ditemukan

Prasasti Peristiwa Gempa Besar 1926 di Klaten Ditemukan

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Sabtu, 12 Jul 2025 10:45 WIB
Pecahan prasasti gempa bumi 1926 ditemukan di Ceper, Klaten.
Pecahan prasasti gempa bumi 1926 ditemukan di Ceper, Klaten. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng.
Klaten -

Gempa bumi besar yang mengguncang wilayah Klaten ternyata tidak hanya pada 27 Mei 2006 tetapi pernah terjadi tahun 1926. Peristiwa tersebut terungkap dari sebuah prasasti buatan tahun 1927 yang ditemukan di Kecamatan Ceper.

Prasasti yang terbuat dari batu marmer putih itu kondisinya sudah tidak utuh karena pecah. Ukurannya tinggal sekitar 40x50 sentimeter dengan ketebalan sekitar 1,5 sentimeter.

Bahasa yang digunakan dalam prasasti berbahasa Belanda. Kalimat dalam prasasti tersebut juga tinggal penggalan sehingga tidak utuh tetapi maknanya masih jelas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"AARDBEVING 1926 DES N.M.5.55: TEENEN ZOODANIG BESCHADIGD, DAT: PATEUR W. DE MANJ.TH. VÁN OYEN B.N.A.: OT HERBOUW IN GEWAPEND BETON: DE UITVOERING DOOR DE MAKEN VAN WERKEN IN GEWAPEND BETON: 1926-APRIL 1927," bunyi tulisan prasasti sebagaimana dikutip detikJateng, Sabtu (12/7/2025).

Kalimat dalam prasasti tersebut jika diterjemahkan sebagai berikut: "Gempa Bumi 1926 pada N.M. 5.55...sedemikian rupa rusak, sehingga...pembangun/perancang W. de Man J.Th. van Oyen B.N.A. (kemungkinan inisial atau gelar profesional)...dibangun kembali dengan beton bertulang...pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan beton bertulang 1926-APRIL 1927,".

ADVERTISEMENT

Salah seorang penemu prasasti, Kaleb Hendi Setiawan, menceritakan prasasti itu ditemukan tanggal 10 Maret 2022 lalu di sekitar PG Ceper oleh dirinya dan Suryo (rekannya). Sejak ditemukan dirinya belum memahami isinya.

"Di batu marmer itu ternyata ada kalimat berbahasa Belanda. Pada waktu itu kami belum mengerti isi prasasti tersebut," tutur Kaleb Hendi kepada detikJateng.

Meskipun belum memahami artinya, terang Kaleb, dirinya memutuskan membawa pulang batu tersebut agar terselamatkan. Selanjutnya dirinya dan rekannya mencari rujukan di dokumen Belanda.

"Teman saya mencoba mencari rujukan dari Belanda. Ditemukan dari surat kabar Lokomotiv yang menjelaskan peristiwa pada prasasti tersebut," lanjut Kaleb yang tinggal tak jauh dari PG Ceper.

Dalam surat kabar tersebut, terang Kaleb, menjelaskan peristiwa peresmian cerobong asap PG Ceper yang dibangun setelah rusak karena gempa. Gempa itu terjadi 10 September 1926 jam 05.55.

"Gempa pada 10 September 1926 jam 05.55 pagi hari. Gempa itu menyebabkan cerobong asap PG yang terbuat dari batu bata runtuh," sambung Kaleb.

"Pembangunan cerobong itu dimulai 1926-1927 baru selesai dan dikerjakan oleh arsitek dari Semarang, Van Oyen," imbuh Kaleb yang juga pegiat sejarah Klaten.

detikJateng yang mencermati surat kabar Lokomotiv terbitan 1927 menemukan kalimat jelas terkait gempa dan pembangunan cerobong asap PG Ceper tersebut di alenia ke 2. "Gedurende de aardbeving Van 10 September 1926 Des n.m 5.55 warden de gemet selde schoorsteenen zoodanig bcechadigd dat de administrateur W.de man den architect J.T.H Van Oyen B.N.A opdracht gas tot herbouw in gewapend beton..," (Selama gempa bumi pukul 5:55 pagi pada tanggal 10 September 1926, cerobong asap bata rusak parah sehingga administrator W. de Man menugaskan arsitek J. T. H. van Oyen B.N.A. untuk membangunnya kembali dengan beton bertulang).

Pegiat sejarah lainnya, Yohanes Sudaryanto, menyampaikan pecahan prasasti dan dokumen surat kabar Belanda menjadi bukti kuat terjadinya gempa tahun 1926 di Klaten. Dua peristiwa itu saling menjelaskan.

"Prasasti tersebut adalah prasasti pembangunan kembali pada bangunan yang rusak karena dampak gempa yang terjadi tahun 1926. Pembangunan diselesaikan pada bulan April tahun 1927," jelas Sudaryanto kepada detikJateng.

Pusdalops BPBD Kabupaten Klaten, Indiarto, membenarkan pernah terjadi gempa besar di Jateng-DIY termasuk Klaten beberapa kali. Mulai tahun 1867, 1926 sampai terakhir Mei 2006.

"Sejarah Gempa besar di Jawa Tengah DIY atau Jawa Bagian Selatan ada beberapa kali. Pada 10 Juni 1867, kekuatan 8.0 SR, pusat gempa di dekat Yogyakarta, lalu gempa 10 September 1926, kekuatan 7.1 menyebabkan kerusakan dan korban jiwa tapi detailnya tidak terrecord dan terakhir 27 Mei 2006," jelas Indiarto kepada detikJateng.

Cerita Penemuan Prasasti

Prasasti tentang pembangunan PG yang rusak akibat gempa besar itu ditemukan secara tidak sengaja.

"Kami temukan sekitar tanggal 10 Maret 2022. Sebenarnya saya sama mas Suryo (teman) mau survei keberadaan tugu triangulasi di sekitar PG Ceper,'' kata Kaleb.

Saat itu dirinya berkeliling di sekitar pabrik gula, namun tidak berhasil menemukan tugu triangulasi yang dimaksud.

"Kami pada akhirnya tidak menemukan tugu tersebut. Pada waktu itu lahan di belakang pabrik itu disewa untuk pabrik kayu lapis dan sedang ada perbaikan bangunan gedung," ujar Kaleb.

Para pekerja waktu itu terlihat meratakan tanah dan membersihkan sampah rosok besi bekas.

"Sekitar jam 14.00 WIB, setelah dua jam mencari tugu tidak ketemu kami melihat-lihat sisa rosokan itu, tiba-tiba om Suryo melihat marmer itu tergeletak," papar Kaleb.

Saat itu mereka tidak menduga jika itu batu prasasti.

"Batu marmer tersebut kami balik ternyata ada tulisan berbahasa Belanda. Tapi kami belum mengerti isi dari batu prasasti tersebut, batu kami bawa, kami amankan," jelas Kaleb.




(apl/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads