- Syarat Puasa Mutih 1. Mandi Keramas Sebelum Mulai Puasa 2. Mengetahui Filosofi dan Cara Puasa Mutih Secara Lengkap 3. Melakukan Latihan atau Adaptasi Terlebih Dahulu 4. Niat yang Jelas dan Tulus
- Tata Cara Puasa Mutih 3 Hari 1. Persiapan Fisik dan Batin Sebelum Puasa 2. Menentukan Waktu Puasa dan Konsistensi 3. Hanya Makan Nasi Putih dan Minum Air Putih 4. Disiplin dalam Menjaga Pikiran dan Perbuatan
- Tata Cara Lain untuk Melaksanakan Puasa Mutih 1. Puasa Mutih Selama 12 Jam Per Hari 2. Versi Ringan dengan Frekuensi Makan Lebih Dari Dua Kali 3. Puasa Mutih Selama 7 Hari atau Lebih
- Manfaat Puasa Mutih 1. Membersihkan Jiwa dan Raga 2. Melatih Pengendalian Diri 3. Menumbuhkan Kekuatan Spiritual 4. Menjadi Pribadi yang Lebih Sederhana dan Fokus 5. Sebagai Syarat Spiritual untuk Tujuan Tertentu
Tata cara puasa mutih 3 hari merupakan salah satu bentuk laku prihatin yang telah lama dijalani masyarakat Jawa. Ini adalah bagian dari perjalanan spiritual maupun usaha untuk mencapai tujuan hidup tertentu.
Tradisi puasa mutih tidak dilakukan sembarangan. Ini merupakan bagian dari lelaku atau tirakat yang sering kali dijalani untuk maksud tertentu, baik bersifat duniawi maupun spiritual. Beberapa orang melakukannya sebagai bagian dari upaya untuk membersihkan jiwa, memperoleh ilmu batin, mendekatkan diri kepada Tuhan, atau bahkan mencapai cita-cita seperti mendapatkan jabatan, rezeki yang lebih baik, atau jodoh.
Penasaran dengan bagaimana tata cara puasa mutih, detikers? Mari simak penjelasan lengkap yang dihimpun detikJateng dari buku Lelaku dan Tirakat Orang Jawa oleh Gesta Bayuadhy serta Laku prihatin oleh Iman Budhi Santosa berikut ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Syarat Puasa Mutih
Sebelum menjalani puasa mutih, ada beberapa persyaratan yang wajib dipenuhi agar prosesnya sah dan tidak menyimpang dari nilai-nilai spiritual yang diusung. Syarat ini juga penting untuk mempersiapkan fisik dan mental agar laku mutih tidak menimbulkan dampak negatif. Berikut syarat-syarat yang perlu dipenuhi:
1. Mandi Keramas Sebelum Mulai Puasa
Tujuannya untuk membersihkan diri secara lahir maupun batin. Pembersihan fisik dilakukan dengan cara keramas dan mandi menyeluruh, sementara secara spiritual bermakna pembersihan hati dan pikiran dari niat jahat maupun hawa nafsu.
2. Mengetahui Filosofi dan Cara Puasa Mutih Secara Lengkap
Penting bagi pelaku untuk mempelajari apa itu puasa mutih, bagaimana sejarahnya, arti simboliknya, hingga pantangan yang menyertainya. Tanpa pengetahuan ini, puasa bisa menjadi tidak sah atau kehilangan makna.
3. Melakukan Latihan atau Adaptasi Terlebih Dahulu
Terutama bagi pemula, disarankan untuk tidak langsung menjalani puasa penuh. Seperti anak-anak belajar puasa Ramadhan, puasa bisa dimulai dari setengah hari hingga tubuh terbiasa.
4. Niat yang Jelas dan Tulus
Niat harus disesuaikan dengan tujuan. Jika dilakukan untuk membersihkan diri, maka niatnya mengarah pada penyucian batin. Jika untuk mencapai tujuan duniawi seperti mencari rezeki, niat pun disesuaikan secara spesifik.
Tata Cara Puasa Mutih 3 Hari
Puasa mutih selama tiga hari merupakan bentuk lelaku yang paling umum dijalani oleh masyarakat Jawa. Meski hanya berlangsung selama tiga hari, praktik ini tetap membutuhkan niat yang kuat dan pemahaman menyeluruh tentang tata caranya. Berikut adalah tahapan yang bisa diikuti.
1. Persiapan Fisik dan Batin Sebelum Puasa
Langkah pertama yang wajib dilakukan adalah mandi keramas. Ritual ini bukan sekadar membersihkan tubuh dari kotoran, tetapi juga memiliki makna simbolik untuk menyucikan jiwa dari niat buruk, rasa dengki, atau pikiran kotor. Dengan tubuh dan jiwa yang bersih, pelaku puasa dianggap siap memasuki laku prihatin ini secara utuh.
Selain mandi keramas, penting untuk memantapkan niat sesuai tujuan. Niat bisa diucapkan dalam hati atau dilafalkan dengan bahasa sendiri yang tulus. Misalnya, seseorang yang ingin mendekatkan diri kepada Tuhan bisa mengucapkan niat untuk menyucikan hati dan pikirannya seperti bayi yang baru lahir.
2. Menentukan Waktu Puasa dan Konsistensi
Puasa mutih tiga hari dilakukan dengan pola waktu yang konsisten. Jika hari pertama dimulai dengan sahur pada pukul empat pagi, maka sahur pada hari kedua dan ketiga juga dilakukan di waktu yang sama. Begitu pula dengan waktu berbuka, harus tetap pada jam yang sama setiap harinya.
Selama masa puasa, tidak boleh ada makanan atau minuman selain nasi putih dan air putih. Nasi yang dikonsumsi tidak boleh dicampur lauk, garam, minyak, atau bumbu apa pun. Air yang diminum pun hanya air putih tanpa pemanis atau rasa tambahan.
3. Hanya Makan Nasi Putih dan Minum Air Putih
Selama tiga hari penuh, orang yang menjalani puasa mutih hanya diperbolehkan mengonsumsi nasi putih tanpa lauk, garam, atau gula. Minuman yang boleh dikonsumsi hanyalah air putih. Tidak ada teh, kopi, atau minuman lainnya. Kesederhanaan ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap rasa dan kenikmatan duniawi.
4. Disiplin dalam Menjaga Pikiran dan Perbuatan
Selama menjalani puasa, pelaku juga harus menjaga ucapannya, tindakannya, serta pikirannya. Tidak cukup hanya menahan lapar dan haus, puasa mutih juga menuntut pengendalian emosi dan kepekaan spiritual. Orang yang mutih tidak boleh mengeluh, marah, atau bertindak sembrono. Ia harus menata diri agar tetap tenang dan rendah hati.
Tata Cara Lain untuk Melaksanakan Puasa Mutih
Selain model tiga hari yang paling dikenal, ada pula variasi cara puasa mutih yang dijalankan oleh sebagian kalangan. Perbedaan ini biasanya bergantung pada kemampuan fisik, tujuan lelaku, hingga tradisi lokal yang berkembang di berbagai wilayah. Berikut ini beberapa bentuk alternatif dalam menjalankan puasa mutih.
1. Puasa Mutih Selama 12 Jam Per Hari
Dalam versi ini, puasa dimulai sejak sahur hingga waktu maghrib. Jadi selama sekitar 12 jam, seseorang tidak makan atau minum apa pun. Saat sahur dan berbuka, ia hanya diperbolehkan mengonsumsi nasi putih dan air putih. Variasi ini banyak dijalani oleh orang yang baru mulai mencoba laku mutih karena dianggap lebih ringan.
Walaupun lebih singkat dibandingkan puasa 24 jam penuh, disiplin dalam jenis puasa ini tetap sangat penting. Pelaku harus menjaga diri dari godaan rasa, membatasi porsi makan, dan tetap fokus pada tujuan spiritualnya.
2. Versi Ringan dengan Frekuensi Makan Lebih Dari Dua Kali
Ada pula yang menjalani puasa mutih dengan waktu makan lebih fleksibel, misalnya tiga kali sehari. Setiap kali makan tetap hanya nasi putih dan air putih. Metode ini sering disebut sebagai versi latihan atau adaptasi bagi mereka yang belum terbiasa. Meski terasa lebih mudah, niat dan disiplin tetap dibutuhkan agar manfaat puasa tidak hilang begitu saja.
Versi ini cocok bagi orang yang ingin belajar terlebih dahulu sebelum menjalani puasa mutih yang lebih ketat. Dengan pola bertahap, tubuh dan batin bisa menyesuaikan diri secara perlahan.
3. Puasa Mutih Selama 7 Hari atau Lebih
Selain tiga hari, puasa mutih juga sering dilakukan selama tujuh hari atau bahkan lebih. Semakin lama durasi puasa, semakin tinggi pula tuntutan pengendalian diri yang diperlukan. Dalam versi tujuh hari, jadwal makan tetap konsisten setiap harinya, dan tidak ada pengecualian dalam aturan makanan maupun minuman.
Beberapa pelaku spiritual menjalani puasa ini selama 21 hari atau bahkan sampai 40 hari. Laku ini tidak bisa dijalankan sembarangan dan umumnya memerlukan pembimbing atau guru spiritual. Tujuannya bisa sangat spesifik, seperti menggapai kekuatan batin, membuka mata batin, atau membersihkan diri dari energi negatif.
Manfaat Puasa Mutih
Laku prihatin seperti puasa mutih bukan hanya tentang menahan lapar. Di balik praktik yang tampak sederhana ini, terdapat berbagai manfaat yang menyentuh aspek spiritual, emosional, hingga perilaku sehari-hari. Berikut ini beberapa manfaat yang bisa dirasakan:
1. Membersihkan Jiwa dan Raga
Puasa mutih dipercaya mampu menyucikan hati dan pikiran dari hawa nafsu dan keinginan duniawi. Orang yang menjalani puasa ini akan merasa lebih ringan secara batin. Niat untuk 'memutihkan' jiwa diibaratkan seperti mengembalikan hati dan pikiran pada kondisi suci, sebagaimana bayi yang baru lahir.
Dengan hati yang bersih, seseorang menjadi tidak mudah marah, tidak menyimpan dendam, dan lebih mudah menerima kenyataan hidup dengan lapang dada. Pikiran pun menjadi lebih jernih dan tidak mudah terdorong oleh emosi sesaat.
2. Melatih Pengendalian Diri
Puasa mutih adalah sarana untuk menahan godaan dan disiplin dalam pola makan. Karena hanya boleh mengonsumsi nasi putih dan air putih, pelaku dilatih untuk tidak tergoda oleh makanan lain. Hal ini secara tidak langsung menumbuhkan rasa syukur, kesabaran, dan kendali atas hawa nafsu.
Dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan ini sangat bermanfaat. Seseorang menjadi tidak mudah tergoda oleh hal-hal yang merugikan atau bersifat konsumtif. Ia lebih fokus pada tujuan dan dapat menahan diri dalam berbagai situasi.
3. Menumbuhkan Kekuatan Spiritual
Beberapa orang menjalani puasa mutih untuk memperkuat energi spiritual atau membuka kepekaan batin. Ada kepercayaan bahwa orang yang berhasil menjalani puasa mutih bisa mendapatkan kekuatan supranatural, termasuk intuisi yang lebih tajam atau kemampuan batin tertentu.
Kekuatan ini tidak serta-merta muncul dalam bentuk yang spektakuler. Bisa jadi berupa ketenangan, kepekaan terhadap lingkungan, atau kemampuan membaca situasi dengan lebih bijak. Semua itu dianggap sebagai bentuk energi spiritual yang terbangun lewat laku prihatin.
4. Menjadi Pribadi yang Lebih Sederhana dan Fokus
Dengan membatasi diri dari makanan dan minuman yang beragam, seseorang belajar untuk hidup lebih sederhana. Ia tidak lagi menggantungkan kebahagiaan pada kenikmatan fisik semata. Hal ini dapat menjadikannya pribadi yang lebih fokus, tidak mudah terganggu oleh hal-hal kecil, dan lebih mampu menata tujuan hidupnya secara terarah.
5. Sebagai Syarat Spiritual untuk Tujuan Tertentu
Dalam beberapa kepercayaan dan laku tradisional Jawa, puasa mutih juga dijalani sebagai bagian dari syarat spiritual untuk menggapai keinginan tertentu. Misalnya, ingin mendapatkan jabatan, rezeki yang lebih lapang, pasangan hidup yang tepat, atau bahkan kesaktian. Niat yang jelas dan tekad kuat menjadi kunci agar lelaku ini membawa hasil seperti yang diharapkan.
Niat yang biasanya diucapkan bisa sangat personal dan mendalam. Misalnya, 'ingsun mutih kanggo sarana nggampilaken anggen kula pados sandhang pangan, mugi-mugi Gusti Allah ngijabahi' yang artinya 'saya puasa mutih sebagai jalan untuk memudahkan saya mencari rezeki, semoga Tuhan mengabulkan.'
Dari penjelasan di atas, dapat kita pahami bahwa tata cara puasa mutih 3 hari perlu diawali dengan melengkapi seluruh persyaratannya dan manfaatnya akan kita dapatkan jika menjalaninya dengan benar. Semoga bermanfaat!
(sto/afn)