Sayangnya, sebagaimana dijelaskan di laman The Conversation, 25% sunscreen yang dipakai akan hilang setelah 20 menit berada di dalam air. Oleh karena itu, di daerah padat perenang atau penyelam, detikers mungkin akan melihat semacam noda berminyak di air laut.
Selain tabir surya yang tersapu saat berenang, sunscreen juga bisa masuk dalam laut setelah mandi di pinggir pantai. Sistem pengolahan limbah air yang tidak tepat membuat bekas mandi seseorang yang dipenuhi sisa sabun, sampo, maupun tabir surya mengalir masuk laut.
Kombinasi dua hal ini membuat tak kurang dari 6.000-14.000 ton sunscreen hanyut di laut setiap tahunnya. Larutnya sunscreen ke laut kemudian diyakini bisa merusak ekosistem karena komponen kimianya. Apakah benar? Berikut ini penjelasannya!
Sunscreen Merusak Ekosistem Laut, Benarkah?
Dirujuk dari situs Smithsonian National Museum of Natural History, sunscreen bekerja menghalangi sinar Matahari dengan cara menyerap atau menghalangi ultraviolet (UV). Komponen yang bertugas melakukan hal ini disebut filter UV.
Setelah sebelumnya menggunakan tabir surya berbasis mineral alami, para peneliti kemudian mengembangkan bahan lain untuk menyerap sinar UV tanpa membuat kulit memutih. Pada 1980-an, ditemukanlah molekul baru untuk digunakan dalam sunscreen, yakni avobenzone.
Avobenzone bertugas sebagai penyerap sinar UVA. Bersama avobenzone, muncul pula oxybenzone dan octinoxate untuk melindungi kulit dari sinar UVB. Dua nama zat yang disebut terakhir ini dituduh sebagai penyebab kerusakan terumbu karang di laut.
Mulanya, pada 2008, digelar penelitian untuk membuktikan efek buruk tabir surya terhadap karang. Beberapa spesimennya diambil dari laut, dimasukkan ke dalam tangki air laut, lalu diekspos dengan sejumlah losion sunscreen. Hasilnya, karang memutih alias sekarat yang bisa berujung pada kematian.
Setelah studi itu, para ilmuwan terus melakukan studi untuk membuktikan kerusakan terumbu karang akibat sunscreen. Penelitian-penelitian lanjutan membuktikan bahwa oxybenzone dan octinoxate bertanggung jawab terhadap kesehatan karang.
Studi pada 2016 menemukan bukti bahwa oxybenzone menyebabkan kelainan bentuk pada karang muda, kerusakan DNA karang, dan pertumbuhan kerangka tidak normal. Begitu pula studi pada 2022 mengeluarkan hasil kerusakan anemon akibat oxybenzone.
Bagaimana Sunscreen Merusak Karang?
Dirangkum dari laman Stanford University, William Mitch, profesor teknik sipil dan lingkungan di Stanford bersama sejumlah rekannya melakukan penelitian tentang bagaimana cara oxybenzone merusak karang. Mereka menggunakan anemon sebagai objek penelitian.
Anemon dimasukkan dalam air laut buatan di bawah sinar Matahari tiruan. Spesimen lain yang diujicobakan diletakkan dalam air laut buatan yang sama, tetapi tanpa sinar Matahari tiruan. Hasilnya, anemon yang terkena sinar Matahari mati setelah 17 hari. Sementara itu, objek uji coba yang tidak dikenai sinar Matahari tiruan bisa bertahan hidup.
"Aneh rasanya melihat oxybenzone membuat sinar Matahari menjadi racun bagi karang-kebalikan dari apa yang seharusnya dilakukan. Senyawa ini pandai menyerap cahaya dalam pita gelombang yang kami uji, itulah sebabnya senyawa ini sangat umum ditemukan dalam tabir surya," jelas Mitch.
Ternyata, bagi anemon, oxybenzone justru dimetabolisme menjadi zat yang menghasilkan radikal merusak. Di samping itu, karang yang tertekan juga akan 'mengusir' alga-alga simbiotik dari dirinya. Akibatnya, kerangka karang berwarna putih jadi terekspos dan rentan rusak.
Selain karang, beberapa makhluk hidup laut lain juga bisa dipengaruhi sunscreen, yakni:
- Ganggang hijau: Terganggu pertumbuhan dan fotosintesisnya.
- Kerang: Bayi kerang bisa jadi cacat.
- Bulu babi: Sistem kekebalan dan reproduksinya rusak.
- Ikan: Turun kesuburan dan produksinya.
- Lumba-lumba: Bisa terakumulasi dalam jaringan dan menular ke anak-anaknya.
Daftar Bahan Kimia yang Membahayakan dalam Sunscreen
Faktanya, bukan hanya oxybenzone yang perlu diwaspadai. Situs National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) memberikan daftar bahan kimia sunscreen lain yang bisa menyakiti kehidupan laut, yakni:
- Oxybenzone
- Benzophenone-1
- Benzophenone-8
- OD-PABA,
- 4-Methylbenzylidene camphor
- 3-Benzylidene camphor
- Nano-titanium dioxide
- Nano-zinc oxide
- Octinoxate
- Octocrylene
Oleh karena itu, detikers disarankan memilih sunscreen yang sudah punya label 'aman untuk karang'. Kamu juga bisa menjaga kulit dari sinar Matahari dengan memilih waktu berenang yang tepat dan memakai kacamata hitam UPF.
Meskipun penjelasan di atas menyatakan dengan tegas bahaya sunscreen atas ekosistem laut, bukti-buktinya masih sebatas penelitian laboratorium. Mengenai benar tidaknya karang rusak di laut akibat hanyutnya sunscreen masih jadi pertanyaan besar.
Pasalnya, tinjauan dari National Academies pada 2022 lalu menemukan bahwa hanya ada 1-10 ΞΌg/L bahan kimia sunscreen di tempat wisata populer, seperti penyelaman. Jumlah ini sebanding dengan 2 butir gula dalam satu bak mandi ukuran standar.
Dengan demikian, kemungkinan bahwa tabir surya bisa ditoleransi karang masih ada. Atau dengan kata lain, butuh jumlah sunscreen yang benar-benar signifikan untuk merusak terumbu karang.
Meski begitu, sebagai masyarakat biasa, sudah sepatutnya kita melakukan tindakan preventif sebisa mungkin. Salah satunya dengan menggunakan sunscreen yang tidak memiliki kandungan kimia berbahaya sebagaimana sudah dirincikan di atas. Semoga bermanfaat!
(sto/ahr)